10 likes | 202 Views
3 Munculnya tuntutan agar wanita juga diberi hak untuk memegang peran di luar rumah, melahirkan satu istilah "peran ganda wanita" yang pada prakteknya, dalam banyak kasus justru menjadi "beban ganda", Soetiyoso (dalam Anari, 1996).
E N D
3 Munculnya tuntutan agar wanita juga diberi hak untuk memegang peran di luar rumah, melahirkan satu istilah "peran ganda wanita" yang pada prakteknya, dalam banyak kasus justru menjadi "beban ganda", Soetiyoso (dalam Anari, 1996). Suryokusuma (dalam Anari, 1996) berpendapat bahwa wanita setidaknya hidup dalam dua dunia. Secara umum kaum wanita tetap dituntut untuk bertanggung jawab dalam dunia "tradisional" sebagai isteri dan ibu. Disampig itu, untuk dianggap sukses, wanita seringkali harus menunjukkan prestasi keija yang lebih daripada pria. Meskipun peran ganda wanita merupakan suatu isu lama yang seringkali dibicarakan, namun dalam kenyataannya isu tersebut masih merupakan realita penting yang paling rumit digeluti oleh kaum wanita dari semua kelas. Berbagai ragam bentuk peijuangan untuk memperoleh kebebasan dan otonomi kaum wanita yang tersubordinasi, baik oleh struktur budaya maupun dogma, gerakan wanita yang semakin marak di dunia, bermaksud mempertegas kedudukan kaum wanita sebagai subjek yang otonom. Gerakan-gerakan tersebut bertujuan agar individu lahir sebagai subjek kehidupan, subjek yang secara bebas menentukan sendiri wilayah-wilayah penjelajahan dirinya dalam rangka aktualisasi yang bermakna (Rahman dalam Anari, 1996). Secara konseptual ada beberapa faktor yang mendukung peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja. Arinta (dalam Juniarly, 2001) mengemukakan empat hal yang mendukung meningkatnya jumlah wanita bekerja, yaitu suksesnya program keluarga berencana (KB) sehingga dengan jumlah anak yang sedikit memungkinkan wanita untuk bekerja di luar rumah; semakin meningkatnya