270 likes | 639 Views
Apresiasi Sajak dan Novel. Nurani Amalia ( 18). Angkatan 20
E N D
Apresiasi Sajak dan Novel Nurani Amalia (18)
Angkatan 20 Rustam EffendiMENGELUHBukanlah beta berpijak bunga,melalui hidup menuju makam,setiap saat disimbur sukar,bermandi darah, dicucurkan dendam.Menangis mata melihat makhluk,berharta bukan, berhak pun bukan,Inilah nasib negeri nanda,Memerah madu menguruskan badan.
Ba’mana beta bersuka cita, ratapan rakyat, riuhan gaduh, membobos masu menyayu kalbuku Ba’mana boleh berkata beta, Suara sebat, sedanan rusuh, Menghimpit madah, gubahan cintaku. *** Bilakah bumi bertabur bunga, disebarkan tangan, yang tiada terikat,
dipetik jari, yang lemah lembut, ditanai sayap kemerdekaan rakyat? Bilakah lawang bersinar bebas, ditinggalkan dera, yang tiada berkata? Bilakah susah, yang beta benam, dihembus angin, kemerdekaan kita? Di sanalah baru memohon beta, supaya badanku berkubur bunga, bunga bingkisan, suara syairku.
Disitulah baru bersuka beta, pabila badanku bercerai nyawa, sebab menjemput meanikam bangsaku. *) Syair untuk “ Percikan Permenungan”’ (Suyatno, dkk.2003: 66)
SAJAK ANGKATAN 33 Amir Hamzah BUAH RINDU Datanglah engkau wahai maut Lepaskan aku dari nestapa Engkau lagi tempatku terpaut Diwaktu ini gelap gulita Kicau murai tiada merdu Pada beta pujangga melayu Himbau pungguk tiada merindu Dalam terlingaku seperti dahulu
Tuan ayuhai mega berarak Yang meliputi dewangga raya Berhentilah tuan di atas terarak Anak Langkat musyafir lata Sesaat, sekejap mata beta berpesan Padamu tuan aduhai awan Arah manatah tuan berjalan Di negeri manatah tuan bertahan Sampaikan rindu pada adinda Bisikan rayuanku pada juita Liputi lututnya muda kencana Serupa beta memeluk dia.
Ibu, konon jauh tanah Selindung Tempat gadis duduk berjuntai Bonda hajat hati memeluk gunung Apatah daya tangan tak sampai. Elang rajawali burung angkasa Turunlah tuan barang sementara Beta bertanya sepatah kata Adakah tuan melihat adinda? Mega telah kusapa Margasatwa telah kutanya Maut telah kupuja Tetapi adinda manatah dia! (Badudu, 1975:29; Alisyahbana, 1946 :141)
SAJAK ANGKATAN 45 Chairil Anwar ISA Itu tubuh mengucur darah mengucur darah rubuh patah terdampar tanya : aku salah? Kulihat Tubuh mengucur darah Aku berkaca dalam darah terbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segera
mengatup luka aku bersuka Itu tubuh mengucur darah mengucur darah (Pradopo, 1987 : 34)
SAJAK ANGKATAN 50 Toto Sudarto Bachtiar PAHLAWAN TAK DIKENAL Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi ia bukan tidur sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang Kedua lengannya memeluk senapang Dia tidak tahu untuk siapa dia datang Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu Dia masih sangat muda Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga Tapi yang nampak, wajah-wajah sendiri yang tak dikenalnya Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda 1955
SAJAK ANGKATAN 66 Hartojo Andangdjaja SAJAK Sajak ialah kenangan yang tercinta Mencari jejakmu, di dunia Ia mengelana di tanah-tanah indah Lewat bukit dan lembah Dan kadang tertegun tiba-tiba, membaca Jejak kakimu di ana
Sementara di mukanya masih menunggu Yojana biru Kakilangit yang jauh Jarak-jarak yang harus ditempuh Ia masih rindu Dalam doa, dan bersimpuh; Tuhanku... Sajak ialah kenangan tercinta Mencari jejakmu, di dunia (Effendi,2002:14)
SAJAK ANGKATAN 70 Abdullah Mustappa KINCIR Karena derasnya air terjun kincir pun berputar tiada henti padahal dia tidak berfikir apa guna berputar Hidup manusia bagaikan kincir dipermainkan air terjun takdir Maret 1971
SAJAK ANGKATAN 80 Korrie Layun Rampan SAJAK Kepalanya terbaring dalam awan Mata diam terpejam Di bawah lengkung alis yang kelam Senyumnya merona pada pipi Belai gadis dari mimpi Hari pun menghangat beribu kapak Sayap-sayap merpati
Nafasnya aroma bunga-bunga Kerlingan hari-hari jelita Terminal kereta cinta Jemarinya melambai hari Kaki menapak padang bulan Lampai tubuhnya tersiram wewangian Di dadanya tertanam pohon-pohon harap Pohon-pohon duka Kelam kabur cinta
Di Matanya dunia hijau Senda gadis remaja Seribu senja mengigau (Suyatno, dkk.2003:42)
SAJAK ANGKATAN 2000 Aris Kurniawan CATATAN BURUNG-BURUNG kita tambatkan sisa gairah semalam pada pagar kawat kita tunggu burung-burung yang lewat atau hinggap akan memainkan syair-syair penuh kesumat angin telah merapat lebih erat kita mencari-cari alamat pada alamak yang terlipat seperti para malaikat yang terjingkat menyembunyikan langkah-langkah kita yang tak kunjung tepat ke kiblat di bawah temaram lampu kita masih bersikeras mengingat-ingat serentet kalimat yang tak termuat dalam surat ; gairah yang terpaksa kita tambatkan pada pagar kawat bersama kerinduan yang segera berkarat
KAJIAN NOVEL Judul : Bidadari-bidadari syurga Penulis : Tere-liye Sinopsis Buku ini mengangkat sosok yang bernama Laisa sebagai gambaran bidadarisyurga. Laisa, anak sulung dengan empat adik rela putus sekolah dan bekerja di ladang membantu ibunya agar adik-adiknya bisa bersekolah. Kepedihan, penderitaan, suka cita, canda tawa, cinta dan pengorbanan, tumpah ruah di pondok bambu lembah lahambay rumah keluarga mamak Lainuri dan Laisa. Pengorbanan tulus tiada tara seorang Laisa. Setelah bapaknya meninggal dicabik-cabik harimau gunung Kendeng, mamak Lainuri lantas berjuang demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Laisa memutuskan berhenti sekolah dan berjanji dalam hatinya untuk memperjuangkan pendidikan adik-adiknya hingga mereka sukses. Dalimunte, Profesor muda yang mengejutkan dunia science dengan penelitiannya “Pembuktian tak terbantahkan “Bulan yang pernah terbelah”. Dan penelitiannya tentang badai elektromagnetik antar galaksi. Profesor yang berhasil menciptakan rangkaian kincir air saat umurnya beranjak 12 tahun, sebagai cikal bakal kemakmuran di lembah Lahambay.
Ikanuri dan Wibisana, 2 orang teknisi dan pengusaha sparepart hingga menjual sasis ke Eropa bersaing dengan perusahaan China. Dua bocah yang hampir diterkam siluman gunung kendeng karena saking bebalnya mereka. Yashinta, si kecil manis yang berubah menjadi peneliti pada lembaga konservasi alam, menjelajah lebih dari 27 gunung di dunia. Ia mendaki, memanjat dan menyelam hingga kedalaman papua. Mungkin jika ia tak melihat berang-berang pagi itu bersama kak Laisa, ia tak akan sesukses itu, hingga kuliah S2 di Belanda. Namun, setelah semuanya menjadi orang sukses dan tidak tinggal di rumah lembah lahambai, mamak Lainuri memberikan pesan singkat yang menyuruh anak-anaknya untuk segera pulang. Hingga akhirnya ketika mereka sampai di lembah lahambay menemui kak Laisa yang sedang sekarat melawan penyakit kanker paru-parunya yang tidak pernah mereka ketahui tentang penyakitnya itu,sampai akhirnya kak Laisa meninggal dengan penuh senyum kebanggaan terhadap adik-adik tercintanya.
Peristiwa Cerita dalam buku “Bidadari-bidadari syurga” tidak tersusun secara kronologis. Peristiwanya dimulai pada saat mereka, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta menerima pesan dari mamak Lainuri yang isinya : “ PULANGLAH. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah..”. Hingga akhirnya mereka dapat berkumpul di rumah lembah lahambay. Namun, walaupun diceritakan tidak kronologis, pengarang mampu menceritakan dengan apik dan sederhana tapi menyentuh. Plot Dalam buku “Bidadari-bidadari syurga” ini, pengarang menggunakan plot kilas balik. Tema Tema cerita dalam buku ini memiliki satu tema yaitu Kisah Keluarga.
Tokoh Tokoh yang ada di dalam cerita ini sederhana, tidak terlalu banyak. Hanya anggota keluarga (Laisa, mamak Lainuri, Ikanuri, Wubisana, Yashinta). Latar Novel “Bidadari-bidadari syurga” ini berlatar di rumah lembah Lahambay. Kepaduan Walaupun menggunakan plot kilas balik, penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat serta diceritakan tidak secara kronologis, namun cerita ini tetap memiliki kepaduan dengan peristiwa sebelumnya. Sehingga cerita tetap enak dinikmati. Sudut Pandang Sudut pandang orang yang digunakan dalam novel ini yaitu sudut pandang orang ketiga jamak.
Penilaian terhadap novel Setelah membaca novel Bidadari-bidadari syurga ini, akhirnya saya berpendapat bahwa novel ini layak untuk dikaji. Bahasa yang sederhana namun sarat akan makna dan gaya penceritaan yang alur mundur dan meloncat-loncat namun cerita tetap enak untuk dinikmati. Membuat pembaca merasa tersentuh dan mengikutinya hingga akhir cerita. Cerita ini sarat akan makna cinta dalam kehidupan keluarga. Bukan cinta sepasang laki-laki dan perempuan tetapi cinta yang mungkin lebih hakiki. Bukan pula cinta atas dasar keluarga karena Laisa sebenarnya tidak ada hubungan darah dengan mamak Lainuri dan anak-anaknya. Keindahan novel ini sungguh-sungguh gambaran cinta yang sebenarnya, tanpa alasan dan tanpa pamrih. Dalam buku ini pengarang juga berhasil memberikan pesan yang sangat berharga untuk saya khususnya dan pembaca lain umumnya bahwa bidadari bukan orang yang secara lahiriah rupawan. Laisa adalah contohnya. Ia digambarkan dengan sosok yang buruk, pendek, pertumbuhannya tidak normal, bodoh akan pengetahuan, bahkan sampai ajalnya ia tidak merasakan dicintai oleh lawan jenis sebagai pasangan hidup. Akan tetapi, pengorbanan, ketulusan, cinta keluarga, juga rasa syukurnya kepada Sang Maha Pencipta, menjadikan ia laksana bidadari yang berhati permata. Semoga kita semua bisa mengambil ibrah dari cerita ini..(^_^)
Terima Kasih Wassalamualaikum.....(^_^)