130 likes | 345 Views
Mengupas Novel Grafis “Warna Air” Kim Dong Hwa. Ainun Najib M. Profil Buku. Judul : Warna Air (The Story of Life on the Golden Fields vol. 2) Oleh : Kim Dong Hwa Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : 2010. 2. “Hidup takkan lengkap tanpa cinta,
E N D
Mengupas Novel Grafis “Warna Air” Kim Dong Hwa Ainun Najib M
Profil Buku Judul : Warna Air (The Story of Life on the Golden Fields vol. 2) Oleh : Kim Dong Hwa Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : 2010 2
“Hidup takkan lengkap tanpa cinta, dan cinta takkan sempurna tanpa ada seseorang yang dicintai” 3
Novel grafis dalam pengertiannya ialah kisah panjang yang diceritakan dalam bentuk komik. Novel grafis lebih luas daripada itu, fiksi maupun nonfiksi. Novel grafis atau manhwa dalam bahasa Korea berjudul Warna Air ini menceritakan tentang kisah seorang gadis yang hidup bersama ibunya pada abad ke-19. 4
Di sini ia tumbuh menjadi remaja dengan sifat lugu dan tak tahu apa-apa dengan kehidupan orang dewasa. Berbeda dengan sahabatnya, Bongsoon. Hubungan Enwa dengan ibunya cukup baik, walaupun perspektif mereka akan cinta berbeda satu sama lain. Ia jatuh cinta untuk ke-3 kalinya dengan seorang pemuda. Namun kisahnya tidak terlalu mulus karena majikan sang pemuda menyukai Enwa dan menyuruh seorang Makcomblang (Nenek Dukun) untuk meminta Enwa menikah dengannya kepada ibunya. Dan kemudian pemuda itu memutuskan untuk pergi mencari uang yang banyak agar dapat menikah dengan Enwa. 5
Kim Dong Hwa mampu menyuguhkan cerita ini dengan menarik. Tata bahasanya puitis dengan kiasan-kiasan khas dan cukup halus ketika membicarakan masalah-masalah tentang seksualitas. Alurnya rapi sehingga mudah untuk dipahami. Dengan berlatar belakang pedesaan di Korea abad 19, hal-hal sosial yang mempengaruhi masyarakat pada masa itu diangkatnya dengan detail yang jelas baik itu paham sosial, kelas sosial maupun kebiasaan/adat yang berlaku di sana. Ia terinspirasi dari kisah ibunya ketika muda dulu. 6
Ada beberapa tokoh petning yang digambarkan di sini : Enwa : seorang gadis yang tengah tumbuh, lugu, sedikit angkuh dan pemalu. Ibu Enwa : pemilik kedai minum yang tengah menjalin hubungan dengan seorang Juru Gambar. Pekerja keras, suka meramal untung dirinya setiap hari dan ia seorang janda. Bongsoon : teman dekatnya, tidak bertanggung jawab dan penilaiannya selalu dipengaruhi hasrat seksualnya. Duksam : seorang pemuda pemberani, kuat dan romantis. Hanya satu kekurangannya, yaitu uang. Juru Gambar : seorang pria baik hati, lembut dan sering bepergian. Master Cho : laki-laki tua pendek, bungkuk dan sakit-sakitan. Ia majikan Duksam dan kaya raya. Makcomblang : nenek dukun yang cukup penting untuk mengatur pernikahan di dalam masyarakat Korea pada masa itu. 7
Cerita yang menarik yang disuguhkan dengan teknik ilustrasi yang bagus pula menjadi kekuatan untuk novel grafis ini. Berbeda dengan novel grafis lain, misalnya novel grafis Laika karangan Nick Abadzis yang full color, Kim Dong Hwa memiliki karakter tersendiri untuk disukai pembaca terutama golongan remaja. Dari segi pemilihan penggambaran tokoh dan adegan yang indah, detail yang luar biasa untuk background serta aneka tekstur dan effect yang digunakan, Kim Dong Hwa telah sukses menghidupkan cerita yang ada. Ia menggabungkan teknik manual (arsir, pointilis, hingga goresan kuas) dengan teknik digital (pemberian tekstur di komputer). 8
Sama halnya seperti di Indonesia, predikat ‘janda’ di selatan Korea memiliki pandangan buruk di mata masyarakat. Untuk itu tidak heran jika kehidupan para janda begitu keras terutama ketika harus menghidupi tak hanya dirinya melainkan anaknya juga. Kim Dong Hwa menggambarkan itu di sini dengan baik. Sedangkan untuk pergaulan antar remaja pada masa itu, perasaan suka terhadap lawan jenis serta rasa penasaran akan kehidupan orang dewasa banyak yang dilakukan diam-diam karena orang-orang dewasa tak pernah mau terbuka untuk mengungkapnya. Berbeda dengan masa sekarang yang lebih demokratis dan adanya pendidikan seks pada usia dini. 10
Contohnya ialah ketika Bongsoon memberitahu Enwa bagaimana caranya menjadi orang dewasa. Mereka melakukan masturbasi diam-diam di sebuah kuil tua. Atau ketika Enwa dimarah ibunya karena menyukai aroma bunga kastange dan ia mencari tahu sembunyi-sembunyi mengapa itu dilarang bersama Dongsoon. Ia pun mendapat jawaban seorang anak gadis tidak pantas menyukai bunga kastange karena aromanya menyerupai bau sperma laki-laki. 11
Di dalam masyarakat, terutama di desa, membicarakan masalah seksualitas secara terbuka dianggap tabu atau tidak sopan sehingga banyak remaja yang belum tahu mencoba mencari tahu sendiri dengan caranya masing-masing. Tentu jika caranya benar tidak apa-apa, namun jika caranya salah akan mengakibatan masalah. Untuk itu pendidikan seks harus diajarkan sejak dini agar nantinya mereka dapat diarahkan dan mengerti kapan itu akan terjadi bila waktunya tiba. 12
Walaupun Enwa ialah gambaran tokoh pada masa silam bukan berarti remaja-remaja putri di masa sekarang tak ada yang sama dengannya. Mungkin masih ada Enwa-Enwa lain di suatu desa kecil yang damai. Di mana ia akan jatuh cinta dengan pemuda setempat, menikah dan tetap tinggal di desanya hingga tua nanti. Membaca ‘Warna Air’ seperti mengingatkan kembali bagaimana rasanya ketika masih remaja dulu yang belum mengerti apa-apa dan mulai mengenal jatuh cinta kepada seseorang. 13