670 likes | 1.88k Views
Pendekatan Hermeneutika Dalam Tafsir al-Qur’an. Definisi Hermeneutika.
E N D
DefinisiHermeneutika • Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuein, yang berarti “to express” (untuk mengekspresikan), “to explain” (untuk menjelaskan), dan “to translate” (untuk menerjemahkan). Ketiga kata tersebut bisa disatukan menjadi “to interpret” (untuk menafsirkan). • Secara istilah artinya: making something that is unfamiliar, foreign, distant, or obscure into something familiar, near and comprehensible through translation, explanation and expression (sebuah metode memahami teks untuk menjadikan suatu teks yang asing, jauh dan tidak jelas maknanya, menjadi teks yang akrab, dekat, dan jelas maknanya). • Hermeneutika juga sering diasosiasikan dengan Hermes, salah satu nabi dalam mitologi Yunani, yang tugasnya adalah untuk menyampaikan firman Allah kepada manusia, sebagai perantara antara dua alam: alam Ilahi dan alam manusia.
Hermeneutika dan Tafsir • Ada 3 unsur penting yang dikaji dalam Hermeneutika yaitu: 1. unsur teks yakni mengkaji teks atau ayat dari segi bahasa atau linguistik 2. unsur pengarang yakni mengkaji konteks yang berkaitna dengan situasi pengarang. 3. unsur pembaca/penafsir yakni mengkaji konteks yang berkaitan dengan situasi pembaca/penafsir .
Hermeneutika dan al-Qur’an • Al-Qur’an adalah Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril.” Karena al-Qur’an adalah Firman Allah dan bersifat sakral/suci, maka ia harus dikaji dengan metode yang sakral/suci juga atau dengan metode yang Islami, yang sesuai dengan karakter al-Qur’an yang suci! • Siapa yang menentukan kesakralan/kesucian al-Qur’an, apa yang membuatnya sakral, atau menurut siapa ia sakral? • Secara historis dapat diketahui bahwa: kesakralan atau kesucian suatu buku bukanlah sifat a priori dari suatu teks akan tetapi sesuatu yang direalisasikan secara historis di dalam kehidupan masyarakat yang meresponnya sebagai sesuatu yang suci.”
Definisi al-Qur’an: Konsep Tradisional v.s. Modern • KONSEP TRADISIONAL: • Al-Qur’an adalah “Firman Allah” (the Word of God) yang tidakdiciptakandantelahadasejakawal(eternal). • Iamenekankan “keunikan” (otherness) dankesucian(sacredness)” al-Qur’an dan “ekternalitas” (externality) Nabidalamprosesspewahyuan. • Nabitidakmempunyaiperan. • KONSEP MODERN: • Al-Qur’an adalah “Firman Allah” (Word of God) yang baharudandiciptakanoleh Allah. • Iamenekankan “kesamaan” (sameness) al-Qur’an denganteks lain, dan “internalitas” Nabidalamprosespewahyuan. • Nabimempunyaiperandalampewahyuan.
Konsekuensi terhadap penafsiran • KONSEP TRADISIONAL: • Al-Qur’an hanyabisadidekatidenganpendekatan yang Islami/suci. • Hanyaorangelitsaja (ulama) yang dapatmenafsirkan al-Qur’an. • Makna yang hakikidari al-Qur’an adalahsebagaimana yang dimaksudkanoleh Allah (author centered interpretation). • KONSEP MODERN: • Al-Qur’an bisadidekatidenganpendekatan-pendekatan yang sekuler. • Setiaporangdenganberbagailatarbelakangdapatmengkaji al-Qur’an. • Tidakmungkinuntukmencapaimakna yang hakiki, akantetapimaknasebagaimana yang diwarnaiolehlatarbelakangpenafsirnya(reader centered interpretation)
Al-Qur’an sebagai Teks • Al-Qur’an adalah karya asing (menggunakan bahasa Arab), dan diciptakan atau diturunkan pada masa lampau, dan dalam konteks yang jauh dari konteks saat ini. Bagaimana cara memahami teks asing tersebut? • Tekstualitas dan Historisitas al-Qur’an. Ia adalah Firman Allah yang menggunakan bahasa manusia, diwahyukan kepada nabi Muhammad (manusia) dan ditujukan untuk manusia. Ia sangat erat berhubungan dengan sejarah: asbab al-nuzul, makki wa madani, naskh wa mansukh.
Al-Qur’an sebagai Teks Historis • Al-Qur’an sebagai teks historis. Perbandingan antara Isa dan al-Qur’an. Isa adalah kalimah Allah yang disampaikan kepada Maryam: Innama ’l-masihu ‘Isa ’bnu Maryama rasulu ’llahi wa kalimatuhu, alqaha ila Maryama wa ruhun minhu (Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan kalimat-Nya). Dari Maryam lahirlah Isa pada suatu masa dan di suatu tempat (Nazaret) • Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, maka “lahirlah/ terciptalah” al-Qur’an di suatu masa dan tempat.
Transformasi dari Lisan ke Tulisan • Perbedaan antara komunikasi lisan dan tulisan: • Dalam Komunikasi Lisan antara pembicara dan pendengar berada dalam satu tempat dan waktu, sehingga mengetahui konteks pembicaraan. Di samping itu terdapat dua jalur komunikasi antara keduanya (dialog, soal dan jawab) • Dalam Komunikasi Tulisan: antara pengarang dan pembaca tidak berada pada satu tempat dan masa, sehingga tidak ada dialog dua arah dan juga si pembaca tidak mengetahui konteks pembicaraan.
Makna Teks/al-Qur’an : • Berbeda dengan komunikasi lisan di mana kita bisa bertanya secara langsung kepada pembicara, dalam komunikasi tulisan, kita tidak bisa bertanya kepada pengarang, sehingga kita tidak dapat berpretensi untuk mengetahui makna yang diinginkan oleh pengarangnya. • Demikian juga kita tidak bisa membiarkan teks/al-Qur’an berbicara (istanthiq al-Qur’an). Ali b. Abi Thalib (w. 661) pernah berkata: al-Qur’an khathth masthurun bayna daffatayn la yanthuqu innama yatakallamu bihi al-rijal (al-Qur’an adalah tulisan yang tersurat di antara dua kover, ia tidak berbicara, akan tetapi yang berbicara melaluinya adalah manusia). • Makna suatu teks/al-Qur’an bergantung kepada pembaca. Akantetapi pembaca tidak bisa seenaknya saja memberi makna terhadap teks, di mana teks tidak bersikap pasif, sementara pembaca bersikap aktif. Antara keduanya terdapat hubungan dialektis.