1.55k likes | 1.77k Views
Taman Ismail Marzuki Cikini Jak Pus 17 Rabi’ul Akhir 1433 H/ 11 Maret 2012 M. PENDAHULUAN. عَنْ أنس قَالَ إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ مِنَ الْمُوبِقَاتِ
E N D
Taman Ismail MarzukiCikiniJak Pus 17 Rabi’ulAkhir1433 H/ 11 Maret 2012 M
عَنْ أنس قَالَ إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ مِنَ الْمُوبِقَاتِ Dari Anas bin Malikbeliauberkata : “Sesungguhnya kalian telahmelakukanperbuatn-perbuatan yang dimata kalian seakanlebihkecil (dosanya) dibandingbijigandum. SungguhkamiduludizamanRasulullah menganggapnyasebagaipenyebabkehancuran” (HR. Ahmad dan Abu Ya’la. DinyatakanshaiholehSyaikhSyu’aib Al Arnauth)
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ “ApakahhukumJahiliyah yang merekakehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebihbaikdaripada (hukum) Allah bagiorang-orang yang yakin ? (QS Al Maidah 50)
DalammenjelaskanayatiniIbnuKatsirmengatakan : “Allah SubhanahuwaTa'alamengingkaridanmurkakepadaorang-orang yang berpalingdariSyari’ah-Nya -yang didalamnyaterkandungsemuabentukkebajikandanmelarangsegalakemungkaran- lalulebihmemilihuntukmenetapkanhukumberdasarkanpendapat, hawanafsudanberbagaimacamteori yang diciptakanolehmanusiadengantanpabersandarpadaSyari’ah-Nya.
Sebagaimanadilakukanolehkaumjahiliyyahdahuludanjugadilakukanolehbangsa Tartar yang menerapkanundang-undangIlyasiq yang merupakankumpulandaribermacam-macambentukaturanhukum, sepertihukumYahudi, Nasranidansebagainya. Sebagianlagidiambildarihukum Islam tetapitidaksedikit pula yang hanyaberdasarkanpendapatdanhawanafsupemimpinnya (Jengis Khan).
Undang-undangIlyasiqinikemudianditetapkanmenjadihukumdanundang-undang yang wajibdipatuhimelebihi Al Qur’an danSunnahRasulullahShollallohu 'alaihiwasallam. TafsirIbnuKatsirJuz 2 hal 70
Dalamtulisan lain IbnuKatsirmenambahkan : “Makabarangsiapamelakukanhalserupa –menetapkanundang-undangsepertiinidalamsebuahtatananmasyarakat- iatelahkafirdanwajibdiperangisampaiiakembalikepadaSyari’ah Allah danRasul-Nya, kemudianiatidaklagimenetapkanhukumdengan yang lainnya, baiksedikitataupunbanyak” Al Bidayah wan Nihayahjuz 13 hal 119
Khairul Ghazali membela pemerintah thaghut dengan cara mencampur-adukan makna thaghut secara lughawiy (bahasa) dengan makna syar’iy (istilah), dan saat menyimpulkan tulisannya ini dia berpegang terhadap makna lughawiy dan mencampakkan makna syar’iy. Sehingga dia memasukan dalam rengrengan thaghut itu para ahli maksiat yang tidak sampai pada tahap kekafiran seperti koruptor, ahli maksiat, perampas hutan dan alam rakyat dan yang lainnya, dimana dia berkata dalam bukunya itu :
“Pada saat sekarang, aktifitas perang dengan thaghut –setan, pengumbar nafsu, pengobral narkoba, koruptor, tukang sihir, ahli maksiat, dukun/tukang santet, mafia peradilan, penguasa yang menyalah gunakan kekuasaan, polisi/TNI yang menganiaya dan menindas rakyat, perampas hutan dan alam rakyat, dan yang lainnya–tidak boleh dilakukan dengan kekerasan…” (Mereka Bukan Thaghut hal. 70-71).
KhairulGhazalimenuturkantafsirulamatentangthaghut, akantetapitidakmemahaminyadanjusterumencampakkannyadanmalahbersikukuhdenganmaknalughawiysajasedangkantafsirparaulamaitusangatjelasbahwadiantarathaghutituadalahpenguasa yang membuathukumdanmeninggalkanhukum Allah (Silahkandirujukkebukunyadihal. 23-70).
Namundiamenganggappenafsiranthaghut yang beragamitusebagaibentukperselisihanulama, padahalbukanperselisihan, akantetapipemberiancontohthaghut yang beranekaragambentuknya, yang manasemuanyabenardandiantaranyaadalahpenguasa yang memberlakukanhukumbuatansepertipemerintah NKRI inidimanaKhairulGhazalimati-matianmengkaburkankekafirannya. (Ya Mereka Memang Thaghut hal 41).
أقوال أهل العلم في الطاغوت Fatwa-fatwa UlamatentangMaknaThoghut
«الطاغوت هو شيطان في صورة إنسان يتحاكمون إليه، وهو صاحب أمرهم» “Thoghutadalahsetandalambentukmanusia yang manaumatmanusiaberhukumkepadanyadanorangitumenjadipenguasaatasurusanmereka ” تفسير مجاهد، تحقيق عبدالرحمن السورتي، جـ1 صـ 161.
قال معرّفاً الداعي إلى عبادة نفسه من دون الله تعالى بأنّه : «من يأمر الناس بغير ما أنزل الله»، وقال: «كان الناس من اليهود يتعبّدون الناس دون ربّهم بتحريفهم ما أنزل الله» تفسير ابن أبي حيّان، جـ2 صـ64.
Beliaumenjelaskantentangseseorang yang memerintahkanorang lain untukmengangkatdirinyasebagaisesembahan (thaghut/andad) selain Allah dengan : “SIAPA SAJA YANG MENETAPKAN URUSAN (HUKUM) TERHADAP MANUSIA DENGAN SELAIN SYARI’AH ALLAH“. Kemudianbeliaumengatakan : “Orang-orangYahudidahulumenjadikansesamamerekasebagaisesembahanselain Allah dengancaramerubahsyari’ah Allah yang diturunkankepadamereka”. TafsirIbnuAbiHayyanjuz 2/64
والصواب من القول عندي في "الطاغوت"، أنه كل ذي طغيان على الله، فقبد من دونه، إما بقهر منه لمن عبده، وإما بطاعة ممن عبده له، إنسانا كان ذلك المعبود، أو شيطانا، أو وثنا، أو صنما، أو كائنا ما كان من شي. تفسير الطبري : 3/21.
“Dan yang benar menurut saya tentang (makna) thaghut adalah segala sesuatu yang menentang terhadap Allah di mana dia (sesuatu tersebut) diibadati (sebagai tandingan) selain-Nya, baik dengan paksaan darinya terhadap yang mengibadatinya maupun dengan ketaatan kepadanya dari yang mengibadatinya, sama saja baik yang diibadati itu adalah manusia, atau syaitan, atau berhala, atau patung atau apa saja.” (TafsirAthThabari 3/21, YMMT halaman 12).
“Thaghutadalahwazanfa’alutdarithughyan, sedangkanthugyanituadalahmelampauibatas, yaitukedzalimandananiaya. Maka yang diibadatiselain Allah biladiaitutidakmembenciperibadatantersebutadalahthaghut, olehsebabitunabishallallahu’alaihiwasallammenamakanpatung-patungsebagaithaghutdidalamhaditsshahihtatkalabeliauberkata: “Dan orang yang menyembahparathaghutdiamengikutiparathaghutitu.”
Dan yang ditaatidalammaksiatkepada Allah, juga yang ditaatidalammengikutikesesatandandalamselainDienulhaq, baikdiaituditerimaberitanya yang menyelisihikitabullahatauditaatiperintahnya yang menyelisihiperintah Allah makaiaituadalahthaghut, olehsebabituorang yang dirujukhukum (dijadikanrujukan/penentuhukum – pen), yang memutuskandenganselainkitabullahadalahdinamakanthaghut,…” (Majmu’ Al Fatawa : 28/200, YMMT halaman 12).
قال الليث، وأبو عبيدة، والكسائي، وجماهير أهل اللغة : الطاغوت كل ما عبد من دون الله تعالى “Al Laits, Abu Ubaidah, Al Kisa’idanjumhur (mayoritas) ahlibahasaberkata : Thaghutadalahsegala yang diibadatiselain Allah Ta’ala.” (SyarhShahih Muslim: 3/18, YMMT halaman 14).
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhabmenjelaskan: “Thaghutitusangatbanyak, akantetapiparapembesarnyaada lima macam, yaitu : • Setan yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah. • Penguasadzalim yang merubahsyari’ah Allah. • Orang‐orang yang berhukumdenganselainhukum yang diturunkan Allah. • Sesuatuselain Allah yang mengakumengetahuiilmughaib. • Sesuatuselain Allah yang diibadahidandiaridhadenganperibadatantersebut.
Perludiingatbahwa yang namanyaibadahitubukanhanya ritual sholat, do’a, istighatsah, sujuddanhal-hal yang serupaitu yang sudahdiketahuiolahbanyakorang, akantetapipenyandaranhakpembuatanhukumatauketaatankepadahukumbuatanituadalahperibadatankepadasipembuathukumtersebutsebagaimanapenjelasanfirman Allah SubhanahuWaTa’ala :
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Merekamenjadikanparapendetadanrahib-rahibmerekasebagaiarbab (tuhan-tuhan) selain Allah dan (jugamerekamempertuhankan) Al MasihputeraMaryam. PadahalmerekatidakdiperintahkankecualimerekahanyamenyembahIlaahYangEsa, tidakadaiIaah (yang berhakdisembah) selain Dia. MahaSuci Allah dariapa yang merekapersekutukan.” (QS. At Taubah : 31)
Dalamayatini Allah memvonisorangNashranidengan lima vonis : • Merekatelahmempertuhankanparaalimulamadanpararahib • Merekatelahberibadahkepadaselain Allah, yaitukepadaalimulamadanpararahib • MerekatelahmelanggarLaailaahaillallaah • Merekatelahmenjadimusyrik • Para alimulamadanpararahibitutelahmemposisikandirinyasebagiarbab(sembahanselain Allah)
Imam At Tirmidzirahimahullahmeriwayatkan, bahwaketikaayatinidibacakanolehRasulullahshalallahu ‘alaihiwasallamdihadapan ‘AdiyibnuHatim (seorangshahabat yang asalnyaNashranikemudianmasuk Islam), ‘AdiyibnuHatimmendengarayat-ayatinidenganvonis-vonistadi, maka ‘Adiymengatakan : “Kami (orang-orangNashrani) tidakpernahshalatatausujudkepadaalimulamadanrahib (pendeta) kami”,
Jadimaksudnyadalambenakorang-orangNashraniadalah; kenapa Allah memvoniskamitelahmempertuhankanmereka, atauapabentukpenyekutuanataupenuhanan yang telahkamilakukansehinggakamidisebuttelahberibadahkepadamerekapadahalkamitidakpernahshalatatausujudataumemohon-mohonkepadamereka ? MakaRasulmengatakan : “Bukankahmereka (parapendetadanpararahib) menghalalkanapa yang Allah haramkanterus kalian ikutmenghalalkannya, danbukankahmerekatelahmengharamkanapa yang Allah halalkanterus kalian ikutmengharamkannya?”
Lalu ‘Adiymenjawab: “Ya”, Rasulberkatalagi: “Itulahbentukperibadatanmereka (orangNashrani) kepadamereka (parapendetadanpararahib).” (YMMT halaman 64).
DengandemikianketerkaitanmaknaThaghutdenganpenetapanhukum, penerapanundang-undangdansyari’ahdalamkehidupanumatmanusiaadalahamatsangaterat. BahkanSyaikh Muhammad Bin Abdul Wahhabmengkategorikanmereka yang merubahsyari’ah Allah danberhukumdenganselainsyari’ah-Nyasebagai 3 dari 5 macamThaghutterbesarnomor 2, 3 dan 5
Fatwa UlamaSalaf & KhalafTentangBerhukumDenganUndang-undangSelainSyari’ah Allah
وعن ابن مسعود قال: الرشوة في الحكم كفر وهو بين الناس سحت. (رواه الطبراني في الكبير ورجاله رجال الصحيح.) Abdullah bin Mas’udberkata : “Suapmenyuapdalammasalahhukumadalahkufursedangkandikalanganorangbiasaadalahdosa yang sangatkeji”. (HR Thabranidenganperiwayat yang terpercaya/tsiqah)
عن علقمة ومسروق : أنهما سألا ابن مسعود عن الرشوة، فقال: من السحت. قال فقالا أفي الحكم ؟ قال: ذاك الكُفْر! ثم تلا هذه الآية:"ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون". Imam IbnuJarirAthThobaritelahmeriwayatkandalamtafsirnya : dariAlqamahdanMasruqbahwakeduanyabertanyakepadaIbnuMas’udtentanguangsuap, makabeliaumenjawab, ”Itutermasuktindakan yang keji (suht/kufrasghar)” Keduanyabertanya, ”Bagaimanajikaolehpenguasa?” Beliaumenjawab, ”Itusebuahkekafiran”. Kemudianbeliaumembacaayatini
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ ”Dan barangsiapatidakmemutuskanperkaradenganhukum Allah makamerekaitulahorang-orang yang kafir” (QS Al Maidah 44) (TafsirAthThobarijuz 10/319 AtsarinisanadnyashahihsampaiIbnuMas’ud, paraperawinyatsiqahparaperawiKutubusSittah)
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ ”Dan barangsiapatidakmemutuskanperkaradenganhukum Allah makamerekaitulahorang-orang yang kafir” (QS Al Maidah 44) (TafsirAthThobarijuz 10/319 AtsarinisanadnyashahihsampaiIbnuMas’ud, paraperawinyatsiqahparaperawiKutubusSittah)
Imam Al JashashdalamAhkamul Qur’an 2/433 berkata, ”IbnuMas’uddanMasruqtelahmentakwilkanharamnyahadiahbagipenguasaataspenangananperkaranya”. Beliaumengatakan, ”Sesungguhnyamenerimauangsuapbagiparapenguasaadalahkekafiran.”
قال في تفسير قوله تعالى {ومن لم يحكم بما أنزل الله}: «من تركه عمداً أو جارٍ وهو يعلم فهو من الكافرين». “Siapasaja yang meninggalkansyari’ah Allah dengansengajaatauiatidakmaumelaksanakannyasedangkaniatahu (bahwahalituadalahwajib) makaiatermasukorang-orangkafir” نقلاً عن كتاب "كلمة حق" صـ 48.
«قد أجمع المسلمون أنّ من سبّ الله تعالى، أو سبّ الرسول ، أو دفع شيئاً ممّا أنزل الله، أو قتل نبيّاً من أنبياء الله، أنّه كافرٌ بذلك، وإن كان مقرّاً بما أنزل الله». “Kaummuslimintelahsepakatbahwasiapasaja yang menghina Allah Ta’alaatauRasulullah ataumenolaksebagiandarisyari’at Allah ataumembunuhnabi-Nya, MAKA IA TELAH KAFIR WALAUPUN IA MENGAKUI WAJIBNYA MENERAPKAN SYARI’AT ALLAH” (Ash Sharim Al Maslul – IbnuTaimiyyahhal 512)
« أمّا الذي يجتهد ويشرّع على قواعد خارجة عن قواعد الإسلام، فإنّه لا يكون مجتهداً ولا يكون مسلماً، إذا قصد إلى وضع ما يراه من الأحكام وافقت الإسلام أم خالفته... بل كانوا بها لا يقلون عن أنفسهم كفراً حين يخالفون»