110 likes | 349 Views
PENGEMBANGAN SISTEM KEPANDUAN HIZBUL WATHAN, SERTA HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM DEKADE PASCA KEBANGKITAN. Oleh : Drs. H. Uun H.S.
E N D
PENGEMBANGAN SISTEM KEPANDUAN HIZBUL WATHAN,SERTA HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM DEKADE PASCA KEBANGKITAN Oleh : Drs. H. Uun H.S.
PengantarKepanduan Hizbul Wathan sebagai suatu sistem pendidikan menata dan mengatur proses pendidikan dan latihan bagi para anggotanya, sehingga maju menuju tujuannya secara teratur, berkesinambungan dan berkelanjutan.Sistem pendidikan HW yang memiliki Prinsip Dasar dan Metode harus tetap terpelihara dan menjadi acuan dalam pelaksanaan pendidikan, sehingga dihasilkan kader yang istiqamah, tidak ketinggalan, mampu membawa warna kehidupan dalam suasana dan zaman apapun.
II. Prinsip Dasar dan Metode • 1. Prinsip Dasar a. Pengamalan aqidah Islamiyah; b. Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam; c. Pengamalan kode kehormatan pandu.
2. Metode a. Memberdayakan anak didik lewat sistem beregu; b. Kegiatan dilakukan di alam terbuka; c. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang; d. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan; e. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putra dan pandu putri. (AD HW Bab III Pasal 8 )
III. PENGELOMPOKAN ANAK/ PESERTA DIDIK • Pengelompokan anak/ peserta didik didasarkan atas umur, bukan atas dasar kecerdasan. Pengelompokan diatur sebagi berikut: • Athafal usia 6 - 10 tahun • Pengenal usia 11 – 16 tahun • Penghela usia 17 – 20 tahun • Penuntun usia 21 – 25 tahun (ART Bab II pasal 4)
IV. Tingkatan / Kelas • Kenaikan tingkat diatur berdasarkan syarat kenaikan yang harus ditempuh secara umum. 1. Athfalterdiri atas : Athfal Melati I, Melati II, dan Melati III 2. Pengenal terdiri atas : Purwa, Madya, Utama 3. Penghela terdiri atas : Taruna Melati I dan Taruna Melati II 4. Penuntun hanya satu tingkat
Tingkat/kelas tersebut diperoleh setelah menyelesaikan syarat kenaikan tingkat. Tiap golongan dan tingkat mempunyai tanda kecakapan tersendiri.Di samping tanda kecakapan tingkat anak berhak memakai tanda kecakapan khusus yang diperoleh secara khusus menurut minat dan bakat masing-masing.
IV. Sistem Pendidikan Bagi Orang Dewasa • Yang dimaksud orang dewasa ialah orang yang diberi tanggung jawab melaksanakan pendidikan dan latihan serta pengelola kwartir, qabilah, dan satuan. • Bagi mereka tersedia pendidikan formal sebagai berikut : 1. Kursus Orientasi bagi yang ingin tahu dan diharapkan terjun membantu atau aktif di kwartir, qabilah, atau satuan; 2. Kursus Jaya Pertiwi (Jawi) bagi pengelola kwartir; 3. Kursus Jaya Melati (Jati) I dan II bagi pelatih satuan; 4. Kursus Jaya Matahari (Jari) I dan II bagi pelatih lulusan Jaya Melati; 5. Kursus Keterampilan.
VI. Hambatan Yang Dihadapi • Dari dalam (Internal) a. Tidak aktif dalam dunia kepanduan selama 39 tahun; b. Kondisi pandu HW Wreda yang sudah tua dan lemah fisiknya; c. Tenaga potensial yang bersedia menjadi motor susah didapat; d. Komitmen terhadap organisasi kendur; e. Ideologi Muhammadiyah kurang dipahami, dihayati, dan diimplementasikan dalam kehidupan; f. Sosialisasi tidak gencar; g. Kepatuhan kepada orang tua menurun; h. Kekurangan dana, fasilitas, dan kerjasama; I. Kurang teguh hati.
2. Dari luar (Eksternal) a. Upaya dan rekayasa musuh utama manusia makin nyata; (Waspadai program iblis yang difirmankan oleh Allah dalam Q.S. 15: 39 – 40; 17 : 63 – 64 ) b. Organisasi remaja, mahasiswa, pemuda semakin banyak; c. Iming-iming hadiah dalam kegiatan tertentu, semakin diminati oleh generasi muda; d. Hal-hal yang ideal tergeser oleh hal-hal praktis; e. Pakaian seragam dan atribut yang mengandung filosofi, historis, proses pendidikan dalam pemakaian dan pemilikannya, tergeser oleh pakaian yang dibuat menurut mode tertentu dan sudah lengkap, tinggal pakai f. Dokrin masa lalu masih kuat, sehingga menghantui sebagian orang yang akan aktif dalam kepanduan HW.
VII. Kesimpulan • Sistem Pendidikan HW perlu diterapkan dalam upaya melahirkan kader yang sanggup dan mampu berjuang pada jalan Allah; • Sistem Pendidikan HW yang mengutamakan kegiatan di alam terbuka memungkinkan lahirnya kader yang sangat dekat dengan penciptanya dan akan menjaga kelestariannya dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk memakmurkannya. Q.S. 11: 61 • Hambatan baik dari dalam maupun dari luar akan dapat ditembus dengan keteguhan hati dan banyak mengingat Allah. Q.S. 8: 45 • Problem apapun akan ada solusinya, dan dana akan terkumpul asal dalam setiap diri memiliki ketaqwaan yang sebenarnya. Q.S. 65: 2 – 3 • Bertawakkal kepada Allah, menyebabkan lahirnya kader sopan dan perwira; • Ikhlas penentu nilai amal.