E N D
"Going Mobile" di LingkunganTanpaSinyalDesaPetakPuti di tepi Sungai Kapuas, KecamatanTimpah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah bolehsajaterletak di wilayah yang takterjangkaulistrikdansinyal. Tapi, perangkat mobile danpemakaiannyauntuktelepon, SMS, danbermediasosial di Twitter serta Facebook ternyatatelahmenjadikeseharian.SepertipadaMinggu (20/7/2011) malamsaatbeberapawargadesamenyambutwartawan yang datang. TanganKepalaDesasetempat, Yuyo P Dulin, tampakmenggenggamhandphoneberwarnahitam. "Inihandphone China. Banyakwargasini yang lebihmemilihbuatan China," kata Yuyo.Denganponselbuatan China, wargamengakulebihmudah "mengundang" sinyal. Cukupmemasangantenaserupaantena TV setinggimungkin, menegakkannyadengantalidanmenyambungkannyadengankabelkehandphone, makasinyal pun datangdan "menampakkan" diri di layarhandphone.UntukgenerasiYuyo yang sudahparuhbaya, ponseldipakaialakadarnya. "Hanyauntuktelepondansms," ungkappriaberkulitcoklatcerahini. Itu pun takselamanyaterhubungsebabYuyomengakuhanyamenyambungkanponselkeantenasaatinginmelakukanpanggilandansms.Di luarduakegiatanitu, ponseldipakaiuntukmenyimpan data. Cukupunikmemangsebabkapasitaspenyimpanan data yang takseberapaternyatabisasangatberguna. Yuyomemakainyauntukmenyimpan data-data pentingsepertiluastanahdanjumlahkepalakeluarga di desanya.Bagi Ahmad Ari, lajang yang masihberusia 21 tahun, ponseljugadipakaiuntukbermediasosial. "Ya, Facebook, Twitter. Chatting juga. Jadiyaupdate status juga," kata pria yang mengakumencariuangdenganmenambangemassecarakonvensionalinisambilterkekeh.Kadang-kadang, Ahmad jugamemakaiuntukmengakses web. "Cepatkok," cetusnya. Tapi, ukurancepatternyataberbeda. Untukmembukasatuhalaman web, Ahmad mengakumembutuhkanwaktu 5 menit. Pastinya, inisudahmembuatmasyarakatkotamenutuphalamanmembatalkanakses.Untukmengakses Facebook dan Twitter, Ahmad harusmembayarRp 1000 per hari. Dalamsebulan, iamengakuselaluterkoneksidengandua media sosialitudanmengakutakkeberatandenganbiaya yang harusdibayarnya. Menurutnya, yang pentingbisa online. Ahmad menuturkan, ada 2 ponsel yang paling digemariwargadesa. "Ada Mito yang harganyaRp 400 ribuandan K-Touch yang harganyaRp 650 ribuan," jelas Ahmad. Menurut Ahmad, banyakwarga yang berminatdenganponsellebihmahalsemaam BlackBerry tapimengurungkanniatmembelisebabsulitdipakaimendapatkansinyal di sana.Fenomena di PetakPutibenar-benarmenggambarkanbetapaagresifpenetrasi mobile di Tanah Air. Selainitu, fenomenainijugamenjadibuktibahwa "terkoneksi" telahmenjadisebuahkebutuhan, entahbenarkebutuhanpentingatausekedarmengikutitren.Masyarakatrela "berkorban" untukterkoneksi. Inimenggelitiksebabbukanhanyalistrikdansinyal yang belumdimilikiwargadesaini. Wargajugamasihkesulitanmendapatkan air berkualitasdanbanyak yang belumpunya toilet.Bagaimanamenanggapifenomena di PetakPutiini? Kalaumembacaharapanwarga, memangtanggapan yang tepatialahmembangun BTS sehinggawargabisaterkoneksitanpabatas. SepertidikatakanYuyo, "Sayaberharapada BTS sehinggabisatelepondan SMS denganmudah."Selanjutnya, bisadiupayakan agar perangkat mobile bisadigunakanuntuk media edukasi. Sebab, adasatupotensibesarterkait status PetakPutisebagaisalahsatudaerahujicobapelaksanaan REDD+, upayamengurangiemisi gas rumahkacadenganmencegahdeforestasidandegradasihutan.Konsep REDD+ sulitdikomunikasikansecarajelaspadamasyarakat. Padahal, salahsatusyaratpelaksanaannyaialahmasyarakat yang "informed". Denganperangkat mobile, komunikasikonsep REDD+ bisadilakukandenganlebihinteraktif, memanfaatkan web, media sosialdanbahkan game.