360 likes | 1.19k Views
Matakuliah : S0094/Teori dan Pelaksanaan Struktur Baja Tahun : 2007 Versi : 0. Sambungan Las. Outline Materi. Macam-macam las Panjang las netto. SAMBUNGAN LAS (WELD). PROSES PENGELASAN Las Otohin dengan gas asetelin dan zat asam (untuk
E N D
Matakuliah : S0094/Teori dan Pelaksanaan Struktur Baja Tahun : 2007 Versi : 0 Sambungan Las
Outline Materi • Macam-macam las • Panjang las netto
SAMBUNGAN LAS (WELD) PROSES PENGELASAN • Las Otohin dengan gas asetelin dan zat asam (untuk sambungan pipa, pelat-pelat tipis dan panjang las yang kecil). • Las Busur Cahaya Arang, bisa dilakukan tanpa tambahan bahan. • Las Busur Cahaya dengan kedua ujung sambungan sebagai pool (misal : pada mata rantai, batang baja beton, pipa pemanas uap).
Las Titik, untuk menggabungkan pelat-pelat yang agak tipis menjadi satu. • Las Busur Cahaya, dengan batang las / batang Elektrode (LAS LUMER / LAS LISTRIK). Bentuk Las : • Las Sudut (80% Fillet Weld) • Las Tumpul (Groove Weld) Las Sudut : • Las Cekung (Gbr A). • Las Cembung (Gbr. B). • Las Pipih (Gbr. C).
las cekung a las cembung las pipih a a Gambar 1-A Gambar 1-B Gambar 1-C
Las sudut yang letaknya diujung, disebut las Kepala (K). • Las Sudut yang letaknya di kanan-kiri disebut Las Tepi (T). • Umumnya Las Sudut dibuat sama sisi. • Bila Las Sudut dibikin tidak sama sisi dan lebih dari satu lapis, maka pelaksanaannya seperti berikut : Gambar 1-E Gambar 1-F
s S Las Tumpul : A. Tanpa Pekerjaan Pendahuluan (Pelat Tipis). • las satu belah (Gbr. 2-G) • las dua belah (Gbr.2-H) • = 1 s/d 4 mm Gambar 2-G Gambar 2-H = 4 s/d 8mm
70 + 90 B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan : • Las satu belah V Gbr.2-I) Gambar 2-I Las V – terbuka (hanya untuk Konstruksi yang tidak memikul beban dinamis)
a b 0.5…….3 8……..20 70 3……..28 Min. 2 Las V – terbuka 60 Las V – tertutup - cacat Ruang kosong – bahaya takik
70+90 • Las dua belah, las V dengan las balik (Gbr.2-J dan Gbr.2-K) • Las dua belah, las X-simetris (Gbr.2-K) dan las X-tidak (Gbr.2-L) 4 - 12 S = 4 s/d 12 mm Gbr.2-J
70 + 90 S takik celah (kosong) Las X – simetris 70 1/2 s 3 12 40 1/2 s 70 Gambar 2-K Gambar 2-L S = 12 s/d 40 mm
2/3 s 3 12 30 1/3 s Las X – tidak simetris 70 Gbr. 2-M
Perhitungan Sambungan Las Perumusan Umum : Jika tidak bertentangan dengan ke-seimbangan dari bagian-bagian kons-truksi yang disambungkan, maka gaya yang harus dipindahkan dianggap ter-bagi rata atas potongan memanjang yang terkecil dari rigi-rigi las. Syarat-syarat Umum untuk Merencanakan • Dihindarkan berkumpulnya rigi-rigi las. • Titik berat dari potongan rigi-rigi las diletakkan pada garis kerja dari gaya yang dipindahkan.
Dihindarkan adanya perubahan mendadak dari potongan. • Pengelasan dalam kedudukan yang sulit agar dihindarkan. • Mengambil ukuran dari bagian-bagian yang hendak disambung-kan sebesar mungkin, agar penge-lasan menjadi sesedikit mungkin. • Pengelasan di tempat pembangun-an dibatasi. • Memasang las penutup pada sela-sela yang dapat kemasukan air dan menimbulkan karatan, dengan mempergunakan batang las dari bahan yang mudah mengulur. Sedangkan antara las sudut kepala dan las sudut tepi dibuatkan bentuk peralihan yang baik. .
Perhitungan harus jelas dan mudah dapat dikontrol. Bentuk dan ukuran dari las harus mudah dibaca dari gambar. Perhitungan A) Panjang Netto Las-Sudut : (Peraturan Tentang Sambungan Las / PPBB I Ps. 8-5). Tiap rigi las mempunyai tebal “a” dan panjang : L netto = L bruto – 3a Agar panjang dikedua ujung las tidak meleleh, maka panjang las dibatasi : L < 40 a L > 8 @ 10 a, atau L > 4 cm
a I netto kepala kawah I bruto 9 t Gambar 3-A
Catatan : Jika diperlukan panjang las > 40a, maka pengelasan harus dilakukan terputus-putus sbb : • Batang Tekan Jarak antara bagian-bagian las 16 t atau 30 cm. • Batang Tarik Jarak antara bagian-bagian las 24 t atau 30 cm.
S 1 a S 2 t = tebal terkecil antara elemen yang dilas B)Tebal Rigi-rigi las (a) Dihitung berdasarkan : • Dalamnya pembakaran terhadap pelat-pelat yang disambungnya :
Tebal pelat yang dipegang “Rumus STAHL IN HOCHBALL”
C. Rumus-rumus dasar untuk penetapan kekuatan dari pelbagai bentuk sambungan. • Tegangan normal yang diizinkan dalam suatu las disamakan dengan tegangan tarik yang diizinkan ( ) untuk St.37. 2. Jika garis kerja dari gaya yang harus dipindahkan membuat satu sudut dengan bidang dari poto-ngan yang memindahkan gaya itu, maka sesuai dengan teori-patahan dari Huber Hencky tegangan yang diizinkan dalam jurusan garis kerja ( ) diperhitungkan dengan rumus:
Dalam hal mana = dari St.37 (lihat Gbr. 3-C) Untuk = 0º , jadi gaya terletak dalam bidang potongan yang memindahkan gaya, = 0.58 Untuk = 90º , jadi gaya terletak atas bidang potongan yang memindahkan gaya, = 1000
bidang potong yang memindahkan gaya garis kerja gaya T yang dipindahkan Gambar 3 -C
a Q e Q H V d P d V H e Q Q a 3. Nilai dari max Pada Gbr.3-D terlihat bahwa gaya P membagi diri dalam dua gaya Q yang masing-masing membagi diri lagi dalam satu gaya V dan satu gaya H. Kedua gaya V saling hapus, sehingga tinggal P = 2H.
Dengan mengambil nilai meningkat dengan 5º , maka untuk nilai = 45º sampai dengan 70º (nilai yang praktis masih dipakai) didapat nilai max.
4. Rumus-rumus dasar tentang besar-nya P yang dapat dipikul oleh satu macam sambungan tertentu.