280 likes | 578 Views
CRITICAL THINKING (BERFIKIR KRITIS). DETTY IRYANI MEDICAL EDUCATION UNIT (MEU) FK-UNAND. Kenapa “general education” diperlukan? Di sekolah tidak dipelajari “how to learn” or “how to think” Mahasiswa cenderung belajar hal-hal yang dangkal, hanya fakta
E N D
CRITICAL THINKING (BERFIKIR KRITIS) DETTY IRYANI MEDICAL EDUCATION UNIT (MEU) FK-UNAND
Kenapa “general education” diperlukan? • Di sekolah tidak dipelajari “how to learn” or “how to think” • Mahasiswa cenderung belajar hal-hal yang dangkal, hanya fakta • Kondisi ini menyebabkan mhs tdk bisa menentukan sendiri apa yang harus dipelajarinya
Kenapa “general education” diperlukan? • Dalam paradigma baru pendidikan kedokteran, diharapkan agar lulusan : • Menjadi “life-long, self-directing learners” • Menjadi “good clinical reasoning skills” • Mampu melakukan telaah kritis terhadap literatur dan menerapkan evidence-based medicine • Aktif dalam melakukan riset kedokteran
DEFINISI CRITICAL THINKING • Berfikir kritis adalah cara berfikir yang reflektif, beralasan yang difokuskan pada keputusan apa yang dilakukan atau diyakini (Jennicek,2006) • Berpikir kritis adalah proses untuk mengaplikasikan, menghubungkan, menciptakan, atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan secara aktif dan trampil (Abraham,2004) • Berpikir kritis merupakan proses yang penuh makna untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam membuat suatu keputusan. Proses tersebut memberikan berbagai alasan sebagai pertimbangan dalam menentukan bukti, konteks, konseptualisasi, metode dan kriteria yang sesuai (American Philosophical Association, 1990)
Komponen dari berpikir kritis adalah interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self-regulation • Halpern membuat taksonomi ketrampilan berpikir kritis, yaitu: verbal-reasoning skills, argument-analysis skills, thinking skills, decision-making and problem-solving skills. • Karakter individu yang mendukung agar seseorang dapat berpikir kritis seperti yang dikutip oleh Duldt-Battey antara lain truth seeking, open-mindness, analyticity, systematicity, self-confidence, inquisitiveness, dan maturity
CRITICAL THINKING DIDASARKAN PADA NILAI INTELEKTUAL UNIVERSAL : • Kejelasan (Clarity) • Keakuratan (Accuracy) • Ketepatan (Precision) • Konsistensi (Consistency) • Relevansi (Relevance) • Bermakna (Significance) • Alasan yang logis (Logicalness) • Kedalaman (Depth) • Keluasan (Breadth) • Keadilan (Fairness)
Clarity • mampu mengelaborasi masalah • mampu dengan cepat menemukan jalan keluarnya • mampu memberikan ilustrasi • mampu memberikan contoh
Accuracy • Apakah hal tersebut benar ? • Bagaimana dapat melakukan /cek bahwa itu akurat ? • Bagaimana menentukan itu benar
Precision • Mampu memberikan informasi lebih detail. • Mampu memebrikan informasi lebih spesifik
Relevance • Bagaimana menghubungkan ide dengan pertanyaan yang timbul ? • Bagaimana menghubungkan dengan issu ? • Bagaimana relasinya satu ide dengan ide lainnya
Depth • Bagaimana menghitung berapa jumlah problem yang muncul dalam pertanyaan • Bagaimana menguraikan faktor-faktor yang bermakna
Breadth • Bagaimana pandangan terhadap hasil pengamatan dari jawaban terhadap suatu pertanyaan/masalah?
Logicalness • Berpikir logis, membuat pengertian, menemukan fakta/bukti/petunjuk.
Significance • Informasi apa yang dibutuhkan lebih signifikan dalam isu tersebut ? • Bagaimana menentukan faktor yang penting dalam suatu konteks ? • Pertanyaan yang mana yang lebih signifikan ? • Mana yang lebih penting dan signifikan dalam ide atau konsep ?
Fairness • Ketika mahasiswa berpikir terhadap problem dan berpikir membenarkan suatu problem harus wajar dalam konteks memberikan alasan dengan menggunakan standar intelektual. Dibutuhkan suatu informasi relevan dan signifikan, akan menjadi tidak wajar dan tidak benar bila menghadapi suatu problem berdasarkan assumsi.
Belajar aktif • proses observasi, pengalaman, mampu merefleksikan, mampu pemahaman dan mampu mengkomunikasikan. (Silberman Melvin,1996 )
Pepatah Cina. • Mendengar dan lupa • melihat dan hafal • mengerjakan dan faham
Bagaimana mengajarkan critical thinking? • Manusia tidak dilahirkan dengan kemampuan berpikir kritis, atau dapat dimiliki dengan sendirinya. Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan belajar yang harus dilatih • Critical thinking dapat diajarkan dalam kurikulum fakultas dengan memasukan dalam materi belajar aktif berupa diskusi-diskusi kelompok kecil yang di fasilitasi oleh seorang fasilitator.
Ketrampilan penunjang • ketrampilan untuk menyatakan pikirannya, mengetahui bagaimana orang lain menuliskan pikirannya, serta bagaimana menyampaikan pikirannya secara tertulis. ➡ Ketrampilan komunikasi, membaca serta menulis secara efektif.
Model • Kolaboratif leraning (Gokhale) ➨ Teori social setting menyatakan bahwa melalui interaksi sosial siswa dapat mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, mengkritik dan membentuk performa individu, serta memberikan semacam jenjang bagi individu dengan performa yang kurang, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan (Resnick L, 1990)
Model • Belajar kontekstual ➨ mengintegrasikan dengan konteks nyata dan relevan (Abraham) • Belajar mandiri ➨ kesempatan untuk memahami lebih mendalam
CRITICAL THINKING • CRITICAL REASONING • proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan melewati langkah-langkah berpikir kritis, yaitu menilai data/bukti//informasi yang diperoleh, menginterpetasi dan menganalisis data/bukti tersebut, untuk kemudian menarik kesimpulan yang berbasis pada data atau bukti yang ada • CLINICAL REASONING • komponen penting dalam kompetensi dokter • proses berpikir dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam praktek klinis • terdiri dari pengumpulan data, pengorganisasian data, dan interpretasi data, pembuatan hipotesis, pengujian hipotesis, dan evaluasi kritis terhadap diagnosis alternatif dan strategi terapi