520 likes | 883 Views
Pembebanan Biaya Berdasarkan Aktivitas Activity Based Costing (ABC).
E N D
Pembebanan Biaya Berdasarkan AktivitasActivity Based Costing (ABC)
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan industri dan juga pola perilaku masyarakat. Hal ini semakin menjadikan kompetisi yang semakin sengit dalam dunia usaha. Untuk itu diperlukan berbagai daya dan upaya agar perusahaan dapat lebih fleksibel dan dapat menghasilkan produk yang spesifik dan profitable dengan tetap memperhatikan kepuasan pelanggan. Namun hingga saat ini masih banyak pihak yang menggunakan paradigma lama antara lain:
1. Untuk memperkecil beban biaya tetap (cost/unit), maka proses produksi harus menghasilkan produk dalam jumlah yang besar pula. 2. Pelanggan yang memesan/membeli produk dalam jumlah yang besar adalah pelanggan yang memberikan profit besar pula. 3. Pelanggan yang loyal juga merupakan pelanggan yang memberikan profit. Dan profit akan mengikuti kepuasan pelanggan.
Berdasarkan penelitian dan perkembangan industri mengungkapkan bahwa paradigma tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Pola perilaku konsumen yang semakin spesifik (yang menjadikan produk tidak dapat diproduksi secara massal dan cenderung terbatas/limited), ketepatan waktu pengiriman, dll menjadikan dunia usaha harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap memiliki profit, walau menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih sedikit. Untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis, maka pelaku usaha harus mampu menentukan harga jual yang kompetitif berdasarkan analisa biaya produksi yang tepat.
MENGAPA ABC SANGAT PENTING? Setiap dunia usaha tidak akan dapat masuk ke dalam kompetisi – sekalipun untuk memulai memperbandingkan dengan perusahaan lain – sampai kita tahu bagaimana menghitung beban biaya secara tepat. Dan untuk dapat memasuki persaingan global, setiap perusahaan harus dapat lebih fleksibel, terintegrasi dan terotomatisasi dalam meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Akan tetapi, adalah suatu hal yang mustahil untuk mendukung daya saing perusahaan tanpa suatu mekanisme perhitungan biaya yang akurat.
Dalam perkembangan tersebut, beberapa permasalahan yang cenderung dihadapi dalam perhitungan biaya produksi dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan adalah: 1. Peningkatan jumlah produksi dan penjualan tidak berarti secara otomatis akan memberikan peningkatan profit. 2. Beberapa produk adalah produk yang memberikan keuntungan dan beberapa merupakan produk kritis yang dapat menimbulkan kerugian (Dalam meningkatkan daya saing, salah satu strategi pemasaran adalah dengan melakukan subsidi silang/transfer price antara satu produk yang profit dan yang tidak profit). 3. Produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi persyaratan pelanggan yang akan memberikan kepuasan pelanggan. 4. Tindakan penurunan cost pada satu bagian tertentu akan dapat mengurangi biaya mereka, tetapi akan dapat menciptakan biaya-biaya tambahan di ke arah muara bagian/departemen lain.
Salah satu metoda yang dapat memberikan analisa perhitungan biaya produk secara akurat adalah dengan menggunakan metoda ABC. ABC membebankan cost ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas – dasar pemikiran: produk atau jasa yang dihasilkan diperoleh melalui pelaksanaan rangkaian aktivitas dan penggunaan sumberdaya, yang dikonversikan dalam bentuk cost. – Konsep ABC menganut sistem hubungan sebab – akibat antara pemicu biaya (cost driver) dan aktivitas/activity center (Gambar 2.2).
Waktu perbaikan Gambar 2.2. Perbandingan Pembiayaan Tradisional dan Konsep ABC
Penggunaan sistem ABC dalam melakukan perhitungan biaya akan dapat mendefenisikan proses secara rinci, antara lain: 1. mengidentifikasikan biaya per unit dari berbagai jasa dan produk, 2. mengidentifikasikan bagian/section kritis pada inline proses (yang sangat mempengaruhi peningkatan cost) 3. mengidentifikasikan integrasi proses secara utuh (keseimbangan pada seluruh lini proses). 4. dll. Suatu keuntungan yang utama dalam menggunakan ABC adalah sistem ini akan dapat mengendalikan atau memperkecil penyimpangan dalam penetapan biaya produk sebagai akibat dari alokasi yang tidak tidak tepat (sewenang-wenang) terhadap biaya tak langsung. Hal inilah yang merupakan perbedaan dari perhitungan biaya tradisional (Gambar 2.2). (Pada sistem biaya tradisional, untuk mengalokasikan biaya tidak langsung, dilakukan dengan pembebanan secara proporsional dengan menggunakan suatu indikator atau faktor pembanding yang dianggap sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan secara langsung, sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing).
KENDALI WAKTU PADA ABC SYSTEM (TIME-DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING) Waktu merupakan salah satu dimensi yang membatasi seluruh rangkaian hidup (3 dimensi yang membatasi: waktu, ruang dan gerak). Dalam sistem proses produksi, seluruh aktivitas selalu dipengaruhi dan dibatasi oleh waktu. Upah tenaga kerja, pemakaian utilitas, depresiasi dan lain sebagainya, merupakan kompensasi atas penggunaan waktu oleh manusia maupun oleh mesin dan peralatan yang digunakan. Sehingga waktu merupakan salah satu kendali yang dapat digunakan dalam melakukan analisa dan implementasi sistem ABC. Kendali waktu (Time Driven) adalah suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghindari berbagai kesulitan dalam melakukan implementasi ABC. Metoda Time-Driven Activity-Based Costing memiliki dua parameter, yaitu:
1. Pembebanan biaya untuk setiap unit waktu yang digunakan sumber daya yang tersedia dalam memenuhi kapasitas yang tersedia sesuai dengan aktivitas perusahaan/bisnis. (Total pengeluaran Overhead dibagi dengan total jam kerja karyawan yang digunakan/tersedia). 2. Penilaian dari unit waktu yang digunakan dalam setiap aktivitas: berapa banyak waktu yang digunakan dalam menyelesaikan satu unit produk/ WIP pada setiap aktivitas (hal ini didasarkan pada hasil perkiraan atau pengamatan langsung).
Pendekatan waktu ini juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap permasalahan teknis yang dihadapi, ketika upaya peningkatan hasil produksi dikaitkan secara otomatis dengan penambahan waktu proses. Dengan pendekatan waktu, tindakan yang pertama sekali harus dilakukan adalah mengan menghitung jumlah waktu yang masih kosong (tidak terpakai) atau waktu mengganggur. (Sebab, penambahan jumlah waktu dan jumlah tenaga kerja pasti akan menambah jumlah produksi. Namun yang harus diperhatikan adalah, apakah penambahan jumlah jam kerja dan tenaga kerja tersebut sudah benar dan optimal?). Pada perkembangan selanjutnya metoda ini akan sangat membantu dalam merancang proses dengan varian produk, pelanggan dan karakteristik aktivitas yang menyebabkan variasi di waktu proses. Hal ini pula yang menjadi cikal bakal dari pelaksanaan proses tepat waktu (Just in time/JIT)
PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING Penerapan sistem Activity Based Costing dapat dilakukan melalui 4 tahapan berikut: 1. Identifikasi aktivitas Secara umum, proses (produksi) perusahaan terdiri atas: a. Inbound logstic/penyediaan bahan baku: aktivitas yang terkait dengan pemesanan dan pembelian seluruh bahan baku yang akan digunakan untuk pekerjaan/proses produksi b. Operation: aktivitas untuk melakukan konversi seluruh bahan baku yang tersedia, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia menjadi produk jadi/finish product. c. Outbond logistic: aktivitas untuk menyimpan dan memelihara produk yang telah jadi/finish product sebelum produk tersebut didistribusikan/diserahkan kepada pelanggan. d. Marketing dan sales: aktivitas untuk menyalurkan dan menjual produk jadi kepada pelanggan ataupun jaringan distribusi, serta menerima masukan dan saran dari pelanggan atas persyaratan yang ditetapkan ataupun yang diinginkan oleh pelanggan. e. Service: aktivitas untuk membangun hubungan dengan pelanggan dan membina kesetiaan pelanggan (customer loyalty) terhadap penggunaan produk perusahaan.
Untuk dapat menganalisa tahapan proses tersebut maka setiap proses harus memiliki prosedur standar yang akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan aktivitas tersebut. Dan secara umum tahapan proses a – c merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, dan memiliki dampak langsung terhadap pembebanan biaya produk. Sedangkan proses d – e (Marketing hingga service), merupakan aktivitas yang tidak langsung terhadap proses produksi, dan masuk ke dalam kategori biaya tidak langsung (overhead cost). Dalam melakukan identifikasi aktivitas, maka perusahaan sebaiknya harus memiliki 2 (dua) jenis diagram alur proses, yaitu:
1. Diagram alur aktivitas setiap bagian (Gambar 2.3) 2. Diagram alur rincian proses produksi yang terinci untuk setiap item produk mulai dari tahapan pembelian raw material hingga penyimpanan produk jadi. (Gambar 2.4.). Semakin rinci diagram alur tersebut, maka semakin akurat pula analisa yang akan dihasilkan. Beberapa data yang dibutuhkan dan sebaiknya dicantumkan pada setiap tahapan aktivitas antara lain adalah: 2.1. Ukuran produk yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap jenis produk jadi – dapat juga secara kategorial (besar, sedang, kecil) –. Ukuran tersebut dapat berupa: berat, jumlah, dimensi, standar mutu, dll.
2.2. Ukuran jumlah target kerja/kapasitas baku untuk elemen produktif yang digunakan (tenaga kerja langsung, mesin dan peralatan) pada setiap aktivitas (jumlah unit (pcs, kg, dll.)/satuan waktu). 2.3. Jumlah tenaga kerja tidak langsung yang baku (yang harus tersedia) selama proses produksi berlangsung, seperti: jumlah operator QC, Foremen, dll.
2.4. Jumlah dan jenis bahan pendukung yang digunakan 2.5. Standar jumlah buangan/waste yang diijinkan (yield product). Dalam perkembangan selanjutnya, data-data tersebut di atas merupakan dasar dalam penyusunan daftar kebutuhan bahan baku (Bill of material) dan penerapan metoda Just in time/JIT.
2. Identifikasi elemen biaya pada setiap aktivitas Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap elemen-elemen biaya pada setiap aktivitas. Secara umum, elemen biaya dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu: a. Biaya langsung/Direct cost: biaya yang secara langsung melekat pada material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan (Direct Labor & Direct Materials). Contoh: Biaya RM, Ingredients, Packaging, Biaya Tenaga kerja langsung/Target, konsumsi energi (mesin dan peralatan), dll. untuk setiap item pekerjaan. b. Biaya tidak langsung/Indirect cost: biaya yang secara tidak langsung melekat pada material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan. Contoh: Biaya Pelayan, Mandor, Listrik (penerangan area kerja), Air (sanitasi, dll.), Manufacturing Supplies, dll.
c. Biaya operasional lainnya/Factory overhead (FOH): biaya yang secara tidak langsung secara keseluruhan organisasi yang tidak termasuk biaya tidak langsung dan tidak langsung di atas - Pengeluaran Rutin Perusahaan Contoh: Gaji Direksi, Administrasi perkantoran (Telepon, Listrik, Air), Listrik penerangan pabrik, depresiasi, pajak, dll. Untuk lebih memudahkan analisa dan pengamatan, sebaiknya elemen-elemen biaya langsung (a) dan biaya tidak langsung (b), dicantumkan dalam diagram alur produk.
. Standar Upah/Jam = Rp 5.600,- . Target Kerja = 10 kg/jam = Rp. 560,-/kg . Biaya Pembekuan (Listrik) = Rp. 150.000/jam . Kapasitas Freezer/jam = 1.500 Kg = 1.000 pack = Rp 100/kg = Rp 150 /pack . Gaji/Upah pelayan = Rp. ……./jam . Biaya material = Rp. …../unit . Ingredients = Rp ……/unit . Packaging = Rp …../ unit . Manufacturing Supplies = Rp …..
3. Penentuan penyebab/pengendali (activity cost driver) dalam melakukan pembebanan biaya aktivitas (cost of activities) Untuk dapat menerapkan sistem ABC, tahapan yang teramat penting adalah menentukan basis (activity cost driver) untuk pembebanan biaya aktivitas (cost of activities). Basis ini yang akan digunakan sebagai dasar proporsi beban biaya dalam melakukan perhitungan biaya per unit produk pada setiap tahapan proses. Faktor sebagai pengendali biaya pada setiap tahapan proses, dapat didasarkan pada beban kerja setiap aktivitas – hasil kerja (kg, pcs), jam kerja (jam kerja orang dan jam operasional mesin), biaya (Rp), dll. Untuk dapat melakukan analisa secara cepat dan tepat, maka penggunaan paramater yang seragam antara aktivitas sangat dianjurkan. Dalam hal ini pendekatan terhadap konsumsi waktu (labor hour) yang digunakan merupakan salah satu cost driver yang dapat digunakan di hampir seluruh aktivitas, sebab seluruh aktivitas dilakukan dalam suatu rangkaian waktu.
Contoh dengan menggunakan Jam Kerja Orang: . Konsep yang digunakan adalah “Time and Motion Study” . Seluruh aktivitas dikonversikan ke dalam bentuk jam kerja orang dan mesin (untuk beban utility) . Penentuan standar cost menggunakan beberapa asumsi-asumsi mendasar . Perhitungan actual cost berdasarkan actual penggunaan jam kerja orang . Pembebanan FOH Costs dan Overhead Costs lainnya dilakukan dengan proporsi waktu kerja orang yang digunakan
Contoh perhitungan menggunakan jam kerja orang: • Asumsi Umum: • . Jumlah Jam kerja normal/bulan = 173 jam • . Incoming RM/bulan = 600 ton • . Jumlah Tenaga Kerja Langsung = 3.000 orang • = 3.000 x 173 jam • = 519.000jam/orang bulan • . Factory Overhead = Rp 6 Milyar • = Rp 6 Milyar / 519.000 = Rp 11.561/ jam orang • . UMR/bulan = Rp 802.500 • = Rp 802.500/173 jam = Rp 4.639 / jam
Receiving Area (seluruh tenaga kerja adalah tenaga kerja harian dan non target): • - Jumlah Tenaga Kerja = 10 orang (termasuk Mandor, pelayan dan Quality Control) • Jumlah Jam Kerja / bulan = 10 x 173 jam • = 1.730 jam kerja orang • Jumlah Incoming Material /bulan = 600 ton • = (1.730 jam * 60 menit) / 600 ton =0,173 menit orang / kg
Deheading Area: • - Jumlah T. Kerja Non Target (Pelayan dan Mandor) = 20 orang • - Jumlah Jam Kerja / bulan = 20 x 173 jam • = 3.460 jam kerja orang • - Beban jam kerja non target = (3.460 x 60 menit) / 600 ton • = 0,346 menit org/ kg HO • - Target kerja size Besar = 20 kg/jam • = 3 menit org / kg • = 3,346 menit orang / kg • - Target kerja size Sedang = 18 kg /jam • = 3,33 menit orang / kg • = 3,676 menit org / kg • - Target kerja size kecil = 15 kg/jam • = 4 menit orang / kg • = 4,346 menit org / kg
Area/Bagian Lain: . Penentuan jumlah karyawan non target adalah berdasarkan jumlah minimum karyawan target yang harus dibutuhkan. Penentuan kapasitas kerja pada setiap bagian yang tidak menggunakan tenaga kerja non target, dapat dilakukan dengan pendekatan “Time and Motion Study” • Mesin, Air, Listrik, dan Utility: . Pembebanan dengan proporsi penggunaan utilitas tersebut. Contoh: . Kapasitas Mesin Freezer = 500 kg/jam = 15.000 watt/jam (Rp…./watt/jam) = 0,12 menit/kg WIP = Rp..../menit = Rp … /kg . Penggunaan Penerangan di Ruang I = 2.000 watt/jam = Rp……./menit Untuk selanjutnya perhitungan ABC dilakukan pada setiap aktivitas/work center dengan tetap memperhatikan faktor keseragaman alat ukur. Perhitungan standar cost yang telah diperoleh, sebaiknya dicantumkan ke dalam Diagram alur proses yang telah disusun (Gambar 2.5). Pada gambar 2.5, standar Upah/Jam yang digunakan adalah Rp. 4.650,-
4. Perhitungan biaya per unit dari aktivitas Pada tahapan akhir dari penerapan sistem ABC adalah melakukan perhitungan total terhadap standar cost untuk setiap unit dari seluruh cost yang telah diidentifikasikan dan ditetapkan pada aktivitas tersebut. Data-data yang telah dikumpulkan disusun/dirangkai mulai dari tahapan awal hingga tahap akhir untuk masing-masing produk, berdasarkan satuan/unit (jam kerja org atau biaya/Rupiah).
Contoh: Total Biaya Pokok = (RM + Pack + Labor + Utility) + FOH (RM = Biaya Raw Material/Unit; Pack = Biaya Packaging/Unit; Labor = Biaya Tenaga KerjaUnit; Utility = Biaya Utility/Unit; FOH = Assumsi Biaya Factory Over Head/ jam org yg telah dikonversi menjadi Rp/unit). RM, Pack, Labor, Utility = Direct Cost, FOH=Overhead Cost
Asumsi: • Finish Goods = 300 Cartons (Ctns) • = 10.800 pack • = 86.400 pcs • = 4.104 kg FP, • Yield = 90%, • Cost RM = Rp. 57.000,-/kg, Listrik • Penerangan = Rp. 750/menit, • Jumlah Karyawan 250 orang, • FOH = Rp 11.561/jam kerja orang
Direct Cost: • . Raw Material : 4.104 kg F Goods : 90% = 4.560 kg, • Cost RM = Rp. 57.000 x 4.560 kg = Rp. 259.920.000,- • Cost RM/pack = Rp 259.920.000 : 10.800 pack = Rp 24.067/pack • . Cost Packaging merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga dapat diasumsikan langsung Rp 15.000/Ctns = Rp 417/pack • . Cost Ingrediants merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga dapat dihitung langsung berdasarkan komposisi ingrediants yang digunakan, dan diasumsikan = Rp 700/pack • . Tenaga Kerja: (Termasuk tenaga kerja target dan non target) • Rec. Area = 4.560 kg HO x 0,173 menit/orang/kg HO • = 790 menit • = 14 jam kerja orang
Deheading & Distribusi = Asumsi target kerja (termasuk target dan non target) = 14 kg HO/labor/hour = 4.560 kg HO:14 kg HO/labor/hour = 326 jam kerja orang Forming =Target kerja (perhitungan berdasarkan penggunaan waktu seluruh karyawan bagian forming) = 58 pcs/labor/hour . 86.400 pcs : 58 pcs/labor/hour = 1.490 jam kerja orang Finish Product Area = Assumsi target kerja orang = 0,18 jam kerja orang/Ctns = 300 Ctns x 0,18 jam kerja orang/Ctns = 54 jam kerja orang
Total Jam kerja orang untuk menghasilkan 300 Ctns: = 14 jam + 326 jam + 1.490 jam + 54 jam = 1.884 jam = 1.884 jam : 10.800 pack = 0,175 jam/pack Total Cost Tenaga Kerja Langsung (Target dan Non Target) = 0,175 x Rp 4.639 = Rp 811,83/pack = Rp 812 / pack
Mesin & Utility Berdasarkan penjelasan di depan, seluruh utility yang digunakan telah memiliki standar Rp/menit, sehingga jika asumsi penerangan di ruang Rp. 750/menit dan asumsi jumlah karyawan di ruang 250 orang. = 1.490 jam kerja orang : 250 orang = 6 jam. Beban cost penerangan = Rp 750 x 60 menit x 6 jam = Rp 270.000 : 10.800 pack = Rp 25 / pack Langkah yang sama dilakukan untuk utility yang lain. (Asumsi pada contoh ini, biaya utility dan mesin hanya Rp. 25/pack)
Factory Overhead = (lihat hasil jam kerja orang/pack = Direct Cost) Total Cost FOH = 0,175 jam kerja orang/pack x Rp 11.561/jam kerja orang = Rp 2.023,18/pack = Rp 2.024 / pack Total Biaya Pokok = (24.067/pack + Rp 700/pack) + Rp 417/pack + Rp 812/pack + Rp 25/pack + Rp 2.024/pack = Rp. 28.045/pack = Rp 73.082/kg FG
MANFAAT DAN KARAKTERISTIK ACTIVITY BASED COSTING Dalam perkembangan implementasi sistem Activity Based Costing, berbagai pihak telah menyatakan akan besarnya manfaat yang telah diberikan oleh sistem ini. The ABCs of Profitability Today, many organizations are using Activity Based Costing (ABC) to make strategy changes and to cut costs, and the process may end up affecting a broad range of operations: simple ones, like the way a truck delivery is unloaded at a store, or major ones, such as whether to outsource direct store deliveries. ABC shows the individual impact of each decision, and the impact of one decision on another. A company may even discover that changing the way deliveries are processed makes outsourcing them uneconomical. ABC can produce results. Here are some examples:
A mining company needed to reduce logistics costs and to assess the bottom-line impact of some proposed capital investments. It conducted an ABC pilot project which focused on customer service and distribution. The study found enough “quick hit” improvements to pay for the cost of the pilot project. Management used the model to justify several strategic initiatives, which led to even greater bottomline improvements. ABC was then rolled out to the mining and milling processes. Today, strategic planning, budgeting, and performance measurement have all been upgraded. A food processor and wholesale distribution company needed to understand the economics of its processing and logistics activities. Management suspected that some customer groups, products, and delivery routes were losing money. As it turned out, all products contributed to the bottom line, but some customers were indeed unprofitable. The improvement opportunities that ABC discovered amounted to ten times the cost of the pilot project. Source: Henry Kolisnik, “The ABCs of Profitability,” Canadian Transportation Logistics, March 1995, p. 50.
Sistem ABC dapat merubah berbagai yang selama ini dikategorikan sebagai biaya tidak langsung manufaktur menjadi biaya langsung – biaya tersebut diidentifikasikan secara khusus sebagai biaya hasil produksi. Pemilihan aktivitas yang tepat dan faktor pemicu biaya akan membantu manajemen dalam melakukan telusur terhadap biaya-biaya overhed yang terkadang sulit untuk dikendalikan, menjadi biaya objektif yang spesifik, sehingga dapat ditelusur sama seperti biaya material langsung ataupun biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dapat terjadi, sebab ABC sistem dapat mengklasifikasikan lebih banyak item biaya sebagai biaya langsung dibandingkan dengan sistem tradisional.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem ABC adalah: 1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu penyelesaian produk dan harga pokok yang mengikutinya) 2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang lebih akurat, sehingga akan membantu manajemen untuk segera mengambil tindakan strategis yang perlu. 3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode analisa yang akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor produksi (material, jam kerja yang digunakan – dan bila memungkinkan hari dan jam terjadinya kerugian, departemen dan personil yang bertanggung jawab, dll.)
4. Sebagai dasar dalam menganalisa keseimbangan (line balancing) kapasitas (tenaga kerja, mesin dan peralatan) yang tersedia, dengan minimisasi waktu tunggu dan waktu menganggur. 5. Penerapan sistem ABC akan memberikan analisa atas standar dan pencapaian penggunaan seluruh faktor-faktor produksi, antara lain: jam kerja (standar dan yang digunakan), material langsung dan pendukung, mesin dan peralatan, dll. 6. Dasar dalam menganalisa kembali struktur organisasi (Job Desc., Jumlah tenaga kerja) 7. Dasar dalam melakuan tindakan perbaikan yang berkesinambungan (Continual Improvement.). Implementasi sistem ABC akan membantu seluruh karyawan untuk memahami beragam biaya yang mempengaruhi kenaikan harga produk. Hal ini akan memberikan kesadaran kepada karyawan untuk menganalisa struktur biaya produk pada bagian masingmasing sehingga mampu untuk mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dan memberikan nilai tambah.
Pada akhirnya, peningkatan dan perbaikan yang berkesinambungan akan dapat diterapkan dalam menganalisa biaya, untuk mengurangi ataupun menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan untuk mencapai target efisiensi secara keseluruhan. 8. Dasar yang objektif dalam melakukan penilaian kinerja (Performance Management System), melalui Key Performance Indicator individu maupun tim. “Implementasi ABC tidaklah mudah, tidak semudah mengucapkan ABC.”
“Bila implementasi ABC tidak mampu menelusur penyebab profit/loss (produk apa? material yang mana? bagian/departemen mana?, dan bila memungkinkan hari apa? Dan jam berapa?), maka sesungguhnya sistem ABC tersebut tidak benar dan perlu di tinjau kembali. Catatan: 1. ABC adalah analisa kinerja proses dan bukanlah perhitungan akuntansi/nerca keuangan organisasi, sehingga data yang digunakan adalah data penggunaan faktor produksi pada saat periode pengamatan. Jadi sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan data-data untuk neraca keuangan dari pihak accounting. 2. Hasil analisa ABC, digunakan untuk membantu catatan/analisa hasil kinerja organisasi berdasarkan laporan keuangan dari pihak accounting.