410 likes | 1.07k Views
KONSEP DASAR ELIMINASI. KELOMPOK II NAMA ANGGOTA : YARA KEKE ADRIANY CUT FIRZA MUTIA VENI PUTRI INDRAWARI. Sumber / Referensi buku. Alimul, Aziz 2006. Kebutuhan dasar manusia . Jakarta : penerbir salemba mediak .
E N D
KONSEP DASAR ELIMINASI KELOMPOK II NAMA ANGGOTA : YARA KEKE ADRIANY CUT FIRZA MUTIA VENI PUTRI INDRAWARI
Sumber / Referensi buku • Alimul, Aziz 2006. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : penerbir salemba mediak. • Doengoes, Marilynn. 1999. Kencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC • Tenguh subianto. 2011. Prosedur pemasangan kateter kandung kemih. • Ambarwati, Eny retna dan sunarsih, Tri. 2009,KDPK KEBIDANAN teori dan aplikasi,Jogjakarta, nuuha medika.
A. KONSEP DASAR • Eliminasi adalah proses pembuang sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kantong kemih bila kantong kemih berisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,ureter,kantong kemih,dan uretra. • Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan terdiri dari kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi (defekasi).
B. ELIMINASI URINE 1.Organ-organ yang Berperan dalam Eliminasi Urine Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal,ureter,kantong kemih,dan uretra. a. Ginjal Ginjal merupakan organ retro peritoneal yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan pada tubuh. Ginjal juga menyaring bagian darah untuk di buang dalam bentuk urine sabagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh .
Lanjutan.. • Proses ini terjadi dengan dua langkah utama yaitu : Kandun g kemih secara progresif terisi sampai ketegangan di dinding nya meningkat di atas nilai ambang,yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang di sebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kantong kemih atau jika ini gagal,setidak tidak nya menimbul kan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Lanjutan.. • b. Kandung kemih (bladder,buli-buli) Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi sebagai penampung urine. Dalam kandung kemih,tedapat lapisan jaringan otot yang memanjang di tengah dan melingkar di sebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam di atur oleh sistem simpatis.
Lanjutan.. • c. Uretra Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine kebagian luar. Pada pria dan wanita fungsi nya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat pengliran urine dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi urinisasi • 1. Diet dan asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. • 2. Respons keinginan awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak bertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
Lanjutan.. • 3. Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitan nya terhadap tersedianya fasilitas toilet. • 4. Stres psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karna meningkatnya sensivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang di produksi.
Lanjutan.. • 5. Tingkat aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot di dapat kan dengan beraktivitas. • 6. Tingkat perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Lanjutan.. • 7. Kondisi penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi urine, seperti diabetes melitus. • 8. Sosiokultural Budaya dapat mengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
Lanjutan... • 9. Kebiasaan seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit • 10. Tonus otot Tonus otot yang memiliki peran penting dlam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
Lanjutan... • 11. Pengobatan Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
Lanjutan.. • 12. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
D. Eliminasi fekal (defekasi) • Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolom dan di latasi sphincter ani, kedua faktir tersebut di control oleh system syrap parasimpatis. Gerakan kolom meliputi 3 (tiga) gerakan yaitu gerakan mencapur,gerakan peristatis,dan gerakan msa kolom . Gerakan masa kolom ini dengan ceppat mendorong feses makanan yang tidak di cerna (feses) dari kolom ke rectum.
Pola defekasi • Waktu defekasi dan jumlah feses sangat lah bersifat individual. Orang dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari, tetapi ada pula yang buuang air besar 3-4 kali seminggu. Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi, ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training yang di lakukan pada masa kanak-kanak. Sebagian besar orang memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karna adanya refleks gastritolik.
Lanjutan.. • Umum nya feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun secara khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan pola defekasi akan berubah karna adanya kontifikasi, fekal inflation,diare,dan inkontinensia. Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi • 1. Diet dan Asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine. • 2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine
3. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet 4. Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi • 5. Tingkat Aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas
6. Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil. • 7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu • 9. Kebiasaan Seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit • 10. Tonus Otot Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontrakraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pembedahan Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi, menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat mempengaruhi jumlah produksi urine. • 12. Pengobatan Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
13. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra venus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
G. Masalah defekasi umum • Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur.
Lanjutan.. • Selama defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis. • Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi.
Lanjutan.. • Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik.
Lanjutan.. • Dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.
Sekian dan terimakasih Wassalamu’alaikum wr.wb.