260 likes | 517 Views
Flying Book 56. Nabi Muhammad saw sebagai yatim piatu. kh. fahmi basya. kh_fahmi_basya@yahoo.com fahmi_basya@hotmail.com fahmi-basya@telkom.net. Seperti pendapat Ibnu Ishaq dan yang lain, Nabi Muhammad saw lahir tanggal 12 Rabiul Awwal.
E N D
Flying Book 56 Nabi Muhammad saw sebagai yatim piatu kh. fahmi basya kh_fahmi_basya@yahoo.com fahmi_basya@hotmail.com fahmi-basya@telkom.net
Seperti pendapat Ibnu Ishaq dan yang lain, Nabi Muhammad saw lahir tanggal 12 Rabiul Awwal Tujuh hari setelah kelahirannya, kakeknya Abd'l-Muttalib minta disembelihkan unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. "Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi," jawab kakeknya
Aminah ibunya masih menunggu untuk menyerahkan anaknya kepada Keluarga Sa'd yang akan menyusukannya Sebagai suatu kebiasaan bangsawan Arab di Mekah pada waktu itu. Pada hari kedelapan anak itu dikirimkan ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota setelah ia berumur delapan atau sepuluh tahun
Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak Muhammad, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Selain ia seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak menghiraukannya. Ketika akan meninggalkan Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya: "Tak enak perasaanku, pulang bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."
Halimah bercerita, sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
Selama dua tahun Nabi Muhammad tinggal di Sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara Sahara dan kehidupan pedalaman yang alami, menyebabkan dia cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa dia kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali ke pedalaman.
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan orang. Ketika ia dan saudara sesusunya sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarga, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."
Dalam buku Gelora Iman diceritakan “Halimah pucat pasi mukanya, ia menangis mencari anak susunya itu, karena ia lebih sayang kepada anak itu dari anak kandungnya sendiri”. Ketika Halimah putus harapan menemukan anak itulah ia mendengar suara. “Tidak !, dia tidak akan hilang di dalam dunia. Tetapi dunia seluruhnya akan hilang di dalam dia”
Dalam Injil Barnabas disebutkan seperti ini: 1.Adam setelah itu meloncat ke atas, di atas kakinya telah tampak di udara tulisan bercahaya seperti surya, yang berbunyi: “Hanya adalah Allah Maha Esa, dan Muhammad adalah Pesuruh Nya”. 2.”Dalam pada itu Adam membuka mulutnya dan berkata: “Aku berterima kasih kepada Mu O Allah Tuhan ku, bahwa Engkau telah suka menciptakan aku, akan tetapi ceritakanlah kepada ku, aku mohon kepada Engkau apa maksud dari kata-kata ini “Muhammad adalah Pesuruh Allah”. Sudahkah di sana manusia manusia lain sebelum aku ?”
3.Kemudian firman Allah: “Akan kamu terima kasih kembali O hamba Ku Adam. Aku akan ceritakan kepada mu bahwa engkau adalah manusia pertama yang telah Aku ciptakan”. 4”Dan dia yang telah engkau lihat adalah anakmu yang akan datang ke dalam dunia bertahun-tahun mulai sekarang dan akan menjadi pesuruh Ku. 5. Karena dia Aku telah menciptakan seluruh alam, yang akan memberi penerangan kepada dunia bila ia datang.
6.yang rohnya telah ditempatkan dalam suatu keindahan sorga 60.000 tahun sebelum Aku menciptakan sesuatu”. 7.Adam memohon kepada Allah dan berkata: “Hadiahkanlah kepada ku tulisan itu di atas kuku jari tangan ku”. 8.Lalu Allah memberikan kepada manusia pertama itu di atas ibu jarinya rulisan itu
9.Di atas ibu jari tangan kanan tulisan:”Hanya adalah Allah Maha Esa, dan di atas kuku ibu jari kiri tulisan “Muhammad adalah pesuruh Allah” 10.Kemudian dengan kasih sayang selaku bapak manusia pertama itu, mencium kata-kata itu dan mengusap matanya lalu berkata: “Dilimpahkan kiranya keberkatan pada hari ketika engkau akan datang ke dunia” (Injil Barnabas bab 39)
Nabi Muhammad tinggal pada Keluarga Sa'd sampai mencapai usia lima tahun, menghirup jiwa kebebasan dan kemerdekaan dalam udara Sahara yang lepas itu. Dari Kabilah ini ia belajar mempergunakan bahasa Arab yang murni, sehingga pernah ia mengatakan kepada teman-temannya kemudian: "Aku yang paling fasih di antara kamu sekalian. Aku dari Quraisy tapi diasuh di tengah-tengah Keluarga Sa'd bin Bakr."
Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenangan yang indah sekali dan kekal dalam jiwanya. Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan rasa kasih sayang dan hormat selama hidup di sana. Penduduk daerah itu pernah mengalami suatu masa paceklik sesudah perkawinan Nabi Muhammad dengan Khadijah.
Setiap ibu Halimah mengunjungi nabi Muhammad, sepulangnya ia dibekali dengan harta Khadijah berupa unta yang dimuati air dan empat puluh ekor kambing. Dan setiap Halimah datang, Nabi membentangkan pakaiannya yang paling berharga untuk tempat duduk Ibu Halimah sebagai tanda penghormatan dan kasih sayang. Ia tidak mempunyai ibu sejak kecil dan tidak mempunyai ayah sejak lahir.
Itu yang disebut pada surat Adh-Dhuha: Bukankah Dia dapati-mu yatim, Kemudian Dia pelihara ? Dan Dia dapati-mu bingung Kemudian Dia pimpin Dan Dia dapati-mu miskin Kemudian Dia beri kecukupan ?
Itu yang disebut pada surat Adh-Dhuha: Maka, Anak yatim, janganlah engkau hinakan Dan orang yang bertanya, Janganlah engkau abaikan Dan, Pengembalaan-Tuhanmu, Hendaklah engkau rangkaikan. (Al-Qur’an, surat Adh-Dhuha, ke 93 ayat 6-11)
Ketika Aminah membawa anaknya ke Madinah untuk diperkenalkan dengan saudara-saudara kakeknya dari pihak Keluarga Najjar. Dalam perjalanan itu dibawanya juga Umm Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan ayahnya dulu. Sesampainya mereka di Madinah, kepada anak itu diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dunia dulu, serta tempat ia dikuburkan. Itu lah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim.
Dan barangkali ibunya pernah menceritakan dengan panjang lebar tentang ayah tercinta itu, yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pamannya dari pihak ibu. Sesudah Hijrah, pernah juga Nabi menceritakan kepada sahabat-sahabatnya kisah perjalanannya yang pertama ke Madinah dengan ibunya itu. Kisah yang penuh cinta pada Madinah, Kisah yang penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.
Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Madinah, Aminah sudah bersiap-siap akan pulang. Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi . . . . . di tengah perjalanan, ketika mereka sampai di Abwa‘. ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dunia dan dikuburkan pula di tempat itu.
Anak itu, oleh Umm Aiman dibawa pulang ke Mekah, pulang menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan. Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini, dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.
Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan terasa agak meringankan juga sedikit, sekiranya Abd'l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu juga meninggal, dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baru berumur delapan tahun. Sekali lagi Nabi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.
Bahkan sesudah itupun ia masih tetap mengenangkannya, sekalipun sesudah itu, di bawah asuhan Abu Talib pamannya, ia mendapat perhatian dan pemeliharaan yang baik sekali, mendapat perlindungan sampai masa kenabiannya, yang terus demikian sampai pamannya itupun akhirnya meninggal dunia
di sinilah kisah itu bermula. di Lembah tandus tanpa tetumbuhan. di Lembah kematian tanpa kehidupan di sini batu di sana batu
di tempat, rumah pertama didirikan di tempat, Ibrahim bermunajat di tempat, ummat manusia, kini berkumpul di tempat, yang paling dihormati di bumi
Pusat Studi Islam dan Kepurbakalaan File www.12mb.com/fahmi