570 likes | 2.5k Views
PRANATA SOSIAL. Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata Sosial Conformity dan Deviation Cara Mempelajari Pranata Sosial. Pengertian Pranata Sosial.
E N D
PRANATA SOSIAL • Pengertian Pranata Sosial • Ciri-ciri Umum Pranata Sosial • Pertumbuhan Pranata Sosial • Tipe Pranata Sosial • Conformity dan Deviation • Cara Mempelajari Pranata Sosial
Pengertian Pranata Sosial • Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koetjaraninggrat, 1987) • Pranata sosial adalah aturan perilaku yang dikukuhkan dengan sangsi oleh anggota masyarakat (Hayami dan Khikuchi, 1987)
CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL • Berorientasi pada kebutuhan • Peran yang dimainkan • Adanya upacara • Pengawasan sosial • Pengakuan karena membudaya
CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL • Keterlibatan pendukung • Merupakan tradisi turun temurun • Empiri • Berpegang pada norma • Prioritas pada usia dan gengsi
CARA PELAJARI PRANATA • Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan lembaga • Analisis komperatif, bertujuan menelaah suatu lembaga dalam berbagai masyarakat atau pelbagai lapisan masyarakat • Analisis fungsional, bertujuan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga di dadalam masyarakat tertentu. Mis: membahas lembaga perkawinan maka menyangkut lembaga muda-mudi, lembaga harta kawin
TIPE PRANATA • Kinship atau domestic institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan. Contoh: pelamaran, perkawinan, perceraian • Economics institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencarian hidup. Contoh: pertanian, peternakan, industri, koperasi • Educational institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh: pendidikan tinggi
TIPE PRANATA • Scientific institutions adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta. Contoh: penelitian • Aesthetic and recreational institutions adalah pranata yang memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh : seni rupa, seni suara, seni drama, olah raga • Religious institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Contoh : masjid, gereja, do’a, kenduri, ilmu gaib
TIPE PRANATA • Political institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara. Contoh: pemerintahan, kepartaian, demokrasi • Somatic institutions adalah pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah dari manusia. Contoh: kedokteran, pemeliharaan kesehatan
PERKEMBANGAN PRANATA • Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, mempunyai kekuatan mengikat yang sangat lemah. Suatu penyimpangan terhadap cara tidak akan menimbulkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya suatu celaan terhadap individu saja. • Kebiasaan (folkways) yakni menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Contoh: kebiasaan memberi hormat pada orang lain yang lebih tua.
PERKEMBANGAN PRANATA • Tata kelakuan (mores) adalah kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak melarangnya sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatanya dengan tata kelakuan • Adat-istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggar mendapat sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan oleh masyarakat. Contoh: larangan perceraian (Lampung)
PROSES PELEMBAGAAN • Diketahui, norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila sudah diketahui anggota masyarakat, namun taraf pelembagaan masih rendah • Dimengerti dan dipahami, taraf pelembagaan akan meningkat apabila suatu norma dimengerti dan dipahami oleh anggota masyarakat yang perilakunya diatur oleh norma tersebut. Artinya di dalam berperilaku anggota masyarakat terikat oleh batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar.
PROSES PELEMBAGAAN • Ditaati, apabila anggota masyarakat memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersama, maka akan timbul kecenderungan untuk mentaati norma-norma tersebut. • Dihargai, apabila norma diketahui, dimengerti dan dipahami, ditaati, maka tidak mustahil bahwa norma tersebut akan dihargai. Penghargaan ini merupakan proses pelembagaan pada taraf yang lebih tinggi lagi.
PERUBAHAN PRANATA • Pertumbuhan penduduk • Perkembangan teknologi • Perkembangan kebutuhan • Preferensi • Penetrasi pemerintah atas desa • Komersialisasi
PENGENDALIAN SOSIAL • Pengendlian sosial atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. • Arti pengendalian jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.
TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL • Untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat • Untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan
SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL • Preventif, yakni merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-ganguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan • Represif, yakni usaha-usaha untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan • Usaha-usaha preventif, misalnya: sosialisasi, pendidikan formal dan non-formal; usaha-usaha represif: pemberian sanksi
SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL • Comulsion, yakni merupakan usaha pengendalian sosial dengan cara menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung. • Pervasion, norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya sedemikian rupa, dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang.
Perwujudan Pengendalian Sosial • Pemidanaan, suatu larangan apabila dilanggar akan penderitaan bagi pelanggarnya. Dalam hal ini kepentingan-kepentingan seluruh masyarakat dilanggar, sehingga inisiatif sanksi datang dari warga • Kompensasi, standard patakonnya adalah kewajiban, dimana inisiatif untuk memproses ada pada fihak yang dirugikan. • Terapi dan konsiliasi, sifatnya remidial, yakni bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula. Prisipnya bukan siapa yang menang atau kalah, yang penting adalah menghilangkan yang tidak menyenangkan bagi dua belah pihak.
CONFORMITY DAN DEVIATION • Conformity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. • Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat
GOTONG ROYONG • Sejarah: istilah gotong royong muncul pertama kali dalam bentuk tulisan dalam karangan tentang hukum adat dan dalam karangan tentang aspek sosial budaya dari pertanian • Gotong royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah
GOTONG ROYONG • Kompensasi gotong royong adalah menyediakan makan siang tiap hari kepada teman yang membantu dan harus mengembalikan jasa kepada semua petani yang diundang • Komersialisasi mendorong perubahan pada sistem gotong royong dipandang menjadi kurang praktis
BAHAN BACAAN • Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta • Koentjaraningrat, 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jambatan. • Michael Dove. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisionil Inonesia dalam Modernisasi. Yayasan Obor Indonesia. • Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. • David Korten, 1987. Pembangunan Berdemensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indoneia. • Darsana Wisadirana, 2004. Sosiologi Pedesaan. UMM Press. • Koentjaraningrat. 1987. Bunga Rampai Antropologi Pembangunan. • Hayami dan Kikhuci, 1987. Dilema Ekonomi Desa.