E N D
kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing.
R.Soekmono : kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan. Koentjaraningrat : kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan memiliki tujuh unsur yang bersifat universal:bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian.Kebudayaan memiliki arti penting bagi suatu bangsa. Kebudayaan merupakan jati diri nasional atau sarana pemersatu. kebudayaan dinilai berperan jika memiliki hasil budaya yang khas. Hasil budaya bukan hanya milik suatu bangsa, tapi sudah dianggap milikbersama, yakni masyarakat dunia.
hasil budaya suatu bangsa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yakni yang dapat diraba dan tidak dapat diraba. Hasil budaya yang dapat diraba, misalnya candi, istana, dan berbagai benda yang mempunyai wujud fisik. Hasil budaya yang tidak dapat diraba teramati oleh penglihatan. Seni pertunjukan dan adat-istiadat suatu suku bangsa adalah sebagian dari hasil budaya yang tidak teraba itu.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam etnis. Dan itulah yang membuat kaya kebudayaan nasional. Sebuah kebudayaan dapat menghilangkan kebudayaan yang lain itu karena kesombongan dari tiap pelaku budaya untuk menampilkan kebudayaannya masing-masing. Namun, seharusnya dominannya satu kebudayaan tidak akan menggeser kebudayaan lainnya, terutama akhirnya bersikap diskriminatif terhadap etnis lain.
KASUS I Masyarakat keturunan Tionghoa tidak menyetujui hukum-hukum Suharto yang melarang penyelengaraan kebudayaan Tionghoa, kebanyakan dari responden angket merasa alangkah baiknya kalau masyarakat Tionghoa lebih membaur dengan masyarakat sekitarnya. Akan tetapi, ketika menanyai tentang pengertiannya masalah arti ‘membaur’ atau ‘pembauran’, maka artinya akan berbeda dari definisi yang dipakai Orde Baru. Banyak responden mengatakan bahwa ‘membaur’ berarti kemampuan berteman dengan orang bukan Tionghoa, berdampingan dengan orang bukan Tionghoa, tinggal bersama secara damai, dan tinggal bersama tanpa membeda bedakan yang lain.
Hanya sedikit sekali yang berpendapat bahwa ‘membaur’ berarti tidak punya perbedaan antara orang Tionghoa dan orang Pribumi, yaitu perbedaan kebudayaan dalam cara yang sama digunakan pemerintah Suharto. Akibatnya kalau pemerintahan SBY menentukan untuk memakai kebijaksanaan pembauran, mereka seharusnya mengganti definisinya menjadi proses yang mendorong keterlibatan kedua pihak dalam menemukan kehidupan masing-masing dalam sehari-harinya dalam secara damai dan tanpa pelarangan. Dengan begitu, mereka akan bahwa masyarakat keturunan Tionghoa sangat bekerjasama. Akibatnya, mempercayai kebijaksanaan ini akan lebih berhasil daripada kebijikaan Pembauran Orde Baru.
Siapa yang terlibat : Masyarakat Tionghoa, pribumi, pemerintahan Orde Baru (Soeharto), dan pemerintahan SBY • Tempat : Indonesia • Faktor penyebab : sulit membaur karena perbedaan kebudayaan. Masyarakat pribumi sulit menerima keberadaan Tionghoa • Bukti : pendapat-pendapat yang didapatkan dari khalayak ramai menyatakan bahwa bagi mereka membaur bukan berarti Tionghoa-pribumi, namun dengan orang bukan Tionghoa.
KASUS II Siswa berkulit putih dilatih untuk menerima budaya kompetisi, saling berjuang untuk mendapatkan peringkat yang tertinggi, dapat bekerja lebih baik dari yang lain dalam kelompok. Di kalangan siswa berkulit putih telah diterima budaya saling berlomba untuk mengerjakan yang terbaik dan berusaha untuk memperbaiki. Hasil ujian memperlihatkan siswa mana yang menduduki peringkat teratas dalam kelas, siapa yang mengerjakan dengan baik dan siswa-siswa mana yang mengerjakan dengan kurang/tidak baik. Kompetisi antarindividu biasanya merupakan aspek yang relatif keras pada budaya warga Australia yang berkulit putih. Hal ini berbeda pada siswa Aborigin. Mereka lebih suka bekerja bersama dengan teman sebaya, membangun tim dan melakukan kegiatan bersama. Tidak diterima seseorang yang mengalahkan saingan dan merasa bangga karena menang. Bila seorang siswa Aborigin unggul, itu lebih merupakan usaha memperbaiki kelompoknya. Karena itu, tidaklah bijaksana untuk menanyakan siswa Aborigin secara pribadi untuk melakukan tugas-tugasnya lebih baik daripada teman-temannya yang lain dan mengalahkan mereka dalam studi di sekolah. Perbedaan-perbedaan yang besar terjadi antara dua budaya yang berbeda di Australia.
Siapa yang terlibat : Siswa kulit putih dan siswa Aborigin • Tempat : Australia • Faktor penyebab : Kompetisi antarindividu merupakan aspek yang relatif keras pada budaya warga Australia yang berkulit putih. Berbeda dengan siswa Aborigin yang menekankan pada kebersamaan tim dan keberhasilan bersama. • Bukti : Siswa kulit putih bekerja individual sedangkan siswa aborigin secara tim atau kelompok teman sebayanya.
KASUS III adanya perlakuan yang diskriminatif terhadap etnis Cina sudah berlangsung lama sejak sebelum negara ini berdiri. Dan hal tersebut semakin dilanggengkan oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang segala hal yang berkaitan dengan Cina. Pelarangan sekolah yang berbahasa Cina, pemakaian aksara Cina dan unsur kebudayaan Cina serta semua hal yang berbau Cina. Awal tujuan dari pelarangan tersebut merupakan pembatasan agar terjadi tidak ada penonjolan diri atas kebudayaan tertentu didalam negara yang plural seperti Indonesia.
Tapi yang terjadi kemudian, segala hal yang berkaitan dengan Cina dianggap ekslusif. Karena memperlihatkan apapun yang berhubungan dengan Cina, dapat dianggap melanggar hukum negara. Sehingga kemudian terkenal adanya stereotipe orang Cina sebagai orang yang kaya, sombong dan pelit. Etnis Cina masih dianggap sebagai warga negara keturunan dalam undang-undang kewarganegaraan, sehingga masih wajib memiliki surat keterangan kewarganegaraan dalam pengurusan KTP, akte kelahiran, akte nikah, kartu keluarga, paspor dll. Padahal etnis Cina sudah berada di indonesia, jauh sebelum negara Indonesia di bentuk, dan sudah membaur dengan etnis lainnya. Dan lebih tidak adilnya, pungutan untuk pengurusan surat-surat tersebut akan lebih mahal pada etnis Cina dibandingkan pada WNI.
Siapa yang terlibat : masyarakat Indonesia dan masyarakat etnis Cina • Tempat : Indonesia • Faktor penyebab : pembatasan agar terjadi tidak ada penonjolan diri atas kebudayaan tertentu didalam negara yang plural seperti Indonesia. • Bukti : Diskriminasi dalam pembuatan surat-surat dan tidak dianggapnya warga etnis Cina dalam Undang-Undang kependudukan
Analisa Penyelesaian Konflik • Indonesia sebagai negara multikultural seharusnya saling toleransi dan tidak egois • Menangani siswa/orang yang berbeda kebudayaan tidak bisa dengan cara yang sama. Harus memahami betul kebudayaan mereka masing-masing. • Perlakuan diskriminasi terhadap masyarakat etnis Cina harus dihapus dengan menghilangkan stereotipe bahwa orang Cina sebagai orang yang kaya, sombong dan pelit. • Pemerintah juga perlu membantu masyarakat Cina agar tidak ada lagi tindakan diskriminasi dengan meratakan keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Kesimpulan • Indonesia adalah negara multikultural • Konflik dapat terjadi karena tidak dapat ‘bersahabat’ dengan kebudayaan lain. • Berbeda tempat/negara, akan berbeda pula kebudayaan yang dianut • Adanya ketidak cocokan antar kebudayaan dapat menyebabkan konflik. • Akar permasalahan yang tidak dengan segera diselesaikan dapat membawa perbedaan kebudayaan menjadi konflik yang dapat memakan korban.