240 likes | 458 Views
Blunder Politik Demokrat ???? Kasus Nazaru d din dan Perubahan Dukungan Partai Analisis Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011. Blunder Politik Demokrat? Pengantar
E N D
Blunder Politik Demokrat ???? Kasus Nazaruddin dan Perubahan Dukungan Partai Analisis Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011
Blunder Politik Demokrat? Pengantar Sebanyak 41% pemilih Indonesia mendengar kasus korupsi di Kepmenpora. Tak kurang dari 45.3% percaya Petinggi Demokrat terlibat. Sejumlah 42.4% pemilih menyatakan kasus itu mempengaruhi pilihan mereka terhadap partai politik. Untuk pertama kali sejak pemilu 2009, Partai Demokrat digeser Partai Golkar dalam urutan satu dukungan pemilih untuk partai politik. Apakah ini gejala temporer saja? Ataukah ini gejala kejatuhan Partai Demokrat dalam pemilu 2014? Inilah salah satu temuan yang dihasilkan survei nasional yang secara reguler dibuat oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Survei dilaksanakan pada awal Juni 2011 (data lapangan 1-7 Juni), dengan metode wawancara tatap muka. Respon berjumlah 1200 yang dipilih berdasarkan metode multi stage random sampling. Margin of error plus minus 2.9%. Mayoritas pemilih Indonesia bukanlah pemilih yang loyal. Hanya 30% dari pemilih kita yang merasa dekat dengan partai politik. Tingkat kedekatan atas partai ini jauh sekali dibandingkan dengan di negara maju yang mencapai angka 60%-70%. Mayoritas pemilih partai di Indonesia adalah pemiih yang mengambang, yang bereaksi tergantung stimulasi dan prilaku partai politik. Jika partai itu membuat blunder, segera partai itu ditinggalkan. Sebaliknya, jika partai itu secara massif menunjukan program yang populis, partai itu akan didukung. Namun sekali lagi, dukungan itu juga bersifat sementara.
Sejak reformasi, Indonesia sudah menyelenggaraan tiga kali pemilu demokratis. Tak pernah ada partai politik yang berhasil menang pemilu dua kali berturut turut. Pemilu 1999, dimenangkan PDIP. Di tahun 2004, segera berganti pemenang ke Golkar. Di tahun 2009, kembali berganti pemenang ke Demokrat. Tahun 2014, Demokratpun terancam kehilangan popularitasnya jika membuat blunder politik. -o0o- Kasus korupsi di Kepmenpora sudah dinilai publik sebagai blunder politik Demokrat. Semula kasus itu diduga hanya melibatkan “oknum” Partai Demokrat. Namun karena tidak ditangani secara matang oleh Partai Demokrat, kasus itu berubah menjadi blunder politik, yang punya efek elektoral. Sebanyak 52.5% pemilih di kota dan 42.3% pemilih di desa percaya petinggi Demokrat terlibat dalam kasus itu. Tiga petinggi partai yang dipercayai terlibat adalah M.Nazarudin (53.7%), Andi Mallarangeng (40.2%), Angelina Sondakh (33.5%) Lebih banyak pemilih menilai Partai Demokrat kurang tegas dalam menyelesaikan kasus Nazarudin. Sangat tampak adanya faksionalisasi dan konflik internal partai merespon kasus Nazarudin. Himbauan ketua Dewan Pembina yang juga presiden terkesan tidak diikuti oleh sekelompok petinggi Demokrat. Saling serang antara tokoh Partai Demokrat juga dipertontonkan secara publik. Kasus itu akibatnya semakin seksi dan menjadi perhatian. Mayoritas pemilih di kota (50.3%) dan mayoritas pemilih laki laki (51.7%) menilai ketidak tegasan Demokrat. Blunder ini sudah pula mempunyai efek elektoral di mata pemilih. Sebanyak 51.3% pemilih di kota menjadikan kasus korupsi itu bahan pertimbangan untuk memilih atau tidak memilih demokrat. Sementara di kalangan pemilih desa hanya 39.1% yang menjadikan itu bahan pertimbangan. Di kalangan pemilih laki-laki, sebanyak 51.2% yang menjadikan blunder politik demokrat sebagai isu untuk memilih partai. Sementara di kalangan pemilih perempuan, jumlahnya hanya 39.1%.
Mengapa efek elektoral blunder politik demokrat itu lebih mempengaruhi pemilih di kota dan pemilih pria? Pemilih kota lebih punya akses untuk informasi dibandingan pemilih desa. Dan pemilih laki laki lebih peduli dan lebih aktif dibandingkan pemilih wanita untuk soal politik. Makin tinggi akses seorang pemilih dan semakin aktif pemilih itu di dunia politik, semakin ia responsif terhadap blunder politik. -o0o- Sebelum muncul kasus korupsi di Menpora (Nazarudin), dukungan atas Demokrat masih paling tinggi (20.5%, survei Januari 2011). Namun setelah kasus Nazarudin mencuat, dalam survei Juni 2011, dukungan itu jatuh lima point (5%) menjadi 15.5%. Demokrat kini tidak lagi di nomor satu urutan partai yang didukung pemilih. Kemana larinya lima point (5%) demokrat itu? Dari simulasi yang dibuat, pemilih yang hengkang dari partai demokrat jauh lebih banyak (40%) berlabuh di Partai Golkar. Ini tak mengherankan mengingat dalam spektrum politik, Demokrat dan Golkar sama sama sebagai partai tengah. Dua partai besar itu ada di segmen yang sama, di antara partai nasionalis (PDIP, Gerindra) dan partai agama (PKS,PPP). Menurunnya demokrat cenderung menaikkan Golkar. Begitu pula sebaliknya. Golkar kini berada dalam urutan satu partai politik yang paling didukung. Ini disebabkan sebagian oleh hengkangnya pemilih Partai Demokrat. Sebagian lagi disebabkan oleh prestasi yang dibuat Partai Golkar sendiri, berupa program “Bersama Bangkitkan Usaha Kecil, dari Aceh sampai Papua.” Berdasarkan survei LSI, program Golkar soal usaha kecil sangat diminati oleh pemilih. Hanya saja sampai survei dilakukan (Juni 2011), daya jangkau program ini belum besar.
Akibat blunder Partai Demokrat, peta dukungan partai berubah. Hasil survei LSI Juni 2011, Golkar di urutan satu dengan 17.9%. disusul Demokrat (15.5%) dan PDIP (14.5%). Partai lainnya hanya 19.8%. Suara yang mengambang masih sebesar 32.3%. Dibandingkan survei LSI sebelumnya (Januari 2011), demokrat turun 5%. Golkar dan PDIP naik signifikan. Dibandingkan hasil pemilu legislatif 2009, Demokrat juga turun. PDIP stabil. Golkar naik signifikan. -o0o- Apakah urutan partai di atas akan permanen? Apakah demokrat terus menurun dan tak mampu lagi recovery? Sekali lagi, hanya 30% pemilih Indonesia loyal. Dukungan di atas selalu mungkin berubah, tergantung dari prilaku partai politik sendiri. Hukum besi politik pemilih terus bekerja. Yaitu partai politik atau tokoh penting partai politik yang membuat blunder akan segera mengkerdilkan partai politiknya di mata pemilih. Denny J. A, Ph.D Founder Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
REKOR MURISurvei Paling AkuratdanPresisi • 6 Rekor terbaru MURI • ( Museum Rekor Indonesia) • Paling Presisi • Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup) • Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali • Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu • 0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010) • Prediksi Paling Akurat • Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang diiklankan • Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan • Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan
METODOLOGI SURVEI Metode sampling : multistage random sampling Jumlah responden awal : 1200 responden Wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner Margin of error : ± 2.9% Pengumpulan Data : 1 Juni – 7 Juni 2011 Semua populasi pemilih mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi responden
Tak ada 70% Apakah ada partai politik yang ibu/bapak merasa dekat? Ada 30% • Fakta satu: • Hanya 30% dari pemilih Indonesia yang merasa dekat dengan partai • Mayoritas pemilih (70%) tidak loyal terhadap partai • Blunder yang dibuat partai, seketika dapat membuat partai itu berubah • dari partai papan atas ke partai menengah atau bahkan ke partai gurem • Sebaliknya, program yang tinggi “public interestnya” dapat membuat partai • gurem menjadi partai menengah, lalu menjadi partai papan atas.
Fakta 2: • Dalam tiga pemilu demokratis, tak ada partai yang menang • dua kali berturut-turut • Prosentase pemenang pemilu semakin mengecil (dari 33.7% • ke 20.85%) • Fakta ini semakin menunjukan sulitnya partai politik menjaga • loyalitas pemilihnya
Q:DALAM ENAM BULAN TERAKHIR INI, Apakah Ibu / Bapak tahu (pernah mendengar) mengenai kasus korupsi yang terjadi di Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait pembangunan Wisma Atlet untuk Sea Games di Palembang? Sejumlah signifikan pemilih, 41%, mendengar kasus korupsi di Menpora
DISTRIBUSI PEMILIH (1) Mayoritas pemilih di kota mendengar kasus korupsi di Menpora.
DISTRIBUSI PEMILIH (2) Mayoritas pemilih pendidikan tinggi mendengar kasus itu.
Q: Ada pendapat yang mengatakan petinggi dari Partai Demokrat terlibat dalam kasus korupsi di Menpora. Tetapi ada pihak lain yang mengatakan petinggi dari Partai Demokrat, tidak terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Seberapa Ibu / Bapak percaya bahwa petinggi Partai Demokrat TERLIBAT dalam kasus korupsi di Kemenpora? Jauh lebih banyak pemilih yang percaya petinggi demokrat Terlibat dalam kasus korupsi di Menpora
DISTRIBUSI PEMILIH (1) Mayoritas pemilih di kota dan mayoritas pemilih laki laki percaya petinggi demokrat terlibat dalam kasus korupsi di Menpora
DISTRIBUSI PEMILIH (2) Mayoritas pemilih pendidikan SLTA ke atas percaya petinggi Demokrat terlibat dalam kasus korupsi di Menpora
DISTRIBUSI PEMILIH (3) Mayoritas pemilih PDIP dan Golkar, dan mayoritas pemilih pilpres Megawati dan Jusuf Kalla percaya petinggi demokrat terlibat dalam kasus korupsi di Menpora
Q: Seberapa ibu/bapak percaya bahwa ........TERLIBAT dalam kasus korupsi di Menpora? Urutan Petinggi Demokrat yang dipercayai publik terlibat Dalam kasus korupsi di Menpora.
Q: Akhir –akhir ini banyak diberitakan dugaan kasus korupsi yang melibatkan Petinggi Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Menurut penilaian Ibu / Bapak, seberapa tegas Partai Demokrat selama ini dalam menyelesaikan kasus Muhammad Nazaruddin tersebut? Apakah sangat tegas, cukup tegas, kurang tegas atau tidak tegas sama sekali? Lebih banyak pemilih menyatakan Partai Demokrat Kurang tegas dalam menyelesaikan kasus Nazarudin (korupsi di menpora)
DISTRIBUSI PEMILIH (1) Mayoritas pemilih di kota dan pemilih laki laki menilai Partai Demokrat Kurang tegas dalam menyelesaikan kasus Nazarudin
Q:Seandainya dalam kasus korupsi di Kemenpora terbukti ada Petinggi Partai Demokrat yang terlibat. Ada orang yang berpandangan bahwa kasus ini harus menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih Partai Demokrat. Tetapi ada orang lain yang berpandangan kasus ini seharusnya tidak menjadi pertimbangan dalam memilih partai Demokrat. Bagi Ibu / Bapak sendiri, apakah kasus ini menjadi pertimbangan Ibu / Bapak dalam memilih atau tidak memilih Partai Demokrat dalam Pemilu mendatang? Lebih banyak pemilih yang menjadikan kasus korupsi di Menpora/Nazaruddin pertimbangan untuk memilih Demokrat
DISTRIBUSI PEMILIH (1) Mayoritas pemilih laki laki dan mayoritas pemilih kota menjadikan kasus Korupsi di Menpora sebagai pertimbangan untuk memilih Partai Demokrat Dalam pemilu mendatang
Kasus Nazarudin/Korupsi di Menpora menurunkan Demokrat 5% • - Partai Demokrat dan Golkar memiliki segmen pemilih yang sama. • Tidak heran, jika suara yang pergi dari Demokrat cenderung ke Golkar. • Begitu pula sebaliknya.
Untuk pertama kalinya sejak 2009, Demokrat tidak nomor satu • Golkar kini menjadi partai dengan dukungan tertinggi • Di samping mendapat “limpahan suara” dari demokrat, • program “Bersama Bangkitkan Usaha Kecil” yang dibuat Golkar • juga menambah dukungan • Jika Demokrat mengalami “recovery”, dukungan ini dapat • kembali berubah
Kasus Nazarudin/korupsi di Menpora membuat Partai Demokrat • menjadi satu-satunya partai “papan atas” yang merosot • PDIP stabil • Golkar menaik signifikan, disamping karena “limpahan suara” yang • lari dari Demokrat, juga karena program “Bersama Bangkitnya Usaha • Kecil” yang digalangnya • - Jika Demokrat mengalami recovery, dukungan dapat kembali berubah