250 likes | 934 Views
APRESIASI NOVEL. Nita Setia Rima 0803222 15. NOVEL. SITTI NURBAYA. Judul : Sitti Nurbaya Pengarang : Marah Rusli Penerbit : Balai Pustaka Tebal Buku : 334 halaman. Sinopsis
E N D
APRESIASI NOVEL Nita Setia Rima 0803222 15
NOVEL SITTI NURBAYA
Judul : Sitti Nurbaya Pengarang : Marah Rusli Penerbit : Balai Pustaka Tebal Buku : 334 halaman
Sinopsis Novel Siti Nurbaya meceritakan seorang Samsulbahri anak tunggal dari Sutan Mahmud Syah yang termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Samsulbahri mempunyai sahabat yang bernama Siti Nurbaya, putri tunggal dari seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Samsulbahri. Hubungan keluarga Sutan Mahmud dan keluarga Baginda Sulaiman sangatlah baik, begitu pula hubungan Samsulbahri dan Siti Nurbaya, hubungan mereka sangatlah erat, karena mereka berteman dari sejak kecil. Hubungan persahabatan antara Samsulbahri dan Siti Nurbaya pun berubah menjadi cinta. Benih-benih cinta mereka muncul saat Samsulbahri akan pergi ke Jakarta untuk meneruskan sekolahnya. Ketika Samsulbahri sedang di Jakarta, terceritakan seorang saudagar yang kaya raya yang kikir, kejam, sombong, dan gila harta yang bernama Datuk Maringgih. Ia menganggap bahwa Baginda Sulaiman adalah saingannnya sehingga ia menghancurkan dan menjatuhkan Baginda Sulaiman dengan cara membakar toko-toko dan menhancurkan harta-harta Baginda Sulaiman.
Akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin, karena ia tidak tahu Datuk Maringgih yang menjatuhkannya maka ia pun meminjam uang kepada Datuk Maringgih. Datuk Maringgih merasa bangga saat Baginda Sulaiman meminjam uang kepadanya karena itulah yang ia inginkan, dan Datuk Maringgih memberi pinjaman uang itu dan harus dilunasi dalam waktu tiga bulan. Baginda Sulaiman tidak dapat melunasi hutangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika hutangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya Baginda Sulaiman tidak mau Siti Nurbaya menjadi istri Datuk Maringgih, ia lebih memilih dipenjara daripada melihat Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih. Namun saat itu Siti Nurbaya tidak tega melihat ayahnya dipenjarakan, maka ia pun memutuskan siap untuk menjadi istri muda Datuk Maringgih walaupun dalam hatinya ia tidak sudi. Datanglah sepucuk surat Siti Nurbaya ke tangan Samsulbahri yang memberitahukan bahwa ia telah menikah dengan Datuk Maringgih. Samsulbahri merasa prihatin mendengar semua itu, lalu ia pulang ke Padang.
Karena rasa cintanya kepada Siti nurbaya begitu besar. Pada saat ia menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit, ia bertemu dengan Siti Nurbaya disitulah mereka saling menceritakan kehidupan mereka. Pada saat itu datanglah Datuk Meringgih. Sifatnya yang kejam dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka bahwa Siti dan Samsul telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal itu, berusaha membela diri dari tuduhan itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan. Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga meninggal dunia. Samsulbahri kemudian diusir oleh ayahnya karena perbuatan Samsulbahri dianggap telah mempermalukannya. Dengan terpaksa Samsulbari meninggalkan Padang dan kembali ke Jakarta. Sejak ayahnya meninggal Siti Nurbaya tinggal bersama saudaranya yang bernama Alimah karena ia tidak mau tunduk lagi kepada Datuk Maringgih.
Siti Nurabaya selalu teringat akan Samsulbahri, ia berniat menyusulnya ke Jakarta bersama Pak Ali, setelah sampai di Jakarta Siti Nurbaya harus kembali pulang karena ia difitnah Datuk Maringgih telah mencuri perhiasannya. Namun karena Siti Nurbaya tidak bersalah, maka ia bebas dari tuduhan itu. Rupanya Datuk Maringgih tidak puas dengan fitnahannya itu sehingga ia menyuruh anak buahnya untuk menjual makanan kepada Siti Nurbaya. Dan makanan itu beracun, dan akhirnya Siti Nurbaya pun meninggal. Tak berapa lama kemudian ibu Samsulbahri meninggal karena sakit. Mendengar berita kematian itu, samsulbahri sempat putus asa, ia mencoba bunuh diri namun digagalkan oleh Zainul Arif sahabatnya. Tapi di kota Padang Samsulbahri dikabarkan telah meninggal. Sepuluh tahun kemudian. Samsulbahri menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia lebih dikenal dengan nama Letnan Mas.
Sebenarnya ia tidak ingin mengabdi kepada kompeni, namun hal ini disebabkan oleh rasa kesedihan yang amat mendalam karena meninggalnya orang-orang yang dicintainya. Letnan Mas mendapat tugas untuk memimpin pasukannya meredam pemberontakan di kota Padang, pemberontakan ini disebut perang Blasting dimana pemerintah meminta uang/pajak kepada rakyat dan rakyat menolaknya. Dan ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih. Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil mengalahkannya, dan Datuk Meringgih Maringgih pun tertembak, dan akhirnya meninggal, dan Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih. Kemudian Ltnan Mas dirawat di rumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya.
Kemudian bertemulah Letnan Mas itu dengan ayahnya, ternyata pertemuan yang mengharukan itu menjadi pertemuan yang terakhir bagi keduanya. Kepada ayahnya ia menyatakan bahwa ia adalah Samsulbahri kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya dihadapan ayahnya. Dan keesokan harinya Sutan Mahmud Syah pun meninggal dunia.
Analisis Intrinsik Tokoh • Siti Nurbaya • Samsul Bahri • Datuk Maringgih • Sultan Mahmud Syah • Siti Maryam • Baginda Sulaeman • Zainularifin • Bakhtiar • Alimah • Pak Ali • Pendekar Tiga • Pendekar Empat • Penekar Lima • Dokter
Watak Tokoh • Sitti Nurbaya: Lemah lembut, penyayang, sopan dan santun, baik hati, setia kawan, patuh terhadap orang tua. • Samsul Bahri: Pandai, tingkah lakunya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, setiakawan dan mudah putus asa. • Datuk Maringgih: kikir, licik, kejam, sombong, bengis, mata keranjang, penipu, serakah dan selalu memaksakan kehendaknya. • Sutan Mahmud Syah: Bijaksana, sopan, baik, adil, penyayang.
Siti Maryam : baik, ramah, dan penyayang. • Baginda Sulaiman: Bijaksana, penyayang, ramah, dan adil. • Zainularif: baik, sopan, gigih, dapat dipercaya, penyayang, dan setiakawan. • Bahtiar: baik, sopan, dapat dipercaya, penyayang, dan setiakawan. • Alimah: lemah, santun, ramah, penyayang, bijaksana dan dapat dipercaya • Pak Ali: baik, sopan dan santun
Tema Tema novel ini adalah: “Kasih tak sampai, yaitu kisah cinta antara dua orang remaja yang tidak dapat bersatu selamanya karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan kekayaan dunia dan hawa nafsu”.
Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Sitti Nurbaya yaitu diantaranya: • Jika hendak memutuskan sesuatu hendaklah pikirkan masak-masak lebih dulu agar kelak tidak menyesal. • Janganlah terlalu mengagulkan harta dan kekayaan duniawi, karena semua itu tidak ada manfaatnya di Akhirat. • Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
Latar atau Seting • Kota Padang • Sekolah • Gunung Padang • Kota Jakarta • Rumah Siti Nurbaya • Rumah Samsul Bahri • Rumah Alimah • Kantor Pos • Kapal Laut.
Plot/Alur Alur novel Sitti Nurbaya adalah alur maju. Karena novel ini menyajikan cerita secara terurut dan tidak ada kilas balik. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang novel Sitti Nurbaya yaitu sudut pandang orang ketiga yaitu pengarang berada di luar cerita.
Gaya Penulisan Gaya bahasa yang digunakan yaitu bahasa melayu, padang. Gaya bahasa dan gaya penulisan masih menggunakan ejaan zaman dulu sehingga agak cukup sulit untuk memahami makna yang terkandung dalam novel ini.