1.26k likes | 4.67k Views
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI. OLEH : Colti Sistiarani, SKM., M.Kes. Minat Kesehatan Reproduksi-Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman. Perkenalan . Nama : Colti Sistiarani, SKM., M.Kes NIP : 19820820 200912 2 005 Alamat : jl Kranji No 22 Purwokerto
E N D
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI OLEH : Colti Sistiarani, SKM., M.Kes Minat Kesehatan Reproduksi-Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman
Perkenalan Nama : Colti Sistiarani, SKM., M.Kes NIP : 19820820 200912 2 005 Alamat : jl Kranji No 22 Purwokerto Hp : 0812 289 0582 E-mail : coltisistiarani@yahoo.co.id
Referensi http://www.who.int/social_determinants/final_report/key_concepts_en.pdf Social determinant of sexual and reproductive health, WHO, 2010 Cultural programming : reproductive health challenges and strategies, UNFPA, 2005
Relationship between Poverty and PoorReproductive Health (Greene and Merrick)
BUDAYA/CULTURE Culture refers to beliefs, attitudes, values, behaviours and traditions that are learned andshared by virtue of membership and socialization in groups Geographic location, religion, occupation, age andclass categories, attesting to cultural diversity. “cultural factors” for programming, focuses on two elements: 1) marginalization, discrimination, or stigmatization of their uniquecultural attributes, 2) the cultural beliefs and practices which make themvulnerable to poor reproductive health status.
The Social Determinants Pendapatan dan ekonomi : kesempatan kerja, akses pendidikan Lingkungan sosial dan status sosial : jaringan yang mendukung, paparan terhadap diskriminasi Lingkungan fisik Budaya dan faktor masyarakat : kesehatan diri dan praktik seksual, gender, ras, tekanan dan perilaku masyarakat, biologi, genetik Pelayanan kesehatan : akses yang setara dalam aspek pengobatan dan pencegahan melalui pendekatan gender dan sosial budaya, pelayanan yang mendukung akses tersebut
Masalah sosial terkait KR Pemberdayaan Perempuan didalamnya mencakup : Peningkatan kualitas hidup perempuan Terlaksananya Pengarusutamaan Gender (PUG) di seluruh tingkat dan sektor pemerintahan Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender Penghapusan kekerasan terhadap perempuan
Faktor berkaitan Kekerasan berbasis Gender • Keterbatasan peran wanitapolitik, hukum dan pemerintahan • kekerasan dalam rumah tangga dianggap bukan masalah serius
Nilai dan Keyakinan membahayakan KR Lebih mengutamakan anak laki-laki Kekerasan berbasis gender Praktik seksual yang berbahaya Dorongan keluarga menjadi pekerja seks Nilai dan keyakinan yang salah
Contoh nilai/keyakinan yang tidak tepat Pandangan dalam perkawinan dan KB Menikah harus memiliki anak Pantang menjadi jomblo Lebih baik menikah muda Anggapan harus memiliki anak laki-laki Pengambilan keputusan di tangan suami Anak perempuan sepenuhnya menjadi hak suami Pemakaian kontrasepsi (IUD)bersifat aborsi
Faktor sosiokultural “Gizi Buruk” Kemiskinan Pengetahuan kurang Pengeluaran konsumsi Pemberian makan Keterbatasan pengetahuan Dilema ibu bekerja Tb ISPA Diare Penyakit lain
Pengeluaran Konsumsi Konsumsi tembakau di wil perkotaan (11,1-14,2%), pedesaan (11,2-16,6%) walaupun sosek kurang (Sri Indriyani, Suara Merdeka 24 sept 2013) Pengetahuan mengenai kebutuhan gizi untuk anak serta sumber makanan yang bergizi baik Pemberian makanan yang salah, mengutamakan makanan instan
FaktorKematian ibu Kematian Ibu Komplikasi kehamilan, persalinan, nifas Akses dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan Perlindungan & Perilakudalam Keluarga Penghormatanpada HakReproduksi KeterbatasanPengetahuan Ketersediaan & Penguasaan Sumberdaya Sumber :Unicef, 2004 Status Perempuan
Perlindungan dan Perilaku dalam Keluarga Kekerasan terhadap perempuan dan beban ganda Perilaku konsumsi dalam keluarga Pemicu aborsi dan perawatan persalinan Perkawinan usia muda Pandangan budaya masyarakat terhadap ajaran agama
Contoh tradisi/mitos Keyakinan pada saat hamil : minum air kelapa muda/ minyak kelapa Tidak boleh makan makanan dibakar/digoreng membawa gunting/pisau jika perut bulat/malas mandi menandakan jenis kelamin anak minum jamu membuat ibu bayi sehat tidak boleh makan nanas/durian/pepaya/mentiun/pisang ambon Tidak boleh membicarakan kejelekan orang Tidak boleh mengkonsumsi santan Tidak boleh makan ikan yang bentuknya aneh : sotong, gurita, pari, hiu
Contoh tradisi/mitos Pada masa kehamilan : 11) Tidak boleh duduk didepan pintu 12) Tidak boleh keluar malam 13)Tidak boleh makan belut/ikan berbau amis 14) Melakukan ritual ngupati dan mitoni 15)Tidak boleh makan nangka/alpukat/waluh 16) Tidak boleh makan talas/ubi/jantung pisang
Contoh tradisi/mitos Masa persalinan Membasahi vagina dengan minyak kelapa Memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk mengeluarkan plasenta Setelah persalinan ibu duduk dengan posisi bersandaran kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam Setelah melahirkan ibu langsung mandi air laut Minum jamu sehabis melahirkan
Contoh aspek sosial budaya Masa nifas Dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut, lele, keong, daun lembayung, buah pare Setelah melahirkan/setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam, dilarang banyak makan dan minum Dilarang tidur siang Minum abu dari dapur, dicampur air, disaring dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI-nya banyak Memakai gurita/stagen Tidak boleh makan buah2an berbentuk bulat (pepaya, mangga, jeruk, alpukat Makanan licin (daun : talas, kanggkung genjer, kacang)
Contoh aspek sosial budaya Keyakinan perawatan pada anak Mengompres anak demam dengan parutan mentimun Dikerok menggunakan bawang Pengobatan anak menggunakan darah haid ibu Jika anak kejang diberi kopi Kepala anak ditaruh irisan bawang merah ketika anak flu Bayi harus dipijat/diurut, diberi pilis/lerongan dan tapel
Pemenuhan Hak Reproduksi Kesertaan masyarakat dalam KB Akses dan kualitas pelayanan KB Kesertaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi Akses dan penggunaan pelayanan kesehatan
Strategi di masyarakat Identifikasi, pencegahan serta melonggarkan faktor yang berkaitan spt : keyakinan serta praktik2 yang berbahaya Mengkampanyekan perilaku hidup sehat Pemberian informasi serta menyediakan pelayanan KR yang berkualitas melalui pendekatan yang peka akan budaya dan dilakukan dengan cara yang tepat