180 likes | 549 Views
Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha. Pertemuan 4. Bagian 2. KEMULIAAN KELAHIRAN SEBAGAI MANUSIA. Merefleksikan kelahiran sebagai manusia yang bebas dan terberkahi akan mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi kita sebagai manusia dengan maksimal.
E N D
Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha Pertemuan 4 Bagian 2
KEMULIAAN KELAHIRAN SEBAGAI MANUSIA Merefleksikan kelahiran sebagai manusia yang bebas dan terberkahi akan mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi kita sebagai manusia dengan maksimal.
Ada tiga alasan utama yang membuat hidup kita penuh berkah • Terlahir sebagai manusia. • Lahir pada saat ajaran Buddha masih ada • Bisa belajar dan praktik Dhamma.
1. Terlahir sebagai manusia adalah berkah “Kiccho manussapatilābho; kicchaṁ maccāna jīvitaṁ; kicchaṁ saddhammassavanaṁ; kiccho buddhānamuppādo” Dhp. 182 Sungguh sulit dapat dilahirkan sebagai manusia; sungguh sulit kehidupan manusia; sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar (Dhamma); begitu pula sungguh sulit munculnya seorang Buddha
Perumpamaan Bandingkan statistik jumlah manusia dan jumlah binatang Buddha membandingkan jumlah manusia bagai pasir yang tercolek di ujung kuku, sedangkan yang terlahir bukan sebagai manusia sebanyak pasir di atas bumi. manusia < binatang < makhluk neraka
Dalam kitab bodhicaryavatara Ada seekor kura-kura buta yang muncul ke permukaan laut sekali dalam seratus tahun. Ada seseorang yang melempar gelang ke laut tersebut. Seberaa besar kemungkinan si kura-kura buta muncul ke permukaan air dan kepalanya masuk tepat di gelang yang tertiup angin berganti-ganti arah dan dipermainkan ombak.
Sebab kelahiran sebagai manusia yaitu; • sebab pertama adalah praktik disiplin moral yang murni, • kedua adalah praktik dari enam kesempurnaan (kemurahan hati/dana, disiplin moral/sila, kesabaran/ksanti, usaha yang bersemangat/virya, konsentrasi/dhyana dan keabijaksanaan/prajna), • ketiga adalah membuat aspirasi dengan motivasi yang murni.
2. Lahir pada saat ajaran Buddha masih ada Sukkho buddhānamuppādo; sukhā saddhamadesanā; sukhā saṁghassa sāmaggī; samaggānaṁ tapo sukho; Dhp. 195 Kelahiran para Buddha adalah sebab kebahagiaan; Pembabaran ajaran benar adalah sebab kebahagiaan; Persatuan Saṅgha merupakan sebab kebahagiaan; an usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan;
3. Bisa belajar dan praktik Dhamma Terlahir sebagai manusia pada saat ajaran Buddha masih ada adalah berkah; namun berkah terbesar adalah bisa belajar dan praktik Dhamma Dharma tidak berarti bila hanya tercetak di buku-buku/kitab suci tanpa dipraktikkan
waktu kehidupan kita ini sangat bermakna karena mempunyai potensi besar dari saat ke saat. Bila kita mencurahkan diri dengan sepenuh hati pada praktik pemurnian karma buruk dan praktik penghimpunan karma baik, maka kita akan mampu menghitung tak terhitung penyebab-penyebab untuk pencapaian kebebasan atau pencerahan.
Martabat Manusia “Na jacca rassalo hoti; Na jacca hoti brahmana; Kammana rassalo hoti; Kammana hoti brahmana”(Vasala Sutta, Sutta Nipata 136) Bukan karena kelahiran dia disebut hina, bukan karena kelahiran dia disebut mulia, tetapi karena perbuatan dialah disebut hina, dan karena perbuatan pula dia disebut mulia. Akibat dari semua perbuatan akan kembali pada diri kita masing-masing. Buddha menyatakan didalam Samyutta NIkaya I, ayat 227 sebagai berikut; “ sesuai dengan benih yang ditabur begitulah buah yang akan dipetik, pembuat kebaikan akan mendapat kebahagiaan. Pembuat kejahatan akan mendapat penderitaan. Taburkanlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari semua itu”.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Individu adalah bagian integral dari keseluruhan masyarakat dan alam semesta. • Ada pendapat : bahwa untuk memperbaiki masyarakat harus di mulai dengan perbaikan individu terlebih dahulu, tapi .... • Perubahan dalam masyarakat harus disertai perubahan individu dalam hubungan yang dinamis dengan masyarakat, bukan individu yang terpisah dalam masyarakat. • Buddha mengajarkan reformasi spiritual personal, tetapi juga struktural. • Buddha mendirikan sangha, suatu struktur monastik yang membawa orang individual dan kelompok mengatasi penderitaan. Buddha membongkar struktur sosial yang timpang dan deskriminatif di zamannya
TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Tanggung jawab sosial haruslah secara riil menghadapi persoalan masyarakat, hal ini manyangkut apa yang dilakukan untuk masyarakat, baik dilingkungan internal maupun eksternal. • Teladan Buddha: • Dalam keseharian Buddha menerapkan 3 kewajiban: • Buddhacariya : mengajar diri sendiri; • Naticariya : mengajar keluarga; (mengajar Dharma kepada ayahnya, mantan istrinya, keluarga yang lain, mengajar di surga tavatimsa kepada ibunya yg sudah wafat) • Lokacariya : mengajar lingkungan, semesta dengan sangat sempurna; (sepanjang hanyat mengajar Dharma kepada semua makhluk hingga nayak yg tercerahkan sempurna)