10 likes | 240 Views
menggolongkan emosi berdasarkan pada jenis rangsangnya (Sarwono, 1986). Pernyataan tersebut mempunyai suatu kelemahan, karena rangsangan yang sama bisa menimbulkan emosi yang berbeda pada setiap orang. Wundt (dalam Sarwono, 1988) mengemukakan tiga pasang kutub emosi, yaitu:
E N D
menggolongkan emosi berdasarkan pada jenis rangsangnya (Sarwono, 1986). Pernyataan tersebut mempunyai suatu kelemahan, karena rangsangan yang sama bisa menimbulkan emosi yang berbeda pada setiap orang. Wundt (dalam Sarwono, 1988) mengemukakan tiga pasang kutub emosi, yaitu: 1. Lust-Unlust ( senang-tak senang) 2. Spannung-Losung (tegang-tak tegang ) 3. Erregung-Beruhigung ( semangat-tenang) Setiap keadaan emosi, menurut Wundt, merupakan kombinasi dari kutub-kutub emosi tersebut. Terlepas dari banyaknya versi tentang definisi, deskripsi dan klasifikasi tentang remaja yang pasti masa remaja adalah masa yang penuh gejolak emosi. Menurut Plato (dalam, Sarwono, 1986) salah satu ciri periode "topan dan badai" dalam perkembangan jiwa remaja adalah adanya gejolak emosi yang meledak-ledak. Di satu pihak gejolak emosi yang menggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain (termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa si remaja. Emosi yang tak terkendali itu antara lain disebabkan oleh konflik peran yang dialami remaja. Mereka ingin bebas, tetapi masih bergantung pada orang tua. Mereka ingin dewasa, tetapi diperlakukan seperti anak-anak. Apabila remaja tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dalam rangka konflik peran tersebut, dikarenakan terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka kemungkinan besar akan terperangkap masuk ke jalan yang salah. Kasus-kasus penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks atau kenakalan remaja yang lain, disebabkan remaja kurang mampu mengarahkan emosinya secara positif.