390 likes | 924 Views
Alkil Halida. Alkil Halida: adalah senyawa-senyawa yang mengandung halogen yang terikat pada atom karbon jenuh ( atom karbon yang terhibridisasi sp3 ). TATA NAMA Perpanjangan langsung dari aturan tata nama alkana. Halogen sebagai substituen pada rantai induk. ATURAN PENAMAAN
E N D
Alkil Halida Alkil Halida: adalah senyawa-senyawa yang mengandung halogen yang terikat pada atom karbon jenuh (atom karbon yang terhibridisasi sp3). • TATA NAMA • Perpanjangan langsung dari aturan tata nama alkana. • Halogen sebagai substituen pada rantai induk
ATURAN PENAMAAN • Perpanjanganlangsungdariaturantatanamaalkana. • Halogen sebagaisubstituenpadarantaiinduk • Cari dan beri nama rantai induk (rantai utama). Rantaiindukadalahrantaikarbonterpanjang yang mengandung halogen. • Beri nama rantai induk. Penomorandimulaidariujungterdekatdengansubstituenpertama. 5-Bromo-2,4-dimetilheptana 2-Bromo-4,5-dimetilheptana
- Bila atom halogen yang sama > 1: awalan di-, tri-, tetra-, dst. 1,2-dikloro-3-metilbutana • Bila terdapat halogen-halogen yang berbeda: diurutkan sesuai abjad. • 1-Bromo-3-Chloro-4-metilheksana
Bila rantai utama dapat diberi nomor dari kedua ujungnya: penomoran dimulai dari ujung terdekat dengan substituen dgn urutan abjad dahulu. • 2-Bromo-5-metilheksana • (bukan 5-metil-2-bromoheksana)
KLASIFIKASI ALKIL HALIDA • Berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon yang mengandung halogen. • Metil halida (CH3X): • Alkil halida primer (1o): Sebuah karbon yang terikat pada karbon C-X. • CH3CH2 – CH2X • 3. Alkil halida sekunder (2o): Dua karbon terikat pada karbon C-X. • CH3CH2 – CHX • | • CH3 • 4. Alkil halida tersier (3o): Tiga karbon terikat pada karbon C-X. • CH3 • | • H3C – C – X • | • CH3
STRUKTUR ALKIL HALIDA • Ikatan C-X (karbon-halogen) : overlap antara orbital hibrid sp3C dengan orbital halogen C mempunyai geometri tetrahedral dengan sudut ikatan ±109o. • ↓ • Halogen lebih elektronegatif dibanding karbon: • Ikatan C – X akan terpolarisasi: elektron ikatan ditarik lebih ke arah halogen (x) dibanding ke arah karbon (c) Karbon bermuatan positif parsial dan halogen negatif parsial (-) • + - • C X • Karena atom karbon terpolarisasi positif, maka alkil halida adalah suatu elektrofil. • ELEKTROFIL (= suka elektron) : yaitu suatu reagen yang miskin elektron (electron-poor) dan dapat membentuk ikatan dengan menerima sepasang elektron dari suatu reagen yang kaya elektron(elektron-rich-reagent).
PEMBUATAN ALKIL HALIDA 1. Adisi hidrogen halida (HX) pada alkena. - pada alkena simetris: dihasilkan satu produk. - pada alkena yang tidak simetris → 2 produk mungkin terjadi
Aturan Markovnikov: Pada adisi HX pada alkena tak simetris: atom H akan terikat pada C dengan substituen alkil lebih sedikit, atom X akan terikat pada C ikatan rangkap yang mempunyai substituen alkil lebih banyak. Stabilitas karbokation(ion karbonium):tersier > sekunder > primer > metil
Mekanisme reaksi REAKSI-REAKSI ALKIL HALIDA • Pembentukan Reagen Grignard • Pembentukan alkil lithium • Reaksi-reaksi Substitusi nukleofilik (SN2 dan SN1) • Reaksi-reaksi Eliminasi (E2 dan E1)
François Auguste Victor Grignard, Nobel Laureat 1916 1. PEMBUATAN REAGEN GRIGNARD : antara alkil halida dan logam Mg, menghasilkan suatu alkil magnesium halida (Reagen GIrgnard) -Elektronegativitas Mg < C -C terpolarisasi negatif -bersifat sebagai Nukleofil C -- Mg
Nukleofil (=suka nukleon/inti): suatu reagen yang kaya elektron, membentuk ikatan dengan cara mendonasikan sepasang elektronnya kepada reagen lain yang kekurangan elektron. 2. Pembentukan alkillitium. Dengan mereaksikan logam lithium (Li) dengan alkil halida. Contoh:
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK dan REAKSI ELIMINASI • = Reaksi antara alkil halida dengan suatu nukleofil • Reaksi substitusi nukleofilik terjadi melalui 2 mekanisme: SN2 dan SN1. • Reaksi eliminasi juga dapat terjadi melalui 2 mekanisme: E2 dan E1 3. REAKSI SN2 (Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler). • Bimolekuler, berarti 2 molekul (nukleofil dan alkil halida) keduanya terlibat dalam suatu step (tahap) penentu laju reaksi. • Mengikuti kinetike reaksi order kedua, • laju reaksi = k [RX] [Nu:- ] • Ciri reaksi: • serangan nukleofil dari arah ‘belakang’ • reaksi berjalan satu step, tanpa intermediate • Terjadi inversi konfigurasi (Inversi Walden)
Mekanisme reaksi: Transistion state: tingkat transisi berenergi tinggi (tidak stabil dan tidak dapat diisolasi), melalui terbentuknya secara parsial ikatan C-Nu dan putusnya ikatan C-X.
Laju reaksi kimia ditentukan oleh ∆G, yaitu perbedaan energi antara reaktan dan tingkat transisi. Perubahan kondisi reaksi dapat mempengaruhi ∆G dengan 2 cara: a. Perubahan tingkat energi reaktan b. Perubahan tingkat energi pada tingkat transisi. • Tingkat energi reaktan yang lebih tinggi akan mempercepat reaksi. • Tingkat energi pada senyawa transisi bertambah besar akan • memperlambat reaksi (∆G lebih tinggi).
HAL–HAL YANG BERPENGARUH PADA REAKSI SN2 : Hambatan sterik Reaktivitas nukleofil Reaktivitas ‘Leaving group’(= gugus pergi) Solven Hambatan sterik • Hambatan sterik mempengaruhi kemudahan nukelofil untuk mendekati substrat • Semakin besar subtituen, semakin terlindungi atom karbon reaksi makin lambat
2. REAKTIVITAS NUKLEOFIL • Semakin reaktif suatu nukleofil, biasanya reaksi semakin cepat • Basa yang lebih kuat umumnya adalah nukleofil yang lebih baik • Nukleofilitas unsur-unsur dalam satu golongan pada periodik tabel • meningkat dariatas ke bawah.
3. REAKTIVITAS ‘LEAVING GROUP’ Basa yang lemah(anion yang diturunkan dari asam yang kuat merupakan ‘Leaving group’ yang kuat.
4. EFEK SOLVEN • Reaksi SN2 berjalan lambat dalam solven protik (hidroksilik), seperti H2O, R-OH (alkohol), dsb. • Protik solven menurunkan reaktivitas kebanyakan nukleofil melalui ikatan hidrogen (hidrogen bonding), yang akan menstabilkan nukleofil( sehingga E ↓ → dan ∆G ↑) kurang reaktif. • Anion (nukleofil) yang tersolvasi
Sebaliknya, solven aprotik (nonhidroksilik) yang polar akan meningkatkan efektivitas nukleofil, dan reaksi SN2 akan berjalan lebih cepat. • Beberapa contoh solven aprotik polar: • Asetonitril (CH3 – C≡N) • Dimentil sulfoksida (CH3)2SO • Dimentilformamide [(CH3)2NCHO)]
__ aprotik solven ---- protik solven
REAKSI SN1 • Unimolekuler, hanya satu molekul yang terlibat dalam step (tahap) penentu laju. | • Reaksi SN1 mengikuti kinetika reaksi orde pertama, laju reaksi = K [RX] • Dalam reaksi SN1, ‘Leaving group’ secara spontan terdissosiasi menghasilkan karbokation (ion karbonium), diikuti serangan yang cepat dari nukleofil (reaksi 2 step) • Terjadi rasemisasi konfigurasi pada atom karbon Reaksi SN1 kebanyakan terjadi pada substrat tersier. Intermediet(=zat antara = zantara) adalah suatu molekul stabil, dapat diisolasi yang terbentuk pada proses reaksi. A + B → C → D + E C = intermediet.
Mekanisme reaksi SN1 Dissosiasi spontan alkil bromida secara lambat (tahap penentu laju) menghasilkan intermediet karbo kation dan ion bromida. 2. Karbo kation(ion karbonium) bereaksi dengan nukleofil secara cepat menghasilkan produk netral.
HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA REAKSI SN1 1. Substrat Semakin stabil intemediet karbonation, semakin cepat reaksi SN1. Urutan stabilitas ion karbonium Benzyl ≈ Allyl > tersier > sekunder > primer > karbonium metil Karbokation benzyl dan allyl terstabilkan oleh efek resonansi. Urutan stabilitas karbokation tersier, sekunder, primer dan karbonium metil adalah :
2. Leaving group(gugus pergi) Semakin baik Leaving group, akan semakin cepat reaksi SN1. I:- > Br:- > Cl:- > H2Ö: Reaksi SN1 sering dilakukan dibawah kondisi asam, dan air netral akan dilepas sebagai leaving group. Pada kasus ini, alkohol akan terprotonasi dan melepaskan air untuk membentuk ion karbonium.
3. NUKLEOFIL Berbeda dengan reaksi SN2 dalam reaksi SN1, nukleofil tidak memainkan peranan utama. Mengapa?? Karena nukleofil tidak terlibat dalam tahap penentu laju reaksi. Mis: pada reaksi t-butil alkhol → t-butil klorida, laju reaksinya sama, apakah X nya Cl, Br atau I. • 4. SOLVENT • Solven dapat mempengaruhi laju reaksi. • Beberapa solven berinteraksi dengan ion karbonium dan menstabilkannya. Akibatnya, ∆G akan turun dan reaksi berjalan lebih cepat. • Solven, mis: air dan metanol adalah bagus untuk mensovasi ion karbonium, • non polar solvent, seperti hidrokarbon jelek dalam mensolvasi ion.
Anion (nukleofil) yang tersolvasi Solvasi karbokation oleh air __ aprotik solven ---- protik solven Efek solven pada reaksi SN1
Alasan pengaruh solven pada reaksi SN1 dan SN2 berbeda. Pada SN2, reaksi berjalan dengan cepat dalam polar aprotik solven, dan berjalan lebih lambat dalam protik solven, ( energi ground-state dari nukleofil yang menyerang diturunkan oleh adanya solvasi yang menyebabkan naiknya ∆G) Pada reaksi SN1, reaksi berjalan baik pada polar protik soven, karena tingkat energi transition-state lebih diturunkan dibanding energi ground-state dari nukleofil.
REAKSI ELIMINASI ALKIL HALIDA 2 macam reaksi yang mungkin terjadi bila suatu nukleofil (basa Lewis) menyerang alkil halida : 1. Reagen menyerang atom karbon dan menggantikan halida(x) → SN1 & SN2 2. Reagen menyerang hidrogen dan membebaskan HX untuk membentuk alkena. → E1 & E2 REAKSI E2 (= Reaksi Eliminasi Bimolekuler) Pada banyak hal, analog dengan reaksi SN2 Reaksi E2 mengikuti kinetika orde kedua karena baik nukleofil(basa) dan alkil halida terlibat dalam tahap penentu laju. Laju reaksi = K [ RX ] [ basa ] Reaksi E2 merupakan reaksi satu tahap tanpa terbentuk intermediet.
Mekanisme reaksi E2 Basa menyerang ikatan C-H tetangga dan mulai mengambil atom H, dan pada saat yang sama ikatan rangkap dua alkena mulai terbentuk dan gugus X mulai meninggalkan Alkena terbentuk bila ikatan C-H sudah benar-benar putus dan gugus X telah terlepas dengan membawa sepasang elektron ikatan C-X
REAKSI E1 (= Reaksi Eliminasi Unimolekuler) Pada banyak hal, analog dengan reaksi SN1 Reaksi E1 mengikuti kinetika orde kedua karena baik nukleofil(basa) danalkil halida terlibat dalam tahap penentu laju. Laju reaksi = K [ RX ] Reaksi E2 merupakan reaksi dua tahap melalui terbentuknya intermediet ion karbonium.
Mekanisme reaksi E1 Dissosiasi yang spontan dari ‘leaving group’ menghasilkan intermediet karbokation. Reaksi ini merupakan tahap yang paling lambat (tahap penentu laju reaksi Hilangnya satu proton tetangga pada tahap yang cepat menghasilkan alkena. Pasangan elektron ikatan C-H membentuk ikatan alkena.