120 likes | 479 Views
Sekilas Resensi. Definisi. Berasal dari bahasa Latin revidere atau recensere . Kata itu mendasari istilah recensie dalam bahasa Belanda dan review dalam Bahasa Inggris . Semua bermakna sama , yakni melihat kembali, menimbang , atau menilai.
E N D
Definisi Berasaldaribahasa Latin revidere atau recensere. Kata itumendasariistilahrecensiedalambahasaBelandadan review dalamBahasaInggris.Semuabermaknasama, yaknimelihat kembali, menimbang, atau menilai. IstilahrecensiedalamBahasaBelandaitulah yang kemudiankitaadopsimenjadiresensi. Secaraumum, resensibisadiartikankupasan tentang buku, film, musik, ataukaryaseni lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi didefinisikan sebagai: pertimbangan atau pembicaraan tt buku; ulasan buku. KBBI mencontohkan pemakaian kata resensi dalam kalimat: majalah itu memuat resensi buku-buku yg baru terbit
Fungsi Resensiseringdianggapjembatan yang menghubungkanpenulis buku atau pembuat film dengan penikmatnya. Sasarannya mereka yang berada di dua ujung jembatan itu, si kreator dan si penikmat. Sebuah resensi minimal memberi kita informasi bahwa buku atau film baru telah/akan beredar. Resensibiasanyajugamembantukitamemutuskanbukuatau film apa yang layakkitabacaatutonton. Terutama untuk karya-karya yang “tidak biasa”, peresensi kadang memosisikan diri sebagai penerjemah bagi penikmat karya tersebut. Dengan begitu, pembaca atau penonton film bisa lebih mudah mencerna karya tersebut atau lebih menikmati karya tersebut. Melalui resensi pula, penulis atau pembuat film bisa mendapatkan informasi tentang kelemahan dan kekuatan karyanya. Dengan informasi itu, diharapkan penulis atau pembuat film bisa melahirkan karya yang lebih baik di kemudian hari.
Fungsi Lain Asma Nadia, penulis yang juga pendiri Forum Lingkar Pena, menyebut beberapa manfaat yang bisa kita dapat dengan menulis resnsi: Mengikat makna. Dengan menulis, kita seolah mengikat apa yang kita baca. Dengan begitu, kita tidak cepat melupakan isi buku/film yang kita resensi. Melatih apresiasi. Saat menulis resensi, kita akan berusaha menemukan kelebihan dan kekurangan karya yang kita resensi. Itu sekaligus menjadi masukan. Misalnya, bila kita menemukan kekurangan pada buku yang kita resensi, kita tentu tidak mau kekurangan itu terjadi pada tulisan kita. Sebaliknya, kita bisa bisa mengadopsi kelebihan yang kita temukan pada buku yang kita resensi. Tentu, menulis resensi seperti juga merupakan sarana mengasah keterampilan menulis karya lain. Artikel opini, misalnya. Dengan menulis resensi, kita juga belajar mentranskripsikan teks yang panjang ke teks yang lebih ringkas. Itu akan meningkatkan kecerdasan. (Yang ini tambahan) Menulis resensi juga bisa menghasilkan uang kalau kita tahu ke mana mengirimkan resensi kita.
Langkah demi Langkah • (ingat, ini hanya panduan. Anda boleh punya cara Anda sendiri) • Tidak ada larangan Anda meresensi buku apa saja. Tentu. Anda tidak akan berdosa, tidak juga masuk penjara. Meski begitu, sebaiknya pilih hanya materi yang Anda kuasai. Alasannya sederhana saja. Anda tidak akan menghasilkan resensi yang baik bila memilih materi di luar bidang keilmuan Anda. Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, Anda akan kesulitan kalau meresensi buku tentang teknik kimia, misalnya. Tapi, Anda juga tidak harus hanya meresensi buku ilmu komunikasi. Kalau Anda hobi aeromedelling, misalnya, bisa saja Anda meresensi buku tentang pesawat model. • Dalam resensi film, persoalan ini umumnya tidak terlalu menjadi masalah. Meski begitu, ada peresensi yang lebih mahir mengomentari film thriller, misalnya, tapi kurang terampil membahas film drama. Ada yang piawai mengomentari adelan laga, lengkap dengan efek khususnya, tapi kurang sensitif terhadap adegan romantis dan dialog. • Setelah menetapkan buku –atau film– yang akan diresensi, langkah pertama, tentu, baca dulu buku –atau tonton film– tersebut. Ini tidak bisa ditawar. Jangan bikin resensi hanya berdasar cerita orang, jangan pula berdasar berita di media massa.
Lanjutan.... • Bergantung jenis resensi yang akan ditulis, kadang Anda harus membaca buku (atau menonton film) itu berulang-ulang. Bahkan, kadang Anda harus membandingkannya pula dengan buku/film dengan materi serupa karya orang lain. • Itu bila Anda berniat menulis resensi jenis evaluatif/kritis. Bila yang hendak ditulis resensi deskriptif/informatif, kadang Anda cukup mencermati daftar isi, lalu mendalami bagian-bagian (angle) yang hendak Anda angkat. (Tapi, cara ini biasanya tidak berlaku pada karya fiksi. Novel, misalnya. Kan biasanya tidak ada daftar isi dalam novel??!!) • Hal serupa berlaku pada resensi film. Bila resensi yang Anda tulis jenis deskriptif/informatif, menonton sekilas kadang cukup. Sebagian besar informasi justru didapat dari “press kit”. Ini materi yang disediakan produser untuk wartawan yang biasa menulis resensi film, Di dalamnya ada segala informasi tentang proses produksi film tersebut.
Lanjut Lagi.... • Peresensi umumnya dianjurkan mengangkat satu titik bahasan (angle) saja agar lebih fokus, lebih detail, dan tidak ngelantur. Peresensi film pun boleh hanya mengangkat satu angle. Tapi, itu jarang terjadi. Sebab, pembaca resensi film biasanya ingin mengetahui beberapa aspek film sekaligus. • Bila Anda menilai bagian tertentu dalam resensi Anda, usahakan mengutip beberapa kalimat/paragraf untuk mendukung argumentasi Anda. Menilai di sini bisa berarti mengapresiai, bisa pula mengkritik. Boleh saja Anda hanya memuji atau hanya mengkritik buku yang Anda resensi. Tapi, sebaiknya sampaikan dua-duanya, kelebihan dan kekurangannya. • Yang lebih penting, be honest. Jujurlah. Berusahalah objektif dan sampaikan pujian atau kritik secara proporsional. Jangan mencari-cari kelebihan atau kekurangan.
Sistematika • Saat membaca resensi buku, kita biasanya mencari informasi tentang judul, penulis/pengarang, penerbit, dan tahun penerbitan, dan berapa halaman. Jadi, mulai saja dengan menuliskan informasi tersebut. • Ada yang menganggap harga perlu dicantumkan. Tapi, banyak pula yang tidak. Alasannya, kalau resensi itu baru dibaca beberapa bulan kemudian, bisa saja harganya sudah berubah. • Dalam resensi film, informasi umum yang biasanya selalu ada adalah judul, sutradara, penulis skenario, pemain/pemeran, studio yang memproduksi film tersebut, dan tahum film itu diedarkan. Durasi film biasanya juga dicantumkan. Namun, ada juga yang tidak merasa perlu mencantumkannya. • Penulis resensi bebas menentukan bagaimana mengawali tulisannya. Tapi, biasanya resensi selalu menampilkan gambaran singkat isi buku. Dalam resensi film, kita menyebutnya sinopsis. Yang perlu diingat saat menyampaikan sinopsi atau gambaran singkat tentang isi buku adalah hindari spoiler. Sebab, banyak pembaca yang merasa kenikmatan menonton akan berkurang bila alur sudah diketahui. Dalam buku, terlalu detail menyampaikan isi bahkan ada kemungkinan melangkar hak cipta.
Lanjutan .... • Setelah itu, baru Anda bahas materi dalam buku tersebut sesuai angle (dan jenis resensi) yang Anda pilih. • Saat membaca resensi film, kita umumnya ingin tahu komentar penulis resensi tentang penampilan aktor/aktris, alurnya, efek khususnya, dialognya, kadang juga musiknya. Karena itu, penulis resensi film biasanya membahas hal-hal tersebut. • Saat Anda mengomentari kelebihan atau bagian menarik (atau tidak menarik) dari isi buku, sebaiknya tambilkan kutipan. Misalnya, bila Anda menganggap bahasa dalam buku tersebut membingungkan, tampilkan satu dia contoh kalimat yang membingungkan tersebut. Demikian, bila Anda menilai ada materi yang inspiratif (atau malah fulgar), kutip bagian tersebut. • Hal serupa berlaku pada resensi film. Bila anda menganggap ada adegan, dialog, atau akting yang luar biasa (atau justru tidak layak), sebutkan bagian mana itu. • Selebihnya, terserah Anda. Ada yan bilang, peresensi sebagiak membuat kesimpulan di akhir tulisan. Namun, beberapa peresensi lebih suka membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri. • Yang penting, untuk memudahkan pembaca, ikuti kaidah penulisan yang baik (lihat panduan menulis feature. Ada gambaran singkat tentang teknis penulisan di sana).
Selalu Ingat, Anda Bebas Berkreasi. Jangan Takut Melabrak Batas. Bukankah ciri utama tulisan kreatif justru “out of the bound”, keluar dari batasan? Jadi, jangan ragu berkreasi dan temukan gaya Anda sendiri.