190 likes | 440 Views
Module 21 - 22. Exercise (Tourism materials). Tourism Articles Tourism Brochures and Leaflets Glossary and Term in Tourism industry Tourism Articles (Bahasa). Tourism Articles http://topics.washingtonpost.com/wp-srv/topics/lifestyle-and-leisure/tourism /
E N D
Module 21 - 22 Exercise (Tourism materials)
Tourism Articles • Tourism Brochures and Leaflets • Glossary and Term in Tourism industry • Tourism Articles (Bahasa)
Tourism Articles • http://topics.washingtonpost.com/wp-srv/topics/lifestyle-and-leisure/tourism/ • http://www.tourismplanning.org/articles.htm
Tourism Brochures and Leaflets • http://www.july15.com/julia/statetravel.htm • http://www.southaustralia.com/brochures.asp
Glossary and Term in Tourism industry • http://app.stb.com.sg/asp/tou/tou08.asp • http://www.nscb.gov.ph/glossary/tourism.asp
http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/berita_bali/category/Info%20Gaul%20&%20Pariwisata.htmhttp://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/berita_bali/category/Info%20Gaul%20&%20Pariwisata.htm • http://jagad.com/pages/Pariwisata/
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-article/ • http://www.endonesia.com/mod.php?mod=katalog&op=viewlink&cid=213.
Tourism Articles (Bahasa) • http://www.insearch.edu.au/whatson/indonesia
Festival Nasional Musik Tradisi Nusantara Membuka Mata Dunia Jakarta, 4 Agustus 2006 " Keragaman budaya Indonesia tidak dapat disangkal lagi keberadaannya. Namun, publikasi dan sarana pengenalan pada level yang strategis agar terciptanya apresiasi dan dukungan berkelanjutan dirasakan masih perlu diupayakan lebih baik lagi. Maka pada tanggal 19- 21 Juli 2006 lalu, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) melalui Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film (NBSF) bekerjasama dengan Taman Mini Indonesia Indah menggelar acara bernama Festival Nasional Musik Tradisi 2006 yang dipentaskan oleh anak-anak di bawah 12 tahun di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Jelas sekali bahwa tujuan dari diselenggarakannya acara ini untuk membuka cakrawala baru dan kesempatan yang lebih jelas kepada budaya bangsa Indonesia untuk lebih dikenal, diapresiasi, dan dikembangkan agar semakin bermanfaat bagi masa depan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.
Dari ratusan peserta yang berasal dari Sumatera Utara, Papua, Bali, Bengkulu, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi, serta daerah-daerah lain di Indonesia, Tim kesenian anak dari Sumatera Utara mendapatkan predikat favorit dari semua peserta yang tampil secara menakjubkan para penonton. Tim Sumatera Utara terdiri dari 13 orang anak-anak yang melakukan atraksi tarian dan 3 orang official. Usia anak-anak ini baru 7 hingga 12 tahun saja, tapi sudah mampu mencuri perhatian penonton yang hadir. Siapa yang dapat mengira bila akhirnya mereka dapat diundang ke suatu acara penandatangan perjanjian antara Pemerintah Indonesia lewat Departemen Pendidikan Nasional dengan Pemerintah Malaysia dan Brunei Darussalaam. Dengan berpenampilan prima di panggung hiburan, Tim anak-anak Sumatera Utara ini akhirnya diundang oleh Pemerintah Malaysia dan Brunei untuk tampil di negara mereka.
Selain itu, setelah mereka kembali ke Sumatera Utara, berita kesuksesan mereka tidak luput dari perhatian Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dimana Gubernur Sumatera Utara yang tengah bekerjasama dengan Pemerintah Australia, juga memuji keberhasilan mereka. Tim Sumatera Utara pun kembali di undang ke Australia pada tanggal 12 September 2006 nanti untuk tampil pada salah satu acara budaya di sana.
Gambaran tersebut memberikan sebuah makna bahwa acara festival seperti yang diselenggarakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata patut didukung dan ditingkatkan frekuensi maupun mutunya sehingga dapat membuka peluang baru dan persepsi baru tentang asset budaya yang kita miliki. Depbudpar akan terus berupaya mendukung upaya pengembangan kebudayaan dan tradisi daerah dan nasional agar jati diri bangsa benar-benar dapat dihayati dan dibanggakan oleh generasi muda dan generasi yang akan datang.
Depbudpar & NIHINDO Bekerja Sama Untuk Majapahit Jakarta, 1 Agustus, 2006 " Kerajaan Majapahit telah mewarnai relung sejarah peradaban bangsa Indonesia dan mencuatkan nama negeri ini di tengah-tengah pergaulan internasional, khususnya di kawasan Asia. Raden Wijaya, sebagai Raja Pertama Majapahit, bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana, mulai berkuasa pada tanggal 12 November 1293. Begitu tepatnya disebutkan dalam sebuah sumber yang menyatakan detik-detik pengangkatan sang raja atau disebut ri purneng kartikamasa pancadasi memberikan isyarat bahwa perlindungan terhadap asset sejarah semacam ini harus dilakukan sebaik-baiknya untuk dapat dikembangkan dan dimanfaatkan demi tegaknya kedaulatan dan identitas bangsa Indonesia, baik di antara masyarakatnya, maupun di dalam pergaulan masyarakat internasional.
Kebesaran nama Majapahit mencapai klimaksnya pada masa kekuasaan rajanya pada abad ke-14 yakni Hayam Wuruk atau juga dikenal sebagai Rajasanegara yang didampingi Maha Patih Gajah Mada dan Laksamana Nala yang berhasil mengkukuhkan nama Majapahit di kawasan Asia yang disebutkan sebagai negara-negara Syangka, Ayudhapura, Dharmanagari, Marutma, Rajapura, Campa, Kamboja, dan Yawana. Nama-nama itu muncul berkat pendokumentasian lihai seorang pujangga bernama Mpu Prapanca dalam sebuah relik: Nagarakertagama.
Semua kebesaran itu diawali di sebuah wilayah di Jawa Timur, bernama Trowulan, Mojokerto. Di sini dijumpai peninggalan-peninggalan budaya Majapahit yang eksotis yang bersifat monumental maupun artefak. Beberapa contoh yang dapat ditemui di Trowulan, Mojokerto sebagai wilayah yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Majapahit ialah Kolam Segaran yang luasnya hampir tiga (3) kali luas lapangan sepak bola, Gapura Wringin Lawang, Gapura Bajang Ratu, Petirtaan Candi Tikus, dan sisa-sisa rumah tinggal masa lalu. Arca terracotta pun ditemukan di sana sebagai lambang perwujudan keragaman suku bangsa yang membawa Majapahit pada pergaulan antarbangsa.
Hingga kini, pengkajian sejarah yang berusia hampir 900 tahun itu terus dilakukan. Sayangnya, manfaat yang didapatkan dari kajian-kajian ini belum memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Berawal dari pemikiran ini, Deparetemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menjalin hubungan kerjasama dengan NIHINDO, sebuah lembaga persahabatan antara Indonesia dan Jepang untuk menggarap sumber daya budaya yang sangat potensial ini sebagai sarana untuk lebih mempererat hubungan antara kedua negara di bidang kebudayaan dan pariwisata.
Hubungan kerjasama ini perlu dilakukan untuk memperkuat jati diri bangsa, memantapkan budaya nasional, dan meningkatkan apresiasi, kecintaan masyarakat terhadap peninggalan budaya Kerajaan Majapahit yang bersifat fisik maupun non fisik. Mengingat, warisan budaya yang berpotensi sebagai objek daya tarik wisata yang atraktif perlu dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata. Penggalian potensi budaya ini akan diawali dengan kegiatan penelitian, pelestarian, rekonstruksi dan pengembangan konsep kawasan peninggalan Kerajaan Mapahit. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembuatan sistem informasi dan basis data melalui pengembangan website kerajaan Majapahit, penyelenggaraan pameran dan promosi penginggalan budaya Kerajaan Majapahit serta peningkatan sumber daya manusia yang dilengkapi penyediaan tenaga ahli di bidang kebudayaan.
Kegiatan pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya peninggalan kerajaan Majapahit ini dibagi dalam tiga sasaran kegiatan yang akan dilaksanakan secara paralel , yaitu jangka pendek (Juli 2006 - Juli 2007), berupa pemanfaatan aset, obyek peninggalan yang telah ada, dengan sedikit dilakukan penambahan, penyempurnaan dan perbaikan infrastruktur sarana prasarana untuk dapat dimanfaatkan; jangka menengah (Juli 2006 " September 2008), berupa perencanaan dan pembangunan Taman Majapahit; dan jangka panjang (Juli 2006 " 2013), berupa pelaksanaan penelitian, mengekskavasi, merekonstruksi, melestarikan, dan pemanfaatan warisan budaya peninggalan peradaban Majapahit.
Kawasan Trowulan akan ditetapkan sebagai Center of Excellence dan destinasi pariwisata. Sehingga kegiatan ini akan melibatkan pula departemen terkait dan berbagai pihak lainnya, seperti pemda, perguruan tinggi, dan wakil dari masyarakat setempat, seperti LSM dan budayawan. Dengan kerja sama ini, maka upaya pengembangan kawasan Trowulan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat sekaligus pendukungan upaya konservasi sumber daya budaya yang tak ternilai. (Nke, Mky)