450 likes | 1.44k Views
OPERATING LEVERAGE DAN FINANCIAL LEVERAGE. Leverage diartikan sebagai penggunaan assets atau dana dengan beban tetap atau membayar beban tetap.
E N D
OPERATING LEVERAGE DAN FINANCIAL LEVERAGE Leverage diartikan sebagai penggunaan assets atau dana dengan beban tetap atau membayar beban tetap. Operating leverage : ditentukan oleh hubungan antara sales revenue (penerimaan dari penjualan) yang diperoleh perusahaan dengan laba sebelum bunga dan sebelum pajak(EBIT).
2. Operating Leverage : merupakan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai beban tetap atau Fixed operating assets. 3. Konsep Operating Leverage : menganalisis sejauhmana sales revenue dapat menutup FC dan VC. Bila dilihat dari Incame statement (Rugi/laba) ada 2(dua) macam leverage sebagai berikut : Incame Statement berdasarkan Full Costing :
Sales Revenue Rp xx CGS Rp xx (-) Operating Leverage Gross Profit Rp xx Operating Exp Rp xx (-) EBIT Rp xx Interest Rp xx (-) Financial Leverage EBT Rp xx Taxes Rp xx (-) EAT Rp xx
Hubungan O L, FC dan VC (Direct Costing) : Sales Revenue Rp xx Fixed Operating Cost Rp xx Operating Variabel Operating Cost Rp xx (+) Leverage Total Cost Rp xx (-) EBIT Rp xx ANALISIS OPERATING LEVERAGE : Erat hubungannya dengan analisis BEP karena BEP mempelajari perimbangan antara Sales Revenue dikurangi dengan VC dan FC. Bagi perusahaan analisis operating leverage, memberikan informasi sejauhmana efek perubahan dari volume penjualan,thd turun naiknya EBIT.
Sehingga untuk mengukur pengaruh ini dapat diketahui dengan menggunakan DOL (Degree of Operating Leverage) atau tingkat operating leverage dengan menggunakan formula berikut : DOL = % perubahan dalam EBIT % perubahan dalam Sales atau pada berbagai level penjualan (Q) DOL = S – VC = Q (P – V) S – VC – FC Q (P – V) - F
Contoh 1 : Suatu perusahaan menjual barang dagangan seharga Rp 1.000perunit, VC Rp 500 per unit, FC Rp 250.000,- per tahun. Penjualan yang dilakukan sekarang sebesar Rp 1.000 unit. Bagaimana efek dari perubahan terhadap EBIT bila penjualan turun menjadi 500 unit atau naik menjadi 1.500 unit. Kasus 1 Kasus 2 Sales (unit) 500 unit 1.000 unit 1.500 unit Sales Revenue Rp 500.000 Rp 1.000.000 Rp 1.500.000 Variabel Cost Rp 250.000 Rp 500.000 Rp 750.000 Fixed Cost Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 EBIT Rp 0 Rp 250.000 Rp 500.000 - 100 % + 100 %
Kasus 1 : Penjualan berkurang 50% yaitu dari 1.000 unit menjadi 500 unit. Akibatnya menghasilkan penurunan EBIT sebesar 100% • Kasus 2 : Penjualan bertambah 50% yaitu dari 1.000 unit menjadi 1.500 unit. Akibatnya menghasilkan kenaikan EBIT sebesar 100%. Dengan menghitung DOL, pengaruh perubahan tersebut dapat pula diketahui : • Kasus 1 : DOL =% perubahan EBIT = - 100% = 2 % perubahan dlm sales -50%
Atau DOL(pada Q = 1.000 unit) = Sales – VC Sales – VC- FC = Rp 1.000.000 – Rp500.000 = 2 Rp1.000.000–Rp500.000–Rp 250.000 DOL =, artinya bila perubahan penjualan sebesar 50% maka perubahan dalam EBIT = 100% atau bila perubahan penjualan 10% maka perubahan dalam EBIT = 20%. Kasus 2 : DOL = 100% = 2 50%
Contoh 2 : 1. Dari tabel diatas dapat dihitung DOL untuk masing-masing perusahaan pada level 80.000 unit sebagai berikut :
Perusahaan A= Rp 16.000.000 – Rp 9.600.000 Rp16.000.000–Rp9.600.000–Rp4.000.000 = Rp 6.400.000 = 2,67 Rp 2.400.000 • Perusahaan B = Rp 16.000.000 – Rp 12.000.000 Rp16.000.000–Rp12.000.000–Rp 2.000.000 = Rp 4.000.000 = 2 Rp 2.000.000 • Perusahaan C = Rp 16.000.000 – Rp 8.000.000 Rp16.000.000–Rp8.000.000–Rp 6.000.000 = Rp 8.000.000 = 4 Rp 2.000.000
2. % perubahan dalam out put sebesar 25% yaitu dari 80.000 unit menjadi 100.000 unit (% perubahan dalam EBIT) dapat dihitung sbb : • Perusahaan A=Rp4.000.000–Rp2.400.000 x100% Rp 2.400.000 = 67% (pembulatan) atau 25% x 2,6 = 66,75% dibulatkan menjadi 67%. • Untuk perusahaan B dan C cara perhitungannya sama.Hasilnya untuk perusahaan B = 50% dan C = 100%. Kesimpulan : semakin tinggi DOL semakin besar yang diberikan oleh perubahan out put terhadap profit.
ANALISIS FINANSIAL LEVERAGE Finansial Leverage yaitu menyangkut penggunaan dana yang diperoleh dengan Fixed Cost tertentu dengan harapan bisa meningkatkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri. Menguntungkan tidaknya “leverage finansial” (tranding on equity) dilihat dari pengaruh terhadap laba per lembar saham (EPS) dengan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibawah alternatif-alternatif pembelanjaan yang berbeda-beda dan titik kesamaan (IP) masing-masing alternatif pembelanjaan tersebut :
Contoh : PT “ABC” mempunyai nilai modal Rp 10.000.000,-Merupakan Modal Sendiri semua. Sekarang perusahaan ingin melakukan perluasan usaha dan memerlukan tambahan dana sebesar Rp 5.000.000,- Tiga alternatif pembelanjaan Yi : • Mengeluarkan saham biasa, saham biasa merupakan bagian dari modal sendiri. • Mengeluarkan hutang dengan bunga 9%/tahun. • Mengeluarkan saham preferen dengan deviden 7%. Pada saat ini laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Rp 1.400.000,- pajak 50% dan 200.000 lembar saham biasa sekarang beredar.
Saham biasa dapat dijual dengan harga Rp 50,- per lembar atau tambahan 100.000 lb saham. Untuk bisa menentukan titik BE atau indifferent bagi EBIT untuk masing-masing alternatif tersebut kita mulai dengan menghitung EPS pada satu tingkat EBIT Rp 2.000.000,- Berapa besarnya EPS ? Catatan : Saham preferen juga merupakan modal sendiri, hanya mempunyai hak dilunasi lebih dulu dalam keadaan perusahaan dilikuidasi. Maka deviden saham preferen tidak bisa mengurangi pajak.
Perhitungan EPS untuk masing-masing alternatif pembelanjaan (dalam Rp 1.000).
Untuk bisa membuat Gambar : BE atau IP • Pada sumbu mendatar disebut EBIT dan • Pada sumbu tegak disebut EPS. Untuk melakukannya perlu 2 titik setiap alternatif. Misal : alternatif pembelanjaan Hutang dengan saham biasa. Dari hasil perhitungan diatas dimana EBIT = Rp 2.000.000,- Untuk masing-masing pembelanjaan memberikan EPS Rp 3,33 untuk saham biasa, Rp 3,88 untuk hutang dan Rp 3,25 untuk pembelanjaan dengan saham preferen. Sekarang bila besarnya EBIT hanya cukup untuk menutup beban tetap yaitu bunga atau deviden saham preferen.
Untuk alternatif pembelanjaan dengan saham biasa tidak ada beban tetap, EBIT = 0 sehingga EPS = 0 • Untuk alternatif pembelanjaan dengan hutang perusahaan minimal harus bisa mendapatkan EBIT = Rp 450.000 sehingga EPS = 0 • Untuk alternatif saham preferen perusahaan harus bisa mendapatkan EBIT = Rp 700.000 yaitu : Rp 350.000 : (1 – 50%), agar bisa membayar deviden saham preferen, sehingga EPS = 0.
Untuk menghitung titik-titik potong (IP) dengan menggunakan Rumus sebagai berikut : (EBIT – C1) (1 – t) = (EBIT-C2) (1 – t) S1 S2 EBIT = EBIT pada titik IP antara 2 (dua) metode yang dibandingkan. C1C2 = Bunga atau deviden saham preferen tahunan pada dasar sebelum pajak. S1S2 = Jumlah lembar saham yang beredar setelah pembelanjaan saham biasa dengan hutang. t = tarip pajak.
IP antara pembelanjaan saham biasa dengan hutang. (EBIT – 0) (1 – 0,50) = (EBIT – 450.000) (1 – 0,50) 300.000 200.000 0,50 (EBIT)(200.000) = 0,50(EBIT)(300.000) – 0,50 (450.000) (300.000) 100.000 EBIT = 150.000 EBIT – 67.500.000.000 150.000 EBIT – 100.000 EBIT = 67.500.000.000 50.000 EBIT = 67.500.000.000 EBIT = Rp 1.350.000,-
2. IP antara pembelanjaan saham biasa dengan saham preferen. (EBIT – 0) (0,50) = EBIT – 700.000) (0,50) 300.000 200.000 0,50 (EBIT) (200.000) = 0,50 (EBIT) (300.000) – 0,50 (700.000) (300.000) 100.000 EBIT= 150.000 EBIT – 105.000.000.000 50.000 EBIT = 105.000.000.000 EBIT = Rp 2.100.000,-
3. IP antara alternatif pembelanjaan hutang dengan saham preferen tidak ada, karena kedua garis tsb sejajar dan sama-sama mempunyai beban tetap. Alternatif hutang mendominir semua tingkatan EBIT dengan jumlah konstan dari EPS hutang = Rp 0,63 yaitu selisih EPS hutang dengan EPS saham preferen (Rp 3,88 – Rp 3,25). Gambar : IP untuk ketiga alternatif pembelanjaan sebagai berikut :
EPS (Rp) Hutang 5 . Sh Pref 4 . 3,50 IP Sh Biasa 3 . IP 2 . 2,25 1 . 0 . .450 .700 . . .1.350 . . . 2.100 EBIT 400 800 1.200 1.600 2.000 (Rp1000)
Kita buktikan bahwa EBIT=Rp1.350.000 EPS=Rp2,25 EBIT=Rp2.100.000 EPS=Rp3,50
DFL (Degre of Finansiil Leverage) untuk menghitung dengan menggunakan Rumus : DFL pada tingkat EBIT sebesar Y = EBIT EBIT – C C = Bunga atau deviden SP sebelum pajak. Dari contoh diatas EBIT = Rp 2.000.000,- • Untuk alternatif pembelanjaan dengan Hutang. DFL = Rp 2.000.000 = 1,29 Rp 2.000.000 – Rp 450.000
2. Untuk alternatif pembelanjaan dengan SP DFL = Rp 2.000.000 = 1,54 Rp 2.000.000 – Rp 700.000 Mempertimbangkan Faktor ketidak pastian dalam analisis IP (Indifference Point). Untuk ini seperti pada waktu membicarakan “Operating Leverage” dengan menggunakan bantuan total luas area dibawah kurve normal. Misal : Diketahui EBIT yang diharapkan Rp 2.000.000,- dengan penyimpangan standar Rp 1.000.000,-
Berapa probalitas bahwa EBIT akan mencapai Rp 1.350.000,- yaitu titik BE atau kurang ? Penyelesaian : Rumus : S = X2 - X1 Q = Rp1.350.000 – Rp 2.000.000 = - 0,65 Rp 1.000.000 Gambar : Distribusi taksiran EBIT. Probabilitas -0,65 Q 50% 1,35 2,0 EBIT(dlm jutaan Rp)
Bahwa nilai Rp 1.350.000,- berada disebelah kiri nilai rata-rata sejauh 0,65 standar deviasi. Dengan melihat tabel luas area dibawah kurve normal, kita bisa melihat dan menentukan luas wilayah yang diafsir yaitu 25,78 %. Dengan kata lain probabilitas bahwa EBIT akan mencapai Rp 1.350.000,- atau kurang adalah 25,78 %. Kombinasi antara kedua tipe”Leverage” Apabila Leverage Finansiil dikombinasikan dengan Operating Leverage. Pengaruh perubahan penjualan terhadap EPS menjadi semakin besar. Kombinasi kedua leverage tersebut meningkatkan penyebaran dan resiko dari berbagai kemungkinan EPS.
Untuk menentukan pengaruh perubahan unit out put pada EPS kita kombinasikan rumus DOL dan DFL sebagai berikut : DOL dan DFL pada X unit = X(P-V) . X(P-V)-F X(P-V)-F X(P-V)-F-C Contoh soal : PT”ABC” mempunyai hutang Rp 2.000.000 dengan bunga 8%, produk yang dijual 8.000 unit harga per unit Rp 500,- VC Rp 250,- FC Rp 1.000.000,- Pajak 50%, saham beredar 10.000 lembar. Ditanyakan : • Hitung besarnya DOL dan DFL nya !
2. Bila unit yang diproduksi dan dijual naik 10%, maka berapa besarnya EPS ? Penyelesaian sbb : • DOL dan DFL = 8.000(500 - 250) = 2,38 8.000(500–250)–1.000.000-160.000 2. Menghitung EPS pd kedua tingkat penjualan (Rp)