230 likes | 539 Views
Pertemuan VIII - IX. m.zainal abidin – a.fauzi Uht = umsida. Macam teori tentang pengukuran psikologi. Teori Tes Klasik Teori Tes Modern. TEORI TES KLASIK.
E N D
Pertemuan VIII - IX m.zainal abidin – a.fauzi Uht = umsida
Macam teori tentang pengukuran psikologi • Teori Tes Klasik • Teori Tes Modern
TEORI TES KLASIK • Unsur-unsur teori sudah dikembangkan dan diaplikasikan sejak lama, namun tetap bertahan, lebih-lebih jika dilihat dari arah penerapanya di berbagai bidang kehidupan • Teori tes klasik tidak tersusun sekali jadi, melainkan berkembang sedikit demi sedikit melalui unsur-unsur yang kemudian secara akumulatif merupakan bangunan teori yang utuh. • Inti : berupa asumsi-asumsi yag dirumuskan secara matematis • Model skor murni (true score model)
Asumsi Teori Tes Klasik 1. X = T + E Keterangan : X = skor perolehan T = skor murni E = skor eror pengukuran
Asumsi Teori Tes Klasik 2. ε(X) = T Keterangan ε(X) = nilai harapan X (expected value of X) Jika seseorang dikenai tes berulang-ulang, dengan asumsi bahwa pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas dan setiap pengulangan independen satu sama lain, maka T adalah harga rata-rata distribusi teoritik skor X
Asumsi Teori Tes Klasik 3. Ρet = 0 Keterangan : Tidak ada korelasi antara eror pengukuran dengan skor murni. Dengan kata lain, skor murni yang tinggi tidak berhubungan dengan eror pengukuran yang rendah atau tinggi; dan sebaliknya
Asumsi Teori Tes Klasik 4. Ρe1e2 = 0 Keterangan : Tidak ada korelasi antara eror pengukuran pada tes pertama dengan eror pengukuran pada tes kedua. Misalnya : karena faktor kelelahan, latihan dan sebagainya.
Asumsi Teori Tes Klasik 5. Ρe1t2 = 0 Keterangan : Tidak ada korelasi antara eror pengukuran pada tes pertama dengan skor murni pada pengukuran kedua
Asumsi Teori Tes Klasik 6. T = T’ dan σe2 = σe’2 • Rumus tes paralel : • dimana memiliki mean dan varians skor tampak (perolehan) yang setara
Asumsi Teori Tes Klasik 7. T1 = T2 + C essentialy τ-equivalent (pada dasarnya memiliki skor murni yang setara) Dua tes dikatakan mempunyai sifat essentialy τ-equivalent apabila perbedaan skor murni pada kedua tes tersebut, untuk setiap subyek, besarnya selalu tetap. Dua tes yang bersifat essentialy τ-equivalent dapat saja memiliki eror pengukuran yang berbeda, karena keduanya belum tentu merupakan tes yang paralel, akan tetapi setiap dua tes yang paralel tentu memiliki syarat mutlak untuk disebut tes yang bersifat essentialy τ-equivalent
Kelemahan • Sample bound • Item • subyek
TEORI TES MODERN • Asumsi : • latent trait model, kemampuan latent yang mendasari kinerja (performance) atau respon subyek terhadap butir soal tertentu • Hubungan antara performansi subyek pada suatu item, dan perangkat kemampuan (abilitas) laten dapat digambarkan oleh suatu fungsi yang menaik secara monotonik (item characteristic function = item characteristic curve = ICC)