490 likes | 1.67k Views
SURVEILANS TETANUS NEONATORUM. Tetanus. Penyebab : Clostridium tetani (kuman), dilingkungan berubah bentuk menjadi “spora” Spora tetanus tidak bisa diberantas toksin dihasilkan oleh kuman vegetatif sebagai hasil pertumbuhan anaerob dari spora di lingkungan netralisasi toksin oleh IgG
E N D
SURVEILANS TETANUS NEONATORUM
Tetanus • Penyebab : Clostridium tetani (kuman), dilingkungan berubah bentuk menjadi “spora” • Spora tetanus tidak bisa diberantas • toksin dihasilkan oleh kuman vegetatif sebagai hasil pertumbuhan anaerob dari spora di lingkungan • netralisasi toksin oleh IgG • imunisasi harus dilengkapi dengan persalinan aman dan perawatan talipusat yang bersih
Gambaran Klinis Tetanus Masa inkubasi 8 hari (3-21 hari) 3 bentuk manifestasi klinis: Lokal dan Cephal– Jarang dijumpai Umum sering terjadi Tetanus secara Umum: Gejala dari atas ke bawah trismus, sulit menelan, otot kaku, kejang Kejang dapat berlangsung 3-4 minggu; sembuh total dapat terjadi beberapa bulan
Epidemiologi Tetanus Neonatorum (1) • Etiologi : Clostridium Tetani yang mengeluarkan eksotoksin • Sifat Clostr.Tetani : hidup anaerob, berbentuk spora, tersebar di tanah, dalam feses binatang dan kadang-kadang feses manusia. Spora dapat bertahan hidup bertahun-tahun di lingkungan. • Port d’ entry : tali pusat bayi • Masa inkubasi : 3 –21 hari (rata-rata 6 hari)
Epidemiologi Tetanus Neonatorum (2) • 14 % kematian neonatal disebabkan oleh TN (WHO,1998) • Kematian > 95 % jika tidak diterapi, sdgkan jika diterapi kematian juga masih 25 % - 90 %. • Faktor resiko: • Persalinan tidak steril (3 Bersih: alat, tempat, tangan) • Perawatan tali pusat tidak bersih • Ibu Bayi tidak mempunyai kekebalan yang memadai (imunisasi)
Diagnosis TN Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, yaitu pada awalnya bayi dapat menetek/mengisap selama 2 hari, pada hari 3 - 28 muncul gejala antara lain: • Tiba2 tidak bisa menetek/mengisap • Mulut Mencucu • Kejang rangsang (bunyi,sinar,sentuh) • Kejang tonik umum
Program ETN, Indonesia • Tahun 1989 WHA menyepakati untuk mengeliminasi TN. • Tahun 1991 Indonesia mulai melaksanakan program ETN. • Pelaksanaan ETN terpadu antara 3 Progr • Program KIA Pertolongan persalinan dan Perawatan tali pusat (KN) • Program Imunisasi TT bumil/wus • Program Surveilans Pelacakan, identifikasi faktor resiko
Eliminasi Tetanus Neonatorum (1) • Strategi eliminasi: • Persalinan Bersih • Imunisasi Rutin (kuat)— WUS (5 dosis TT atauTd) — Anak <1 th (3 dosis DTP) • Surveilans
Eliminasi Tetanus Neonatorum (2) • Eliminasi adalah kasus tetanus neonatal (TN) <1 per 1000 lahir hidup per tahun di Kab/Kota Catatan: • Cakupan TT2 > 80% & • Persalinan Nakes > 70%. • Laporan Pusk dan RS > 80%
Eliminasi Tetanus Neonatorum (3) • Daerah resiko tinggi • Cakupan TT2 < 80% • Pelayanan nakes < 70% • Daerah Resiko Rendah • Cakupan TT2 atau T-5 Bumil > 80% & • Persalinan Nakes > 70%. • Laporan zero/nihil Puskesmas dan RS >80%
Kebijaksanaan dalam ETN • Status ETN ditetapkan di Kab/Kota • Satu kasus/kematian TN = KLB penyelidikan epidemiologi ke lapangan • Ditemukan semua kasus/kematian bayi di masyarakat • Surveilans ZERO report
Surveilans TN UMUM Tersedia informasi epid tentang tetanus neonatorum yang dibutuhkan untuk mengevaluasi status ETN KHUSUS • Ditemukan kasus & kematian TN di RS & Puskesmas (termasuk di masyarakat) • Identifikasi faktor resiko TN dan diseminasikan kepada program terkait (Immunisasi & KIA) untuk mencapai dan mempertahankan status ETN
Definisi Operasional (1) • Neo Natus = bayi umur 0 – 28 hari • Kasus/Kematian TN Konfirm/pasti • lahir normal, dapat menangis & menetek selama 2 hr, kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang dalam usia 3- 28 hr • Atau didiagnose dokter sebagai TN
Definisi Operasional (2) Tersangka • Kematian bayi umur 3 – 28 hr tak diketahui penyebab • TN yang dilaporkan bukan oleh dokter/petugas terlatih.
KEGIATAN SURVEILANS TN Penemuan Kasus • Puskesmas, termasuk di masyarakat. • Rumah Sakit, termasuk Klinik Bersalin. Penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian
KEGIATAN SURVEILANS TN~LAPORAN~ • Laporan Mingguan • Terhadap konfirm TN maupun suspek TN • Berlaku laporan nihil, laporan dibuat meskipun tidak ada kasus • Puskesmas, dengan menggunakan form W2/PWS KLB) bersama dengan laporan mingguan penyakit potensial KLB lainnya • Rumah Sakit, dengan menggunakan form FPPD pada saat melakukan surveilans mingguan RS untuk AFP, Campak, Difteria dan TN.
KEGIATAN SURVEILANS TN~LAPORAN~ • Laporan Bulanan • Puskesmas dan RS tidak ada laporan surveilans TN bulanan • Kabupaten/Kota dan Provinsi: • Laporan data: menggunakan form Integrasi AFP, Campak, Difteria, dan TN • Laporan absensi: Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Mingguan
KEGIATAN SURVEILANS TN (1)~INVESTIGASI KASUS TN~ • Tujuan : • 1. Menetapkan diagnosis • Konfirm TN • Suspek TN • 2. Mencari kasus tambahan • Penolong persalinan sebagai “center point” • Budaya perawatan tali pusat • 3. Mengetahui faktor resiko • 4. Mengetahui gambaran epid • Penyelidikan menggunakan form T2
KEGIATAN SURVEILANS TN (2)~INVESTIGASI KASUS TN~ Investigasi kasus TN berdasarkan daerah Resiko: • Pada daerah resiko rendah setiap kematian di bawah umur 1 bulan dan tersangka TN • Pada daerah resiko tinggi kasus dan kematian TN yang dilaporkan oleh RS dan Puskesmas
KEGIATAN SURVEILANS TN (3)~INVESTIGASI KASUS TN~ • Laporan Hasil Investigasi Kasus TN, meliputi: • Jumlah konfirm TN, jumlah suspek TN dan jumlah kematian • Faktor resiko utama: • Status imunisasi TT ibu • Riwayat ANC (ante natal care) • Riwayat persalinan: 3 “B” • Riwayat perawatan tali pusat: bahan yang digunakan • Faktor resiko pendukung: • Cakupan imunisasi TT desa/puskesmas yang ada kasus
KEGIATAN SURVEILANS TN (3)~INVESTIGASI KASUS TN~ • Analisa Data Hasil Investigasi T N : • Faktor resiko utama yang erat hubungannya dengan kejadian TN • Faktor resiko pendukung yang memperkuat kejadian TN
KEGIATAN SURVEILANS TN (3)~INVESTIGASI KASUS TN~ • Analisa Data Surveilans T N secara Periodik (tahunan) • Jumlah lahir hidup, Jumlah kasus dan kematian • Sebaran kasus • Faktor resiko yang dominan • Cakupan imunisasi TT dan cakupan persalinan nakes. • Penilaian status eliminasi dilakukan bersama program imunisasi dan KIA
KEGIATAN SURVEILANS TN (3)~INVESTIGASI KASUS TN~ • Rekomendasi berdasarkan Hasil Investigasi T N • Ditujukan untuk perbaikan program terkait, termasuk surveilans.
Alur Pelaporan TN Ditjen PPM&PL form integrasi FI-2 Dinkes Prop formintegrasi FI-1 Dinkes Kab/Kota KDRS/FPPD W2, W1, T2 Rumah Sakit Puskesmas lisan Bidan, dukun bayi Masyarakat
DISTRIBUSI KASUS TN BERDASARKAN PENOLONG PERSALINAN DI JAWA TIUR TAHUN 2008 - 2011
DISTRIBUSI KASUS TN MENURUT ALAT PEMOTONG TALI PUSAT DI JATIM TAHUN 2008-2011
masalah • Masih tinggi kejadian TN dan CFR 55.5% • dari kasus : 66.7% pemeriksaaan kehamilan oleh • bidan, namun penolong persalinan oleh dukun • (78.6%) dan status T2 rendah • pemotongan tali pusat masih ada yang • menggunakan bambu / digigit & perawatan • talipusat masih ada yang menggunakan ramuan dll