1 / 77

LAYOUT

LAYOUT. Pranti Sayekti. Layout (manajemen bentuk dan bidang): penyusunan elemen-elemen  desain  yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Tujuan utama layout:

chyna
Download Presentation

LAYOUT

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. LAYOUT Pranti Sayekti

  2. Layout (manajemen bentuk dan bidang): penyusunan elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. • Tujuan utama layout: menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

  3. ISTILAH DLAM LAYOUT • Grid System: - Untuk memecahkan permasalahan penataan elemen- elemen visual dalam sebuah ruang. - Sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. - Menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama: untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.

  4. The Golden Section: • Sebelum kita bisa membuat grid, kita memerlukan sebuah halaman untuk meletakkannya. Digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain (proporsi).

  5. The symetrical grid: Dalamgrid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar.

  6. Prinsip-prinsip Layout: - Urutan: menunjuk pada aliran membaca. - Penekanan: menunjuk pada objek-objek penting dalam urutan pembacaan. - Keseimbangan: menunjuk pada pembagian berat ruang, termasuk ruang isi dan kosong (ruang sela). - Kesatuan: menunjuk pada usaha menciptakan kesatuan objek, termasuk ruang secara keseluruhan. - Konsistensi: menunjuk pada kontrol estetik tampilan keseluruhan. Konsistensi kian terasa pada penerbitan berkala. Konsistensi selain sebagai kontrol estetik terutama berguna bagi koordinasi keseluruhan material yang dilayout. • Disamping lima prinsip di atas, terdapat dua prinsip lagi yang penting terutama untuk layout penerbitan berkala. Dua prinsip tersebut yaitu konstanta dan variabel. • “Konstanta adalah elemen-elemen yang konstan, elemen yang selalu dipertahankan… sedangkan variabel adalah elemen-elemen yang berubah.” (Koskow, Merupa Buku, pp. 171-172) Konstanta dan variabel memperjelas prinsip konsistensi.

  7. UNSUR-UNSUR LAYOUT 1. Tipografi Merupakan unsur penting dalam layout. Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf tetapi juga soal mengorganisasikan huruf. Pengorganisasian tersebut tak sebatas memilih jenis huruf yang cocok untuk headline,subheadline, body text, caption, dll. Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk/anatomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka (misalkan huruf i kapital sebaiknya tidak sama dengan angka 1). Pemilihan jenis huruf juga dengan memperhatikan kelengkapan seri huruf seperti regular, bold, bold italic, italic. Tipografi pun termasuk ke dalam prinsip konstanta dan variabel. Misalkan, body text surat kabar atau jurnal umumnya merupakan konstanta, baik jenis maupun ukuran. Sedangkan untuk headlineselain memiliki konstanta pada jenis huruf biasanya memiliki variabel ukuran dengan alasan pertimbangan keseimbangan ruang. Disamping itu, body text yang konstan berkaitan dengan hitungan jumlah karakter yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ruang/kolom.

  8. PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPOGRAFI • Jangan terlalu banyak memakai jenis huruf. Pastikan seri huruf yang dipilih lengkap (regular, italic, bold, bold italic), serta bentuk huruf yang berbeda dengan angka. • Terlalu banyak memakai jenis huruf menyebabkan kekacauan (too much variables). Salah satunya disebabkan dalam tipografi itu sendiri, yaitu ruang sela antar huruf dan kata yang (terlalu) beragam (letter spacing, word spacing, leading). Organisasi huruf yang tidak terkontrol menyebabkan munculnya ruang lebar dalam baris-baris kalimat yang jika diamati membentuk garis sungai. • Tipografi yang terorganisir dimudahkan pengorganisasianya jika kita mendisain menggunakan program layout, misalkan Adobe Pagemaker, Adobe Indesign (misalkan melalui Paragraph Styles). • Jenis huruf yang digunakan: berkait dan tak berkait. Penggunaan ini dengan mempertimbangan kebutuhan teks dalam artikel, misalkan untuk headline, subheadline, body text, caption, dll.

  9. Ilustrasi Ilustrasi dalam sebuah penerbitan bisa berfungsi sebagai penghias, bisa pula memperjelas teks. Dalam statistik yang diperluas ke dalam desain komunikasi visual ilustrasi bisa berupa info grafis. Ada pula yang menyebut dengan info grafik, atau diagram. Dalam ilmu diagram dikenali beberapa jenis bentuk diagram yaitu basic statistic(umumnya berupa angka-angka), scatter graph (diagram pencar), grafik kontinu (diagram garis), grafik bar (diagram batang), diagram bagian (diagram kuweh), dan piktorial (ikonik).

  10. Model Layout Pada Desain Majalah • Elemen dasar dalam suatu layout yang tidak boleh ditinggalkan adalah: 1. Headline dalam suatu publikasi. Bukan hanya judul tetapi mungkin berisi pesan utama yang ditonjolkan. 2. Teks isi atau bodytext. Dalam publikasi berbentuk majalah bodytext adalah bagian teks yang paling banyak dan memiliki format yang seragam. Akan tetapi, pada layout Wan, mungkin teks yang berisi info utama ini memiliki lebih dari satu format, kadang memiliki beberapa tingkat hierarki tergantung detil informasi yang ingin disampaikan.3. Elemen gambar atau foto. 4. Ruang kosong dalam bidang publikasi. Sebuah publikasi yang tidak memperhatikan tersedianya ruang kosong akan sulit meletakkan fokus.

  11. Berikut Desain Layout yang ada pada sebuah Majalah: Desain Convensional: • Model sangat sederhana. • Mementingkan informasi dalam bentuk bodytext. Biasanya meletakkan judul di pojok kiri atas sebagai bagian yang pertama kali akan dibaca sesuai alur membaca secara tradisional. • Desain layout semacam ini tepat dipergunakan bagi publikasi yang pembacanya memang berminat pada informasi yang ingin disampaikan. • Tidak ada unsur yang ingin membujuk agar responden bersedia membaca publikasi ini, karena publikasi ini diperlukan oleh pembacanya. 

  12. Desain Klasik: • adalah desain standar di dalam pemformatan layout publikasi. • Designer dan bahkan kalangan tertentu menganggap seperti inilah layaknya sebuah publikasi ditata. • Desain ini sederhana dan menarik. Layout ini merupakan peninggalan zaman mesin cetak timah yang masih tetap dipakai hingga kini. • Penulisan judul rata tengah dan di bagian atas halaman dan bodytext disusun dalam dua kolom yang sama besarnya. Keterangan gambar ditulis dengan style yang berbeda di bawah gambarnya.

  13. Desain Modern: • Desain ini muncul di era modern (tahun 70-an) dan masih dominan hingga sekarang. • Sudah berani meninggalkan batasan-batasan lama seperti kolom tunggal yang cukup panjang. • Untuk mengimbangi panjangnya kolom, leading (jarak antarbaris) dibuat longgar. • Usaha untuk menarik perhatian pembaca adalah dengan menonjolkan unsur visual, seperti menampilkan gambar lebih banyak. Termasuk juga alat bantu tipografi, seperti unsur garis tebal yang berguna untuk memberikan stressing pada bidang publikasi. • Pemakaian ruang kosong telah mulai memperoleh porsi yang cukup.

  14. Desain Technical: • Model desain ini cocok untuk orang yang berselera praktis dan untuk memuat hal-hal yang bersifat teknis. • Kolomnya rata-rata sempit dan tidak memuat teks yang terlalu panjang. • Ruang kosong yang tersedia sangat banyak, berguna untuk mengarahkan fokus pada isinya. • Gambar terpasang secara simetri pada bagian-bagian halaman yang memberikan kesan balance. • Pembaca yang menyukai layout seperti ini, biasanya tidak membaca publikasi secara urut. la cenderung mencari-cari topik yang disukai, baik dengan membuka-buka halaman demi halaman maupun dengan melihat daftar isi. • Penomoran halaman jelas dan cenderung menonjol. Sekalipun pada contoh ini, dari dua halaman cukup diperlukan satu nomor halaman genap. Sebab setelah menangkap nomor halaman ini, 72, tanpa melihat nomor berapa di sebelahnya, pasti yang sebelah kanan adalah halaman 73. Itulah sifat orang-orang teknik yang selalu mengedepankan logika.

  15. Desain Agresif: • Desain jenis ini bersifat menyerang. • Layout agresif tidak dimuat terus menerus sepanjang isi publikasi. la hanya diperlukan maksimum 20% dari seluruh halaman. • Keagresifan dari desain ini dibuat dengan menampilkan gambar yang besar dan bahkan sebagai latar belakang artikel jika perlu. • Gambar yang besar sekaligus untuk menggantikan peran white space secara berkebalikan. Jika gambar tampil kuat, bagian teks harus cukup kontras untuk dibaca, baik dengan memberikan background maupun menggunakan jenis huruf yang sangat legibly (dapat dibaca) dalam warna yang jelas.

  16. Desain Juvenile: • Juvenile Book artinya buku untuk anak-anak. Jadi, desain ini ditujukan untuk segmen pembaca anak-anak. • Desain ini berangkat konsep klasik hanya untuk menampilkan daya serang agar menarik untuk dibaca, maka diperlukan beberapa bagian menggunakan teks berukur besar, gambar berukuran cukupbesar, dan gambar lain yang lebih kecil dalam jumlah yang agak banyak. • Bidang kosong lebih banyak dibanding desain klasik. Bahkan jika perlu background dibuat berwarna Konsep klasik yang mendasari layout ini ditujukan untuk mendidik pembaca yaitu anak, mengenal estetika layout secara formal dengan urutan serta bagian-bagian yang tidak terlalu didestorsikan. • Bentuk huruf teks headlines biasanya juga masih mengacu pada pilihan standar Serif dan San serif yang lebih modern. Ukuran body teks satu nomor lebih besar dari desain klasik, dengan tujuan agar pembaca muda kita tidak terlalu jenuh dengan teks yang banyak dalam suatu halaman.

  17. Desain Young & Fun: • Untuk segmen yang lebih tua dari pembaca Juvenile, diperlukan tampilan yang tidak lagi childish (kekanak-kanakan). • Huruf yang dipakai dengan pilihan Sans serif dalam ukuran yang lebih kecil. • Tatanan elemen gambar sudah lebih ekspresionis kadang distortif (merusak bentuk asli untuk memperoleh efek lain), karena pembaca seusia ini merasa tidak puas dengan yang biasa. Ia selalu ingin menemukan pengalaman baru dari apa yang dilihat dan dibacanya. Jika perlu, elemen gambar yang dijungkirbalikkan, yang untuk orang dewasa merasa pusing memandangnya tetapi sesekali mereka akan enjoy untuk memandang suatu objek secara terbalik.

  18. Desain Young & Feminim: • Ditujukan kepada segmen pembaca wanita muda. • Gabungan antara Young and Fun serta Agresif, namun pada banyak elemen dipergunakan bentuk-bentuk yang lebih lunak. Seperti bentuk segi empat yang ujungnya dibuat lengkung, merupakan cara untuk melunakkan bentuk. • Huruf Sans serif masih merupakan pilihan tepat, tetapi bukan yang berbentuk kaku, melainkan sebangsa Optima, Tahoma, Neu Helvetica bukan Eras maupun Clearface atau Avant Garde Gothic. • Pemilihan ilustrasi maupun tampilan foto dengan mengindahkan hal-hal yang disukai wanita. Seperti pewarnaan, kontras yang tidak terlalu tajam.

  19. LAYOUT SURAT KABAR • Layout (tata letak ) dari sebuah Koran tergantung dari jenis korannya. • Koran atau surat kabar merupakan suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, yang biasanya dicetak pada kertas dengan kualitas rendah dan murah. • Koran berisi berita-berita terbaru/terkini dalam berbagai topik bahasan, tergantung jenis korannya. Topik koran bisa berupa politik, olahraga, kriminal, hiburan dan lain-lain.

  20. Koran terbit setiap hari, sepanjang tahun. Dalam koran biasanya terdapat topik-topik tertentu yang dimuat pada hari tertentu, misalnya dalam koran edisi hari Minggu. • Sebagai media informasi dan komunikasi surat kabar/koran harus mempunyai tata letak/lay-out yang memiliki ciri-ciri, yang dapat dilihat dari format, cara penyusunannya dalam kolom-kolom, cara pemakaian tipografi (huruf), warna, serta penempatan berita, foto/ilustrasi, grafis dan iklan dalam satu halaman. • Ciri-ciri itu pula yang akhirnya akan membedakan segmentasi pasar suatu media cetak, untuk menengah ke atas atau menengah ke bawah. • Seperti diungkapkan Lasswell dalam Effendy (1988) “komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media sehingga menimbulkan efek tertentu” (Effendi, 1988:13).

  21. Desain/Lay-Out • Lay-out dalam sebuah koran/surat kabar memiliki fungsi serta tujuan untuk sell the news, grade the news set the tone, and guide the readers (menawarkan/menjual berita, menentukan rangking berita, membimbing para pembaca akan hal-hal yang harus dibaca terlebih dahulu). • Lebih lanjut lay-out sebuah surat kabar/koran dibuat dengan menyesuaikan gerak mata para pembaca. Dalam penyusunan lay-out sebuah surat kabar/koran, selain diperlukan adanya pengetahuan tentang jenis dan warna huruf, juga harus memiliki jiwa seni. Sebab dari ukuran huruf untuk headline, panjang berita, besar dan warna foto atau tulisan sangat berpengaruh terhadap mata pembaca.

  22. Posisi suatu berita, isi dan pola yang digunakan semuanya dibuat untuk melayani pembaca. Sehingga lay-out itu disesuaikan dengan siapa pembacanya. • Berdasarkan desain, lay-out, dan tipografi dapat menjadi sebuah ekspresi pencerminan kepribadian surat kabar itu sendiri, sehingga pembaca dapat memberikan penilaian akan jenis surat kabar yang dibacanya. • Lay out koran memang agak berbeda dengan lay-out majalah atau tabloid, karena koran lebih cenderung untuk menampilkan informasi secara padat. Padat disini dalam pengertian bahwa jumlah berita bisa panjang, namun luasan cetak sangat terbatas. Sebagai konsekuensi, teks cenderung lebih kecil, jarak antar baris juga sempit. • Koran menampilkan informasi dalam bentuk kolom, sehingga memudahkan kita untuk mengikuti alur membacanya. Jadi, paling tidak tetap ada unsur yang membantu pembaca dalam menikmati informasinya.

  23. Berdasarkan jenisnya lay-out surat kabar/koran dapat dibedakan menjadi: • Symitrikal lay-out; disebut juga foundry/vertical lay-out, • karena lebih seperti jemuran, letak berita-beritanya seimbang. Lay-out seperti ini digunakan oleh The New York Times dan Kompas.

  24. Koran Kompas • Koran Kompas merupakan salah satu Koran Nasional terbesar di Indonesia. • Sering mengalami perubahan perwajahan tapi tidak terlalu mencolok, sehingga pembaca tidak pernah merasakan perubahan dalam perwajahannya. • Seperti misalnya pada penempatan foto pada halaman utama, menggunakan maximal cropping, dimana topik utama pada foto terlihat dengan jelas. Dalam typografinya Kompas tetap bertahan dengan Times Romannya dengan size 10 point untuk isi beritanya dan size besar untuk Headline dan subheadline. • Untuk ilustrasi tetap berpegang pada minimalis ilustrasi dengan penempatan insert foto yang mendukung Headline, terletak di sisi atas di bawah tulisan Kompasnya sendiri.

  25. Informal balance lay-out; • banyak dipakai oleh surat kabar, karena mengarah kepada kesempurnaan suatu keseimbangan. • Foto yang hitam akan lebih baik jika diletakkan di kanan atas halaman, dan akan kelihatan berat kalau diletakkan di bagian bawah halaman.

  26. Quadrat lay-out atau tata rias segi empat; • sangat baik untuk surat kabar yang akan dijual di pinggir jalan secara eceran, karena koran akan berlipat empat, dan pada seperempat bagian yang tampak itu akan diperlihatkan berita-berita penting dan menarik.

  27. Koran Seputar Indonesia (Sindo) • Koran ini merupakan pengembangan dari sebuah media informasi pertelevisian, sehingga gaya penyajiannyapun hampir sama. • Typografi tidak jauh berbeda dengan Kompas hanya saja penggunaan jenis font lain juga ikut mendominasi, seperti arial,dan jenis font lainnya. • Ilustrasi koran ini menggunakan tambahan warna2 untuk sub headline dan penempatan foto/gambar pendukung berada di tengah-tengah dengan ukuran sepertiga halaman.

  28. Koran Tempo • Koran Tempo mempunyai ukuran paling kecil dibanding ukuran koran pada umumnya. • Koran ini seukuran dengan tabloid bahkan lebih kecil lagi. • Jenis font yang digunakan masih sama dengan font pada koran lainnya, Penempatan headline judul di sebelah kiri dan gambar pendukung headline di sebelah kanan. Jenis lay outnya sama dengan Koran Sindo, yaitu Quadrat lay-out.

  29. Brace lay-out; • menonjolkan suatu berita besar, lay-out seperti ini sering menggunakan “Banner Headline”, judul panjang. • Berita penting ditempatkan disebelah kanan surat kabar, sehingga mengikat pandangan pembaca ke arah sana, kemudian judul lain di sebelah kiri, dan sebelah kanan lagi.

  30. Circus lay-out/tata rias karnaval, Disebut demikian karena ramainya halaman depan. Semua judul berita dipamerkan di halaman pertama, isinya di halaman lain. Contoh seperti ini adalah Pos Kota (Jakarta), atau koran-koran mingguan.

  31. Horizontal lay-out; tata rias mendatar • judul berita dibuat mendatar, dengan berita yang tidak terlalu panjang.

  32. Function lay-out; • Tata rias yang setiap hari berubah, bergantung kepada perkembangan isi berita hari itu. • Bila terjadi hal-hal luar biasa sering dipakai “skyline heads”. Jadi ada gejala pemindahan nama tempat nama surat kabar itu sendiri. Lay-out seperti ini sering juga dipakai oleh koran-koran mingguan terbitan Jakarta. • Selain bentuk kolom-kolom menjadi sangat penting untuk lay-out koran juga menggunakan white space atau ruang kosong. • Penggunaan white space, atau ruang kosong, berguna untuk membantu pembaca fokus ke sajian utama, juga memisahkan elemen, entah karena alasan prioritas atau memang seharusnya terpisah. • Penggunaan ruang kosong yang tepat juga membantu pembaca untuk menikmati halaman dengan lega, sehingga membuat effek si pembaca berita merasa lebih nyaman tidak terkesan terlalu padat. White space ini biasanya juga ditempatkan sebagai pembatas antara berita dengan iklan.

  33. 10 tips untuk membuat desain lay-out koran lebih baik, diantaranya: • HIRARKI. • Pembaca melihat – bukan membaca – sekilas apa berita yang paling penting pada sebuah halaman. Jadi tetapkan dengan jelas apa yang menjadi jangkar (berita utama) di tiap halaman. Lalu aturlah sedemikian rupa sehingga memang berita itulah yang disimak pertama kali oleh pembaca, kemudian berita-berita lainya..

  34. CIPTAKAN • Titik Pusat Pengaruh Visual (Central Visual Impact/CVI). Lebih dari 80 persen pembaca menelusuri halaman dengan mengikuti gambar-gambar dominan. Hal yang harus paling mencolok mata adalah berita utama. Ini berlaku untuk setiap halaman – tidak hanya halaman satu.

  35. TERTATA. • Kebanyakan pembaca adalah orang yang sibuk. Karena itu informasi dalam sebuah halaman harus tertata rapi untuk menghindari kebingungan. • KONTRAS. • Halaman yang berhasil selalu memiliki elemen vertikal dan horisontal. Juga memilik elemen yang dominan dan elemen sekunder. Juga selalu tersusun ada sebuah berita utama (lead), berita penting tapi bukan berita utama (dominant headline) dan beberapa berita head sekunder.

  36. WARNA. • Warna harus digunakan untuk menginformsikan sesuatu, bukan sekedar hiasan, atau kosmetik halaman. • Penggunaan warna yang paling tepat dan paling baik adalah pada foto dan grafik. Warna juga harus mempermudah pembaca. • Penata wajah harus berdasar pada logika ketika menggunakan warna • TIPOGRAFI. • Semakin banyak jenis huruf yang digunakan, membuat pembaca semakin terpecah konsentrasi membacanya. Harus dicari kecocokan antara apa isi berita dan apa jenis huruf yang harus digunakan.

  37. BERI KEJUTAN. • Setiap hari kita harus memberi kejutan kepada pembaca. • Mungkin kejutan itu datang lewat foto, pilihan berita utama, desain halaman, atau grafik. • Pastikan bahwa pembaca – setelah membaca – merekomendasikan kepada orang lain untuk membacanya. Desain harus dapat menambah “daya kejut”. Rahasianya: istimewakanlah salah satu dari unsur yang hendak kita bikin sebagai kejutan tadi. • LABRAK ATURAN. • Tidak terlalu patuh pada aturan untuk menghindari pembaca merasa bosan.

  38. KONSISTEN. • Letakkan semua unsur halaman di tempat yang sama setiap hari. • Jika di halaman ada rubrik, ada kolom, ada tabel atau grafis dan boks, letakkan pada tempat yang sama setiap hari, sampai ada perubahan desain yang diputuskan kemudian. Dengan begitu, maka pembaca yang sibuk tidak makan waktu banyak untuk mencari informasi itu sebelum membacanya. • NYAMAN DILIHAT. • Desain yang simpel, tapi dinamis dan nyaman dilihat adalah tujuan utama dari desain halaman. Ingat isi dari surat kabar lebih penting dari desainnya. • Ingat juga bahwa desain itu hanya pengantar yang membawa tugasnya memikat pembaca lalu membawa pembaca ke isi berita.

  39. Catatan: • Lay-out hendaknya mengikuti kebiasaan arah mata berputar, yakni dari kiri ke kanan. Iklan hendaknya jangan diletakkan di halaman depan. • Gambar yang baik, yang ada aksinya. Hindari memuat pas foto. Karena dengan foto aksi (action) seolah-olah pembaca bertatap muka dengan orang bersangkutan. • Gambar hendaknya jangan di sebelah kiri halaman. • Fungsi foto, sama dengan headline. Foto mempunyai fungsi yang penting dalam lay-out. • Gambar jangan bertumpuk. Apabila ingin banyak gambar, dapat diletakkan di halaman dalam atau bersambung ke halaman lain. • Kalau surat kabarnya berwarna, jangan terlalu banyak menampilkan warna. Sebaiknya redaktur mempelajari bahasa warna atau mengangkat seorang seniman yang mengerti arti warna. • Berita ditulis bukan untuk menyenangkan sumber berita, tetapi untuk kepentingan pembaca.(fm)

  40. Jenis Lay Out Iklan Cetak • MONDRIAN LAY OUT Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian. Penyajian iklan mengacu pada bentuk-bentuk square/landscape/portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar/copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

  41. MULTI PANEL LAY OUT • Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

  42. PICTURE WINDOW LAY OUT • Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure)

  43. COPY HEAVY LAY OUT Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi lay out nya didominasi oleh penyajian teks (copy)

  44. FRAME LAY OUT Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita)

  45. SHILHOUTTE LAY OUT Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap/warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.

  46. TYPE SPECIMEN LAY OUT Tata letak iklan yang hanya melakukan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.

  47. SIRCUS LAY OUT Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.

  48. JUMBLE LAY OUT Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus lay out, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

  49. GRID LAY OUT Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.

More Related