1 / 31

T uhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha

T uhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha. Pertemuan 1 dan 2. Profil: Siddhattha Gotama. Nama: Siddhattha berarti: “tercapai cita-citanya” Gotama = nama keluarga Karier Bodhisattwa: Petapa Sumedha - Dewa Setaketu (4 asankheyya-kappa dan 100.000 kappa )

tadeo
Download Presentation

T uhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TuhanYang Maha Esadan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha Pertemuan 1 dan 2

  2. Profil: Siddhattha Gotama • Nama: • Siddhattha berarti: “tercapai cita-citanya” • Gotama = nama keluarga • Karier Bodhisattwa: Petapa Sumedha - Dewa Setaketu (4 asankheyya-kappa dan 100.000 kappa) • Lahir: Lumbini, 623 SM • Ayah: Raja Suddhodana • Ibu: Ratu Mahamaya • Ibu asuh: Mahapajapati Gotami (adik Mahamaya) • Kerajaan: Sakya, di Nepal • Memiliki: 32 markah “orang besar” * • Menikah: usia 16 tahun • Istri: Yasodhara • Anak: Rahula • Meninggalkan keduniawian: usia 29 tahun • Mencapai pencerahan: Bodhgaya, usia 35 tahun • Mengajar: pertama di Isipatthana, keliling Jambudwipa selama 45 tahun • Wafat: Kusinara, 543 SM, usia 80 tahun

  3. Raja mengawali prosesi membajak sawah dengan menggunakan ‘luku/bajak’ yang dilapisi emas.

  4. peristiwa yang menjadi bahan renungan Siddharta

  5. Terbawa pada renungannya,Siddharta merasa jenuh dengan pesta rakyat ini, kemudian ia menyelinap dari pengawasan pengawal kerajaan dan duduk dibawah pohon jambu.

  6. Berbagai aliran spiritual India Tiga pandangan salah yang seringkali disinggung di dalam Sutta Pitaka, adalah: • Natthika ditthi = pandangan nihilisme, yang menolak kehidupan setelah kematian. • Akiriya ditthi = pandangan yang menolak manfaat perbuatan, yang mengklaim bahwa perbuatan-perbuatan tidak akan berpengaruh. • Ahetuka ditthi = pandangan yang menolak penyebab sesuatu, mengklaim bahwa tidak ada sebab / kondisi yang menyebabkan kekotoran / kesucian mahluk. Mahluk-mahluk kotor ataupun suci karena nasib, kebetulan atau kebutuhan.

  7. Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata, dinyatakan ada 3 jenis akiriya ditthi yang berbahaya, yaitu: • Pubbekata-hetu ditthi; berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami sekarang ini disebabkan hanya oleh perbuatan lampau. • Issaranimmana-hetu-ditthi; berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami sekarang ini disebabkan oleh ciptaan mahluk adi-kodrati tertentu. • Ahetu-appaccaya-ditthi; berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami sekarang ini tidak disebabkan atau dikondisikan, melainkan ada dengan sendirinya.

  8. KISAH:ORANG BUTA & GAJAH(Udana 68)

  9. ANDA TERPANAH! Analogi: Orang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana anak panah itu ditembakkan. Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan mati lebih dahulu.(Cula-Malunkyovada Sutta, Majjhima Nikaya 63)

  10. Pembicaraan mengenai Tuhan harus dipahami sebagai upaya pemaparan secara filosofis, dan jangan sampai mengaburkan Tujuan utama dari hadirnya Buddha Dharma yaitu untuk menyeberangkan manusia dari penderitaan samsara menuju kebahagiaan nibbana/nirvana Buddha tidakpernahmenghabiskanwaktuuntukperkara-perkaraspekulatiftentangalamsemestakarenahalinikecilnilainyabagipengembangan spiritualmenujuKebahagiaanSejati.

  11. Evolusi Pemikiran Manusia tentang Tuhan • Dinamisme: percaya bahwa segala sesuatu disekitarnya mempunyai kekuatan yang mempengaruhi kehidupannya - tuah (melayu), syakti (india) • Animisme: mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya – roh yang mendiami pohon, batu, sungai, gunung dan lain-lain • Politheisme: Kepercayaan kepada banyak dewa/dewi atau lebih dari satu Tuhan • Monotheisme: percaya hanya kepada satu Tuhan

  12. Pemikiran mengenai adanya makhluk mahakuasa bermula: • zaman primitif • hidup dalam dunia penuh marabahaya • takut tidak cukup makanan, luka, sakit, menghadapi fenomena alam seperti hujan deras, halilintar, gempa bumi, dan sebagainya. • Semua rasa sakit ini memunculkan suatu kebutuhan akan adanya makhluk pelindung.

  13. Pandangan bahwa Tuhan memiliki wujud dan sifat yang serupa manusia, yang bisa senang atau marah, menyebabkan munculnya berbagai upacara persembahan, mulai dari sajian sederhana berupa makanan, hingga korban binatang untuk mengambil hati Tuhan. Praktik semacam ini sudah dilaksanakan sejak zaman India kuno, yang mana para brahmana bertindak sebagai penghubung antara manusia dan para dewa yang dianggap mahakuasa.

  14. GAMBARAN TUHAN (DI LUAR AGAMA BUDDHA): • bersifat antropomorfis (berwujud seperti manusia) • bersifat antropopatis (memiliki perasaan seperti manusia) (-) Pencemburu Bisa marah Bisa merusak (+) Maha Pencipta Mahakuasa Maha Pengasih

  15. Buddhisme tidak memandang Tuhan sebagai makhluk adikodrati & adikuasa. • Buddhisme tidak memandang Tuhan bersifat antropomorfis (berwujud seperti manusia) dan juga tidak bersifat antropopatis (berperasaan seperti manusia), Konsep Tuhan dalam agama Buddha tidak mengenal DUALISME: Tuhan Maha Pengasih, misalnya, tidak mungkin juga pemarah.

  16. Definisi dan asal muasal kata �tuhan� • Etimologi :�tuhan� (kawi/melayu) berarti tuan = �lord� (Inggris) = �gusti�(jawa) yaitu seseorang sebagai tempat mengabdikan diri. • Kedatangan bangsa Barat dengan membawa agama Nasrani dan usaha menerjemahkan Injil khususnya kata �lord� (Jesus) ke dalam bahasa Melayu, memberikan perubahan kata �tuan� menjadi �tuhan. Hal ini terjadi karena kata �tuan� memiliki konotasi yang sifatnya duniawi, dan dengan diubahnya kata tersebut menjadi kata �tuhan� akan memberikan konotasi yang sifatnya spiritual. • Penggunaan kata �tuhan� dalam agama Buddha di Indonesia merupakan suatu bentuk kompromi politik, di mana Indonesia hanya mengakui agama yang bertuhan meskipun tidak dijelaskan definisi atau pengertiannya apakah harus seragam, dan agama Buddha di Indonesia perlu menyesuaikan diri

  17. PERATURAN PEMERINTAH • Undang-undangRI no.43 tahun 1999 (perubahanatasUU no.8 tahun 1974 tentangpokok-pokokkepegawaian. • Peraturanpemerintah no. 21 tahun 1975 tentangsumpah/janjipegawainegerisipilmenyatakandalampengucapansumpah/janjibagimereka yang beragamabuddha, kata-kata‘DemiAllah’digantidengan“DemiSanghyangAdi Buddha”.

  18. Buddha menolak Brahma sebagai pencipta yang menentukan tempat setiap makhluk (Brahmajala-sutta D. I, 18) Yang diciptakan menjadi alat kehendak pencipta yang seharusnya bertanggungjawab (Jataka V, 238) Jika Brahma mahabaik, mahakuasa mengapa menciptakan ketidakadilan? Atau kejahatan & malapetaka (Ja, VI, 208) PERTANYAAN TENTANG PENCIPTAAN Siapakah pencipta sebuah lukisan? Apakah dia menciptakan dari yang asalnya tiada? Apakah dia tidak memerlukan kain kanvas, kuas, cat dll?

  19. Buddha Mengungguli Brahma Baka Bagaikan lengan yang dililit kuat oleh seekor ular, demikian pandangan salah. Brahma Baka yang dikenal dengan cahaya kemurnian dan kekuatan yang hebat. Raja Para Bijaksana mengatasinya dengan penyingkapan pengetahuan. Berkat kekuatan ini, semoga engkau terberkahi dan berjaya. ■ Pengetahuan tentang tumimbal-lahir, alam-alam Brahma lain & Nirwana ■ Baka tidak mampu menemukan Buddha yang menghilang

  20. AJARAN BUDDHA MENGENAI ASAL ALAM SEMESTA • Selaras dengan ilmu pengetahuan. • Dalam Agganna Sutta, Buddha menggambarkan: • alam semesta berulang kali mengalami kehancuran dan tersusun kembali selama masa yang tak terhitung; • bumi ini bukanlah satu-satunya planet; • ada gugus-gugus yang lebih besar, tatasurya, galaksi, mahagalaksi, dst, tanpa batas. • kehidupan pertama terbentuk di atas permukaan air, • kehidupan berangsur-angsur berevolusi dari organisme yang sederhana menjadi makin kompleks. • Segala proses ini tidak berawal, tidak berakhir, dan berlangsung alamiah.

  21. (-) Angka terkecil? (+) Angka terbesar? 0 HARUSKAH ADA SUATU PERMULAAN? "Sama sekali tidak ada alasan untuk menganggap bahwa dunia memiliki suatu permulaan. Gagasan bahwa segala sesuatu harus memiliki permulaan benar-benar karena miskinnya pikiran kita." (Bertrand Russell)

  22. YANG TAK TERKONDISI Buddha telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula. Buddha bersabda: "Atthi Ajataṁ Abhutaṁ Akataṁ Asaṅkhataṁ" “Ada Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak”(Udana VIII:3). Dengan adanya Yang Tak Terkondisi (Asaṅkhata), maka manusia yang terkondisi (Saṅkhata) dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara.

  23. IMANEN & TRANSENDEN Dengan adanya hukum Dharma, unsur IMANEN dari Ketuhanan YME tidak lenyap sama sekali, namun ajaran Buddha menekankan unsur TRANSENDEN dari Ketuhanan YME. Semua yang transenden adalah TIDAK TERKONSEPKAN, harus dipahami secara INTUITIF melalui PENCERAHAN, bukan melalui konsep. Tak terelakkan, ketika kita bicara tentang konsep Ketuhanan, diperlukanlah: SEBUTAN. Salah satu sebutan: Adi-Buddha (Namasangiti) Sebutan lain: Advaya, Diwarupa, Mahavairocana (kitab-kitab Buddhis bahasa Kawi), Vajradhara (Tibet: Kargyu & Gelug), Samantabhadra (Tibet: Nyingma), Adinatha (Nepal). Sanghyang Adi Buddha (Indonesia)

  24. APA ITU ADI-BUDDHA? • Adi-Buddha = Realitas Tertinggi • Adi-Buddha = Kebenaran Mutlak. • Adi-Buddha = Ketuhanan Yang Maha Esa • Adi-Buddha = Dharmakaya • Dharmakaya: tubuh Dharma yang absolut, kekal, meliputi segalanya, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, ada dengan sendirinya, bebas dari pasangan yang berlawanan, bebas dari pertalian sebab-akibat. • Adi-Buddha bukan suatu personifikasi. • Adi-Buddha bukan sosok yang punya inti-ego (ego-conscious). • Adi-Buddha bukan Tuhan antropomorfik (menyerupai manusia). • Adi-Buddha bukan Tuhan antropopatis (berperasaan = manusia). • Adi-Buddha bukan Tuhan pencipta.

  25. BENIH KEBUDDHAAN Adi-Buddha ada dalam diri setiap orang dalam wujud BENIH KEBUDDHAAN. Dengan demikian, setiap orang PUNYA POTENSI untuk merealisasi Nibbana.

  26. Apakah pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha dapat menyelamatkan kita dari samsara? • OH, NO...!!! • Karena pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha bersifat intelektual semata; bukan pengalaman intuitif langsung. • Karena kita masih harus berlatih sila dan semadi untuk mewujudkan kebijaksanaan. Tanpa melakukan ketiga hal ini, kita tidak akan terbebas dari Samsara.

  27. Albert Einstein, 1939: “Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha.”

  28. Mengapa Harus Ada Adi Buddha? • Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) memungkinkan kehidupan ini bermakna • Tanpa ini tidak mungkin ada makna dalam proses kehidupan  Kehidupan duniawi barang kali akan ditafsirkan semata-mata sebagai sebuah kebetulan saja. • Dalam Dharmakaya,umat buddha memperoleh makna yang tertinggi dari kehidupan mereka – bila dilihat dari aspek fenomenalnya saja – kehidupan seperti itu tidaklah terbebas dari ikatan karma dan hukum-hukum karma yg tak terbantahkan. • Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) merupakan penegasan bahwa kehidupan ini bukanlah produk dari sebuah chaos, melainkan hasil dari sebuah tata kerja hierarki spiritual yg menghendakinya. • Maka memungkinkan untuk mencapai pencerahan dan kebuddhaan. • Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) maka kita memiliki tujuan spiritual yang konkrit dan riil • Tujuan spiritual tertinggi ini dapat kita lihat dalam pengalaman riil Samyak smbodhi-Nya Pangeran Siddharta Gotama

  29. Menjalani Kehidupan Yang Bermakna • Hidup selaras dengan Dharma • Mempraktikkan 4 sifat luhur (brahmavihara) terdiri dari : • Mettā : cinta kasih tanpa pilih kasih; Buddha mengajarkan kita bukan hanya mencintai sesama tapi mencintai semua. • Karunā : welas asih nirbatas; suatu perasaan ingin menolong makhluk lain yang menderita. • Muditā : simpati; turut merasa gembira atas kegembiraan makhluk lain. • Uppekkhā: tenang seimbang; bisa bersikap bijaksana dalam menhadapi kondisi dunia yaitu untung-rugi, senang-susah, terkenal-tersisih, dan dipuji-dihina. • Mempraktikkan Silā, Samādhi, Pañña • Silā :Pembicaraan Benar, Perbuatan Benar dan Matapencaharian benar, • Samādhi : Daya Upaya Benar, Perhatian Benar, Meditasi Benar • Pañña :Pandangan Benar, Pikiran Benar

  30. Be Happy

  31. Jawabalah Pertanyaan Berikut: • Sebutkan sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha di Indonesia! (Skor 10) • Jelaskan Konsep Ketuhanan dalam agama Buddha! (Skor 20) • Uraikan cara menjalanai kehidupan yang bermakna sesuai dengan Dharma! (skor 20) Nilai = jumlah skor x 2

More Related