10 likes | 242 Views
30. atau tidak berbudi, dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi seseorang dalam. melakukan amalan-amalan religi. Pengamalan ajaran-ajaran religi tetjadi karena. adanya motivasi-motivasi yang bersifat spontan berasal dari dalam diri sendiri untuk. mematuhi ajaran religi.
E N D
30 atau tidak berbudi, dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi seseorang dalam melakukan amalan-amalan religi. Pengamalan ajaran-ajaran religi tetjadi karena adanya motivasi-motivasi yang bersifat spontan berasal dari dalam diri sendiri untuk mematuhi ajaran religi. Menurut Jalaluddin (1996), agama berfungsi sebagai sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Sistem nilai yang berdasarkan agama dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap bidup individu dan masyarakat (Me Guirie, dalam Jalaluddin, 1996). Nilai itu menjadi daya dorong bagi individu untuk melahirkan tindakan- tindakan kebajikan yang bermanfaat bagi orang lain. Pada saat yang sama , adanya fungsi agama sebagai pembenaran adalam mengatur sikap hidup masyarakat juga dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang tergolong kebajikan bukan dalam rangka berbuat kebajikan, tetapi dalam rangka memperoieh penilaian sosial dari masyarakat bahwa dirinya termasuk orang yang baik dan religius. Kumiawan (1997) mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak individu yang menghayati kehidupan agama dalam taraf fungsional artinya, agama hanya dijadikan sebagai alat untuk memenuhi tujuan-tujuan yang bukan bersifat religius. Seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita atau sebaliknya bukan dalam rangka untuk memenuhi sunnah Nabi dan bukan pula berdasarkan cinta, tetapi dalam rangka memperoieh kredit point untuk kenaikan jabatan ataau mendapatkan kenikmatan dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kehidupan