310 likes | 738 Views
KONSEP PENDIDIKAN MORAL DARI JAMAN KE JAMAN Zaman Yahudi Kuno Dunia diciptakan agar anak-anak Tuhan dapat memperoleh pengalaman dan membuktikan keabsahan semua perintah Tuhan (Sepuluh Perintah Allah). Isinya:
E N D
KONSEP PENDIDIKAN MORAL DARI JAMAN KE JAMAN Zaman Yahudi Kuno Dunia diciptakan agar anak-anak Tuhan dapat memperoleh pengalaman dan membuktikan keabsahan semua perintah Tuhan (Sepuluh Perintah Allah). Isinya: Tidak menyebut nama Tuhan sembarangan, mengingat dan mengkuduskan hari Sabat, Hormat kepada ayah dan ibu, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mencuri, tidak mengucapkan saksi dusta, tidak mengingini rumah, isteri, hamba atau apa pun yang dipunyai sesamanya.
Konsepnya sebagian besar diambil dari Talmud (kompilasi hukum tidak tertulis yang berlaku pada masa itu). Jadi, hukum sangat ditekankan. B. Zaman Yunani Kuno Pendidikan berlangsung dalam suatu negara kota (citystate) atau Polis. Dua periode pendidikan: Periode Homerik Tua (900 – 500 SM) Periode Transisi/Kemunduran (500-200 SM)
Periode homerik pendidikan untuk membentuk warganegara tangguh. Periode transisi pendidikan untuk kesejahteraan di samping membentuk warga negara gagah berani. Setiap peserta didik mempunyai tutor yang bertanggung jawab terhadap pengembangan pendidikan dan karakternya (keberanian, keteguhan, tanggung jawab, kesederhanaan, pengendalian diri dan setia pada negara).
Sparta menekankan keberanian & kesetiaan negara militer. Athena terjadi perubahan dari orientasi pendidikan fisik ke pendidikan intelektual Konsep manusia ideal dan hukum universal terdapat dalam pemikiran para filsuf, pendidik, artis dsb. Kaum sofis menekankan kemampuan berbicara di muka umum (pidato, debat dsb.). Tokoh terkenal: Gorgias Kaum sofis berpaham relativisme.
Socrates tidak sepaham dg Kaum Sofis. Ada gagasan universal dan prinsip spiritual yang tetap abadi. Kebenaran = kebaikan. (Knowledge is virtue) Metode yang digunakan dialog Socrates. Membantu anak muda berpikir dengan jernih tentang kebenaran, kebaikan, tanggung jawab dan tabiat saleh. Tradisi ini dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Plato.
Aturan2 yg mengarah pada tindakan yang baik yang patut diajarkan kepada anak didik. Aristoteles (murid Plato) melanjutkan tradisi Socrates. Sangat memperhatikan pendidikan anak muda, karena erat hubungannya dengan eksistensi negara. Dasar2 pendidikan dimulai sejak dalam keluarga. Pendidikan formal seharusnya mengajarkan kebaikan moral dan kebenaran intelektual dg penekanan pd karakter.
Mengetahui yg baik tdk sama dengan menjadi orang baik. Pendidikan moral pengembangan kebiasaan baik, bukan teoritis.
C. Zaman Romawi Kuno (mulai 146 SM) Sistem pendidikan Romawi mengadopsi Yunani. Cicero (106-43 SM) karyanya De Oratore. Orator = orang terdidik dan berpartisipasi dlm masalah negara. Marcus Fabius Quintilianus dg karyanya: De Institutione Oratoria. Peran guru seperti orang tua, mengupayakan anak didiknya menjadi orang bermoral.
D. Abad Pertengahan Ajaran agama Kristen menjadi landasan pokok bagi praktik pendidikan moral. Sekolah kateketik didirikan untuk masyarakat terlibat aktif di gereja. Beberapa pendidikan agama dibantu penalaran filsafat (ancilla theologia= filsafat menjadi pembantu agama)
Biara adalah perwujudan dari sekolah kateketik. Pendidikan dalam biara dicirikan oleh penekanannya terhadap konsepsi dan praktik lepas kaul, peraturan yg ketat, formulasi ide tentang kesucian, kesederhanaan, dan kepatuhan. Sumpah biara yang sangat ketat. Biara menjadi satu-satunya pranata kependidikan.
Sejak abad ke-6 dan ke-7 M, kurikulum sekolah diperluas dan pranata biara dikembangkan dg tujuan berbeda: Mendidik siswa menjadi pendeta dan Mendidik siswa menjadi warga gereja. Th 787 M Charlemagne menegaskan pentingnya peningkatan penguasaan siswa terhadap kitab Injil dan ajaran-ajaran moral di dalamnya, juga pengajaran membaca, menulis yg baik.
Upaya selanjutnya adalah peningkatan pengetahuan perubahan kurikulum yg disebut Tujuh Pengetahuan Budaya (Liberal Arts): Trivium: Tata Bahasa, Retorika, Dialektika; Quadrium: Aritmatika, Geometri, Astronomi, dan Musik.
Tahun 1228 M Tertib Dominika melarang mempelajari ilmu-ilmu budaya dan sekuler yg disebut Liberal Arts. Yang dipelajari hanyalah Teologi. Pendidikan moral berbasis agama Kristen dikembangkan di sekolah2 dan universitas2. Pendidikan tidak bersifat universal.
E. Zaman Renaissance Muncul kajian kembali kepustakaan klasik (Yunani dan Romawi Kuno) Hubungan erat antara ilmu pengetahuan dan perilaku moral. Banyak sarjana dididik dg pengetahuan sekuler di samping juga kemampuan mengembangkan gaya hidup Kristiani. Tokoh populer: Desiderus Erasmus
Erasmus menulis: The Education of a Christian Prince. Orang tua mendidik moral sedini mungkin Orang tua juga mencarikan guru yg tepat untuk mendidik karakter moral pada anak-anaknya Disarankan mendidik moral dg metode bercerita (kisah Kristus, fabel dan cerita2 lainnya).
F. Zaman Reformasi Publikasi Martin Luther th 1517: 95 Themes dipandang sbg tonggak mulainya abad Reformasi Religius. Kitab Injil dijadikan acuan dan menjadi otoritas tandingan bagi gereja. Pendidikan rakyat kebanyakan --> penting utk mengembangkan tingkah laku moral. Kebiasaan dan tradisi tak berdasar yg ada di gereja harus diperangi.
Pendidikan moral dan agama menurut Luther tidak hanya membantu anak2 tetapi juga masyarakat keseluruhan. Orang tua menerapkan aturan ketat dan anak-anak patuh keluarga tertib. Keluarga-keluarga tertib masyarakat tertib situasi kota dan seluruh negara akan baik, teratur dan makmur. Karya-karya Aristoteles dan tokoh Yunani lainnya dipandang bertentangan dg Injil dan jangan dipelajari.
G. Zaman Realisme Penggunaan karya sastra utk pendidikan moral masih dominan.Kembali dipelajari karya2 zaman Yunani dan Romawi. Tokoh penting: John Amos Comenius (1592 – 1670). Ia menolak supremasi Paus dan mengakui otoritas mendasar di dalam Injil. Bukunya: The Great Didactic cita-cita mendidik anak2 Tuhan, baik laki2 maupun perempuan di sekolah umum.
Ia ingin menciptakan situasi belajar yg menyenangkan dan sama sekali tidak menghendaki penggunaan unsur paksaan atau kekerasan dlm pendidikan. Pendidikan adalah persiapan menuju keabadian. Ilmu, seni, bahasa penting untuk kehidupan wajar di dunia. Ilmu pengetahuan moral mengungkap perlbagai kebajikan moral, spt: menghormati ortu, keadilan, makan dan minum ala kadarnya, berpenampilan rapi dan pantas, selalu menyatakan kebenaran.
Pengaruh Comenius cukup besar thdp tokoh2 pendidikan modern spt John Locke, Piaget, dan John Dewey yg menyatakan dirinya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Comenius. Locke: dg konsep Tabula Rasa, tetap mengakui bahwa anak-anak pada dasarnya punya karakter asli yg diberikan Tuhan, tetapi lingkungan yg baik yg dikembangkan ortu yg bijak atau tutor yg baik akan dpt membantu anak mengembangkan nalar dan mendisiplinkan diri.
H. Abad ke-18 dan ke-19. Muncuk kelompok reformasi sosial: melindungi anak golongan rendah dari penyalahgunaan tenaga anak2 utk industri, mengembangkan pendidikan moral dan bebas buta aksara. Terjadi pemisahan gereja dan negara
Voltaire (1694 – 1778) menyambut pemisahan tsb dg suka cita. La Chalotais (1701 -1785) pendidikan moral dibutuhkan di sekolah-sekolah umum, dan negara harus menyelenggarakan pendidikan sekuler dan pendidikan moral tanpa harus melibatkan gereja.
Condorcet: Pendidikan dibutuhkan utk perjuangan kemerdekaan dan persamaan manusia; Pendidikan harus universal (laki2 dan perempuan sbg peserta didik); Negara hrs mensubsidi pendidikan dan mengembangkan semua ilmu dalam pendidikan.
Rousseau (1712 – 1778): Setiap manusia dalam kondisi alamiahnya mempunyai ide kebaikan moral dan kemampuan menalar. Tidak ada keinginan utk berbuat tidak benar di hati manusia. Mengakui bahwa pengaruh contoh/teladan merupakan satu kekuatan dlm pendidikan moral.
Immanuel Kant (1724 – 1804): Dipandang sbg penopang tonggak pendidikan moral masa itu. Titik tolak: Kehendak bebas manusia; Kapasitas manusia yg tidak terbatas utk mengembangkan diri; Hukum moral yg lebih bersifat absolut.
Rousseau mengingatkan: “Sebelum anda menerima tantangan untuk membentuk manusia, anda harus menjadi manusia lebih dahulu”.
Pestalozzi: menerapkan teori Rousseau. Pendidikan moral menjadi pusat atau inti pendidikannya. Tujuan akhir pendidikan adalah kemanusiaan, dg mensubordinasikan kebutuhan intelektual dan kemampuan praktikal kpd kebutuhan paling tinggi, yaitu moralitas dan agama.
Kant: Dikenal dg istilah “kategoris imperatif”: “Bertindaklah hanya dalam hukum universal”. (Pertimbangkan apa yg akan terjadi seandainya semua orang mengikuti contoh yg kita lakukan). Kekuatan moral dpt dikembangkan melalui pendidikan tanpa paksaan atau tekanan, tetapi tidak setuju dg Rousseau yg bertolak dr dorongan hati.
Kant: Dorongan hati hrs tunduk pada nalar dan hukum. Daya tarik ide-ide moral akan menempatkan moralitas dalam religi, politik, dan semua fase kehidupan manusia. Ada tiga ide abadi yg universal: Kebebasan, kekekalan jiwa dan eksistensi Tuhan.
Kebebasan dibutuhkan utk membuat pilihan2 moral Kekekalan jiwa dibutuhkan supaya ketidakadilan dlm hidup ini dpt diluruskan Tuhan kekuatan moral yg selalu hadir dlm diri manusia. Pendidikan moral itu penting krn mengarahkan kesadaran moral utk memenuhi tanggung jawab dan menemukan makna kehidupannya.
Tuhan tidak menempatkan kebaikan dlm bentuk yg sempurna, tetapi sekedar kapasitas tanpa perbedaan moral. Kewajiban manusia adalah utk mengembangkan dirinya sendiri, mengasah pemikirannya, dan mengembangkan karakter moralnya. Utk merefleksikan hal2 tsb bukan perkara mudah, maka pendidikan merupakan masalah besar sekaligus paling rumit.