270 likes | 633 Views
AKHLAQ DALAM KELUARGA Terhadapa Ayah-Ibu Terhadap Kerabat. Akhlaq terhadap Ayah-Ibu Pertama : Birrul-walidain (Berbakti kepada kedua orangtua ). Firman Allah (QS. Al-Isra’, 17:23)
E N D
Akhlaq terhadap Ayah-Ibu Pertama: Birrul-walidain(Berbakti kepada kedua orangtua). • Firman Allah (QS. Al-Isra’, 17:23) • “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.
Hadits Nabi SAW: Diriwayatkan dari Abu Abdurrohman ‘Abullah ibn Mas’ud r.a, dia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW, apa amalan yang paling disukai Allah SWT? Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: “Birrul-walidain”. Kemudia aku bertanya lagi: seterusnya apa? Beliau menjawab: “jihad fi sabilillah”. (HR. Buhari-Muslim). • “Birrul-waliadain”artinya berbuat kebaikan kepada kedua orang-tua, yakni ibu-bapak. Di masyarakat kita lebih dikenal dengan istilah “berbakti kepada kedua orangtua (ibu-bapak).
Pentingnya Kedudukan Birrul-walidain • Perintah ini langsung sesudah perintah ibadah kepada Allah (QS. Al-Baqarah, 2: 83) • “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa’, 4:36) • Juga firman Allah, QS. Al-An’am, 6:151 • Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”.
Allah mewasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu-bapak. • QS. Al-‘Ankabut, 29:8. “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. • Juga firman Allah, QS. Al-Ahqaf, 46:15 “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".
Allah memerintahkan berterima kasih kepada ibu-bapak langsung setelah berterima kasih (bersyukur) kepada Allah (QS. Luqman, 31: 14) • “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu”. • Hadits Nabi SAW: Diriwayatkan dari Abu Abdirrohman ‘Abullah ibn Mas’ud r.a, dia berkata: Aku bertanya kepada Nabi saw, apa amalan yang paling disukai Allah SWT? Beliau menjawab: “Shalat tepat pada (awal) waktunya”. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: “Birrul-walidain”. Kemudian aku bertanya lagi: seterusnya apa? Beliau menjawab: “jihad fi sabilillah”. (HR. Bukhari-Muslim). • Hadits Nabi SAW di atas, menempatkan birrul-walidain setelah shalat tepat awal waktu.
Rasulullah meletakkan durhaka kepada ibu-bapak sebagai dosa besar nomor dua setelah syirik (dosa besar yang tak terampuni). • Diriwayatkan oleh Abu Bakrah Nufa’i ibn al-Harits r.a, dia berkata, rasulullah saw bersabda: “Tidakkah akan aku beri tahukan dosa-dosa yang paling besar kepada kalian?” Beliau mengulangi pertanyaan tersebut tiga kali. Kemudian para sahabat mengiyakan. Lalu rasulullah saw menyebutkan: “Yaitu mempersekutukan Allah dan durhaka kepada ibu-bapak”. Kemudia beliau mengubah posisi duduknya yang semula bersitelekan menjadi duduk biasa lalu bersabda lagi: “begitu juga perkataan dan sumpah palsu”. Beliau mengulangi lagi hal yang demikian sehingga kami mengharapkan mudah-mudahan beliau tidak menambahnya lagi”. (HR. Bukhari-Muslim).
Rasulullah mengkaitkan keridhoan dan kemurkaan Allah SWT dengan keridoan dan kemarahan orangtua. • “Keridhoan Rabb (Allah) ada pada keridoan orang tua, dan kemurkaan Robb (Allah) ada pada kemarahan orangtua” (HR Tirmidzi) • Banyak kisah bagaimana akibat anak yang yang taat dan berbakti kepada ibu-bapak, baik yang terjadi di masa lalau maupun dalam kehidupan di sekitar kita. Baca dan perhatikan orang-orang sukses dan hubungan kebaktiannya kepada kedua orang tua mereka. • Demikian pula, kisah bagaimana akibat/nasib orang yang durhaka kepada kedua orang tua mereka. Ingat kisah Al-Qomah di masa Nabi SAW. Juga legenda si Malin Kundang dan Sangkuriang. Bagaimana dengan kehidupan kita. • Kalau kita ingin sukses dan diridhoi Allah, di dunia maupun di akhirat, maka berbaktilah kepada kedua orang tua kita masing-masing. Bagaimana caranya?
Bentuk dan Cara melakukan birrul-walidain • A.: mengikuti keinginan dan saran dalam berbagai aspek kehidupan (pendidikan, pekerjaan, jodoh, dsb), selama hal itu tidak bertentangan ajaran Islam. QS. Luqman, 31: 15). • “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” • Dalam konteks ini Nabi SAW bersabda: “Laa tho’ata fii ma’shiyatillah. Innamath-tho’atu filma’rufi”. Tidak ada ketoatan dalam maksiyat. Ketoatan hanyalah semata-mata dalam hal yang ma’ruf” (HR. Muslim)
Problem paling banyak timbul dalam masalah ketaatan kepada orang tuan yang banyak menimbulkan masalah, biasanya terkait dengan “perjodohan”. • Persoalan: • Adanya perubahan sosial akibat perkembangan ilmu dan teknologi -----> perbedaan pola pikir (mind set) antara generasi muda dan tua • Tidak ada orang tua yang ingin mencelakakan anaknya. Ini yang mesti dpahami anak. • Kata kunci harus ada “mutual respect dan mutual understanding”
B; Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh kasih sayang, karena jasa orang tua tidak pernah akan dapat terbalas oleh anak! • Firman Allah, QS. Luqman, 31: 14 : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Firman Allah, QS. Al-Isra’, 17: 23 : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”
C: membantu ibu-bapak secara fisik dan material, baik sebelum berkeluarga maupun sesudah berkeluarga. Utamanya kalau kondisi orang tua sangat memerlukan, baik fisik maupun sosial-ekonomi. Perlu diingat, bahwa betapapun anak memberi/membantu ibu-bapak, hal itu tidak akan pernah seimbang dengan pengorbanan diberikan oleh orangtua. • Nabi SAW bersabda: “Laa yajzii waladun walidahu illa an-yajidahu mamlukan fayasytarriyahu fayu’tiqohu” (HR. Muslim) • “Tidak dapat seorang anak membalas kebaikan ayahnya, kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi hamba sahaya, kemudian ditebus dan dimerdekakan”
Rasulullah menjelaskan bahwa orangtua, utamanya ibu, yang paling berhak dibantu dibanding orang lain. Dalam sahih Bukhari dan Muslim meriwayatkan: sewaktu seorang sahabat bertanya, “Siapakah yang paling berhak dibantu, Nabi menjawab: “Ibumu”. Kemudia siapa?, “Ibumu”. Lalu siapa lagi?. Jawab Nabi:”Ibumu” Lalu siapa lagi, Jawab Nabi: “Bapakmu”.(HR. Bukhari-Muslim). • Hadits lain, jawaban “Ibumu” sebanyak tiga kali, baru “Bapakmu”
D:mendo’akan ibu-bapak, semoga Allah mengampuni dan merohmati keduanya, dan hal-hal lain yang baik. Do’a i dilakukan baik sewaktu masih hidup, apalagi sesudah meninggal dunia. • QS. Nuh, 71: 28 : “Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". • QS. Al-Isra’, 17 : 24 : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
E: setelah meninggal dunia, birrul-waliadin dapat dilakukan dengan • Menyelenggarakan pemakaman jenazahnya sebaik-baiknya • Melunasi hutng-hutangnya • Melaksanakan wasiatnya • Meneruskan silaturahmi yang telah dibinanya sewaktu hidup • Memuliakan sahabat-sahabatnya • Mendo’akannya • “Ya, rasulullah, adakah suatu kebaikan yang masih dapat saya lakukan untuk ibu-bapak saya sesudah keduanya meninggal dunia? Rasulullah menjawab: “Ada, yaitu menshalatkan jenazahnya, memintakan ampun baginya, menunaikan janjinya, meneruskan silaturahminya, dan memuliakan sahabatnya” (HR. Abu Daud)
Kedua: larangan Durhaka orangtua (‘Uququl walidain) • ‘Uququl walidain merupakan lawan dari birrul-walidain. Oleh karenanya, kalau birrul-walidain langsung sesudah perintah ibadah kepada Allah, dosa ‘Uququl walidain juga merupakan dosa besar setelah syirik, sebagaimana hadits nabi berikut. • “Alkabairu: al-isyroku billahi wal-‘uququl-waliadain waqotlun-nafsi wal-yaminulghomusu” • “Dosa-dosa besar adalah: mempersekutukan Allah, durhakan kepada kedua orangtua, membunuh orang, dan sumpah palsu” (HR. Bukhori)
Perhatikan Hadits berikut: • “Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (azabnya) sampai waktu yang dikehendaki-Nya, kecuali durhaka kepada orangtua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya di waktu di dunia ini, sebelum dia meninggal”.(HR. Hakim).
“Keridhoan Robb ada pada keridhoan orangtua dan kemurkaan Robb ada pada kemarahan orangtua” • “Ridhor-robbi fii ridhol-walidi. Wa-sakhthur-robbi fii sakgothil-walidi” (HR. Tirmidzi) • Larangan durhaka kepada orangtua difirmankan Allah dalam QS. Al-Isra’, 17: 23. :“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.
AKHLAQ TERHADAP KERABAT:SILATURRAHIM • Silaturrahim, terdiri atas (i) shillah (hubungan, sambungan) dan rahim (peranakan) • Silaturrahim: simbol dari hubungan baik yang penuh kasih sayang antara sesama kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim (hubungan nasab/kekeluargaan). Dalam masyarakat Jawa dikenal “trah” yang agak berbau “ningrat”.
Silaturrahmi, hubungan kasih sayang yang lebih luas, tidak semata-mata karib kerabat, tetapi hubungan kasih sayang (rahmi = sayang) antar sesama anggota masyarakat. • Kerabat berarti anggota keluarga besar yang bukan saja ibu-bapak-anak (nuclear family, seperti konsep Barat), tetapi terdiri atas nuclear family dan kakek,nenek, paman, bibi, adik,kakak, keponakan, sepupu, dsb. Untuk menjaga hubungan baik antar kerabat sangat diperlukan silaturrahim
Firman Allah dalam QS. An-Nisa, 4: 1. • “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. • “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan[771], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (QS. Ar-Ra’du, 13: 21)
Bentuk silaturrahmi • Berbuat baik, utamanya, dengan memberi bantuan materi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Shadaqah diutamakan kepada kerabat/miskin/yatim. Jangan sampai pemurah kepada orang lain tetapi kikir kepada kerabat sendiri. • “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” • Hadis Nabi menyatakan: “Sedekah kepada orang miskin bernilai satu yaitu sedekah, sedangkan sedekah kepada karib kerabat bernilai dua, yaitu sedekah dan silaturraim” (HR. Tirmidzi)
Membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang hadir waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian karena terhalang oleh ahli waris yang lebih berhak. QS. An-Nisa’, 4: 8. • “dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”. • [270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka. • [271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan. • Memeliharadan meningkat rasa kasih sayang sesama kerabat sesama kearabat saling kenal mengenal,hormat-menghormati, bertukar salam, dsb • “Pelajarilah silsilah keluarga yang akan menghubungkan tali rahim-mu, karena sesungguhnya silaturrahim itu melahirkan kasih sayang pada keluarga, kemudahan mendapat harta dan panjang umur” (HR. Tirmidzi)
Manfaat Silaturrahim • Mendapatkan rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT • “Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? • 23. mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. • Masuk Syurga dan jauh dari Neraka • Diriwayatkan oleh Abu Ayyub Khalid bin Zaid al Anshari ra., bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya rasulullah, tunjukkan kepadaku amalan yang dapat memasukkan aku ke syurga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi menjawab: “(Yaitu apabila) engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan melakukan silaturrahim” (H. Muutafaqun’alaih). • Lapang rejeki dan panjang umur. • Secara eksplisit Rasulullah saw menjanjikan rizki yang lapang bagi mereka yang suka bersilaturrahim dengan sabdanya: “man ahabba an-yubsatho lahu fii rizkihi wa yunsa-alahu fii atsarihi fal-yashil rohimahu” (H. Muttafaqun ‘alaih). • “Siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia melakukan silaturrahim” (H. Muttafaqun ‘alaih)
Larangan Memutuskan Silaturrahim • Firman Allah SWT (QS. Muhammad, 47: 22-23) • “Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” • “Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. • Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). • Hadits Nabi :“Tidak masuk syurga orang yang memutuskan” Menurut Sufyan, dalam riwayatnya yang dimaksud orang yang memutuskan adalah orang yang memutuskan silatrrahim”. (H. Mutafaqqun ‘alaih)