10 likes | 197 Views
3 perubahan-perubahan diantara orang-orang itu (pelaku dan korban) ternyata tidak saling diterima, dengan kata lain ada unsur paksaan dan terpaksa (Riau Pos 2000). Terjadinya banyak kasus pembantu wanita yang dianiaya secara fisik oleh
E N D
3 perubahan-perubahan diantara orang-orang itu (pelaku dan korban) ternyata tidak saling diterima, dengan kata lain ada unsur paksaan dan terpaksa (Riau Pos 2000). Terjadinya banyak kasus pembantu wanita yang dianiaya secara fisik oleh majikannya yang terjadi di sekitar kita, merupakan contoh konkret masih teijadi kekerasan fisik terhadap wanita. Banyaknya TKW asal Indonesia yang diperlakukan secara tidak manusiawi di berbagai mancanegara, antara lain di Singapura, Malaysia, Arab Saudi merupakan bukti nyata (Kompas, 2000). Sikap masyarakat yang menganggap kekerasan terhadap perempuan seperti perkosaan di dalam lingkungan keluarga sebagai aib membuat kasus seperti itu menjadi sulit diungkapkan. Ditambah tidak adanya perlindungan untuk saksi korban, maka korban perkosaan seperti yang menimpa etnis Cina dalam kerusuhan Mei 1998 membuat keengganan untuk melapor. Akibatnya kejadian itu dianggap tidak ada. Berbagi bentuk kekerasan lain juga dialami tenaga kerja wanita yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri (Kompas, 2000). Tindakan-tindakan terhadap wanita tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu kalangan saja, tetapi dari semua kalangan baik itu dari kalangan bawah, katangan menengah, dan kalangan atas. Namun seringkali orang keliru menganggap persoalan ini hanya mengenai dan dilakukan oleh mereka yang berada di kelas sosial ekonomi bawah. Kenyataan yang ada adalah bahwa segala bentuk tindak kekerasan terhadap wanita yang teijadi di kelas menengah atas sangat sulit untuk dibuktikan karena rapatnya "dinding-dinding" yang membatasi kelompok ini (Collier, 1998).