200 likes | 669 Views
TAFSIR AL-QUR’AN. Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A. Makna Al-Qur’an.
E N D
TAFSIR AL-QUR’AN Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A
Makna Al-Qur’an • Al-Qur’an, dari segi kebahasaan, berasal dari kata qara’a, yang secara literal berarti menghimpun. Kata qara’a kemudian diartikan membaca, karena membaca adalah kegiatan merangkai dan menghimpun huruf dengan huruf yang lain kemudian mengucapkannya. • Kata qara’a juga diartikan dengan menelaah, meneliti dan mengetahui ciri-ciri sesuatu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kata qara’a tidak selalu membutuhkan tulisan sebagai objek bacaan, tetapi juga mencakup objek yang tidak tertulis. Perhatikan misalnya, perintah membaca dalam wahyu pertama turun kepada Rasulullah saw. (Q.S. al-Alaq ayat 1-5), yang tidak hanya mencakup perintah membaca yang tertulis tetapi juga mencakup perintah membaca yang tidak tertulis, berupa tanda-tanda kebesaran Allah, baik makrocosmos maupun micrpcosmos.
Secara terminologis • al-Qur’an adalah Kalam Allah swt. yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril, yang ditulis di dalam mushaf, dan membacanya adalah ibadah. • Secara teknis, al-Qur’an yang dimaksudkan di sini ialah Mushaf.
Kedudukan al-Qur’an • Al-Qur’an dalam sistem ajaran Islam adalah sumber pertama ajaran Islam. • Hadis Nabi Muhammad saw. adalah sumber ajaran Islam yang kedua, sekaligus sebagai bayan terhadap al-Quran. • Meskipun terdapat dua sumber utama, yakni al-Quran dan hadis, tetapi keduanya sama sekali tidak boleh dipisahkan, bahkan al-Quran hanya mungkin bisa dipahami dan amalkan dengan baik apabila dikaitkan dengan hadis.
Fungsi al-Qur’an: Secara umum, al-Qur’an mempunyai dua fungsi utama, yaitu: • Sebagai Hidayah (Pedoman hidup) Sebagai hidayah, al-Qur’an adalah pedoman bagi umat manusia yang mempercayainya dalam menata kehidupannya sesuai dengan kehendak Sang Maha Pencipta. Al-Qur’an adalah doktrin keimanan, sumber hukum, pedoman moral, dan bimbingan ibadah. • Sebagai Mukjizat Sebagai mukjizat, al-Quran adalah bukti kebenaran Nabi Muhammad saw. Sebagai kitab mukjizat, al-Qur’an menantang setiap orang kapan dan di manapun terhadap setiap orang yang tidak percaya atau meragukan kebenarannya. Tantangan al-Quran, dikemukakan secara bertahap.
Kandungan Pokok al-Qur’an: Al-Quran sebagai kitab samawi terakhir yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah saw. mempunyai kandungan yang sangat luas. Kandungannya yang sedemikian luas itu terkait dengan pokok-pokok ajaran agama, dapat disimpulkan dalam tiga hal pokok, yaitu: • Akidah atau kepercayaan • Petunjuk mengenai Hukum atau syariat dengan jalan menetapkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya, hubungannya dengan sama manusia bahkan hubungannya dengan alam sekitarnya. • Akhlak
IstilahTafsir Al-Qur-an Terdapatbeberapaistilahteknisterkaitupayamemahamimaknadankandungan al-Qur’an, yaitu: Bayan, Tafsir, Takwil, danTadabbur. Meskipunistilah yang paling palingpopulerdigunakanialahTafsir. • Istilahtafsirsecaraumum , setidaknyamengandungtigamakna, yaitu: • Upayamemahamimaknadankandungan al-Qur’an; • Ilmu yang digunakanuntukmemahamimaknadankandungan; • Hasil-hasilpemahamanterhadapmaknadankandungan al-Qur’an.
Langkah-langkahPenafsiran al-Qur’an: 1. Terjemah Langkahawal yang dapatditempuhuntukmemahamimaknadankandungan al-Qur’an adalahmelaluiterjemahankedalambahasa yang dipahamiseseorang, khususnyamereka yang memilikiketerbatasanmemahamibahasa Arab. Meskipunterjemahanitusendirimemilikiketerbatasan, apalagihasilterjemahan al-Qur’an kedalambahasa lain, samasekalitidakdapatdisejajarkandengan al-Qur’an. Terjemahadalahpengalihanlafaldarisatubahasakedalamlafal-lafaldalambahasa lain.
Secaraumum, dikenalduamacamterjemah, yaitu: • Terjemahlafdziyah; adalahbentukpenerjemahan yang berusahamengalihkanlafal-lafaldarisuatubahasakedalamlafal-lafal yang serupadalambahasa lain, yang secaraumumsusunandantertibbahasakeduasesuaidengansusunandantertibbahasapertama. Model terjemahanlafdziyahinisecaraumummenunjukkanbahwapenerjemahnyasangatjujursehinggaberusahasedemikianrupauntukmenyesuaikanlafal-lafal yang diterjemahkan, tetapitujuandaripenerjemahanitusecaraumumsulittercapai, karenasetiaplafaldarisuatubahasatertentumemilikimakna yang sangatterkaitdengankulturmasyarakatpenggunabahasatersebut. Karenaitutidakmudahmencaripadanan kata darisuatubahasakedalambahasa lain, yang memilikikesamaansecarakeseluruhandariaspekmakna yang kandungannya.
b. Terjemahmaknawiyahatauterjemahtafsiriyah; yaitumodel terjemahan yang berusahamenjelaskanmaknapembicaraandarisuatubahasakedalambahasa lain sedemikianrupatanpaterikatdengantertiblafal-lafalataususunankalimatbahasaasaldengantertiblafaldansusunankalimatbahasakedua. Model penerjemahanmaknawiyahatautafsiriyahinimenunjukkanbahwapenerjemahnyaberfokuspadaupayapengalihanmaknalafaldarisuatubahasakedalammaknalafaldalambahasa lain, sehinggasusunanlafaldankalimatdalambahasapertamaterkadangtidakselalusesuaidengansusunanlafaldankalimatdalambahasakedua.
2. MencariPenjelasanAyatdarihadisNabi. NabiMuhammad saw. sebagaipenerimawahyumemperolehkewenanganuntukmenjelaskankandungan al-Qur’an. Hal inidijelaskandalam surah al-Nahlayat 44: Yang artinya : Dan Kami turunkankepadamu al- Qur’an, agar kamumenerangkanpadaumatmanusiaapa yang telahditurunkankepadamereka, dansupayamerekamemikirkan.
3. Memahami kaedah-kaedah bahasa Arab dan makna kosakata dari ayat yang ditafsirkan. Al-Qur’an diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. dengan berbahasa Arab, seperti dijelaskan dalam surah Yusuf ayat 2: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Ayat di atas memberikan isyarat tentang keniscayaan memahami bahasa Arab untuk berinteraksi dan memahami makna dan kandungan al-Qur’an.
4. Memahami asbab nuzul (sebab turunnya) ayat, jika ayat yang ditafsirkan mempunyai sebab nuzul. Pengetahuan tentang sebab nuzul ayat, akan membantu memahami makna dan kandungan ayat serta mencegah kemungkinan salah paham akibat tidak memhami sebab nuzul ayat yang ditafsirkan. 5. Memahami munasabah (hubungan ayat). Al-Qur’an yang terdiri atas lafal-lafal, ayat dan surah, laksana mata rantai, antara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya mempunyai kaitan yang tidak terpisahkan. Karena itu penafsiran terhadap satu ayat tidak dipisahkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Al-Qur’an sebagaiKalamullah, ajaran-ajaran yang tercantum di dalamnya, diyakiniolehumat Islam, selalurelevanuntukdijadikantuntunanpadasetiapwaktudantempat (shălih li kullizamănwamakăn). Sebagaikitabhidayah, al-Qur’an menjadikitabsuci yang mencakupberbagaiaspek (hammălatanlilwujûh), meskipunpetunjuk yang terdapat di dalamnyapadaumumnyahanyadiungkapkanprinsip-prinsippokoknyasaja. Petunjukal-Qur’an yang bersifatshălih li kullizamănwamakăndanhammălatanlilwujûh, meniscayakanuntukterusmenerusmencaridanmelakukanpenafsiransehingga al-Qur’an tetapmenjadibagipersoalanumatdalamberbagaiaspeknya.