10 likes | 380 Views
Museum Joeang '45 Asal Mula Kemerdekaan
E N D
Museum Joeang '45 Asal Mula Kemerdekaan Kota Jakarta memang menyimpan sejuta cerita mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan RI. Apabila Anda berjalan menyusuri daerah Menteng Raya, Jakarta Pusat, terdapat sebuah bangunan bersejarah yang berdiri kokoh bernama Museum Joeang ’45. Dahulu bangunan ini disebut dengan Gedung Joeang ’45. Bangunan itu merupakan salah satu titik sejarah awal lahirnya kemerdekaan RI. Dahulu, Museum Joeang ’45 dipakai sebagai tempat diklat, asrama, dan ruang diskusi sejumlah pemuda seperti Sukarni, Caherul Saleh, Wikana, Achmad Soebardjo, B. M. Diah, Adam Malik, Sayuti Melik, Soerastri Karma Trimurti, Latif Hendraningrat, S. Suhud dan Trimurti. Gedung Joang ’45 merupakan tempat untuk mereka saling bertukar pikiran. “Dari gedung inilah lahir gagasan para golongan muda yang diprakarasi oleh Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana untuk menculik Bung Karno dan Hatta ke Daerah Rengadengklok. Kini dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok,” ungkap Abdulah, pemandu Museum Joeang ’45. Abdulah mengatakan para pemuda berjuang mendesak Bung Karno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. “Tanpa desakan mereka, mungkin peristiwa kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 tidak akan terjadi,” tambahnya seraya menjelaskan berbagai koleksi peninggalan sejarah di museum tersebut. Di hari kemerdekaan RI, Museum Joeang ’45 banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara. Terlebih pada setiap tanggal 16 Agustus, seketika Museum Joeang ’45 penuh dengan lautan orang. Ada lebih dari 1000 orang dari seluruh provinsi Indonesia datang untuk mengikuti Napak Tilas Proklamasi Kemerdekaan RI. “Dengan adanya acara bersifat edukatif dan interaktif ini dapat membantu membangun spirit dan karakter anak bangsa untuk terus mengingat sejarah perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan yang dicapai dengan cara yang tidak mudah,” ucap Kepala Museum Joeang ’45 Ahmad Syarofi. Saat ini, Museum Joeang ’45 memiliki 2.500 koleksi benda bersejarah seperti lukisan, dokumen, dan patung. Selain perpustakaan dan ruang pameran permanen, tersedia pula ruang auditorium yang dahulu merupakan salah satu ruang diskusi tokoh pemuda pejuang kemerdekaan. Kini ruang tersebut dapat digunakan sebagai ruang seminar berkapasitas 100 orang. Museum dilengkapi juga dengan ruang kreativitas anak. Ruangan ini merupakan ruang edukasi khusus untuk anak-anak bermain seperti bermain berbagai game pahlawan, mewarnai peristiwa perjuangan, dan tokoh pahlawan puzzle. “Pada akhir tahun ini, rencananya kami akan melakukan sedikit pemugaran bangunan museum dan akan membuat diorama para tokoh pemuda perjuangan kemerdekaan RI, sehingga masyarakat dapat lebih nyaman menikmati saat berkunjung,” kata Achmad. Ruang sinema merupakan ruangan favorit pengunjung saat datang. Di ruang sinema, pengunjung dapat menonton berbagai film dokumenter dan film perjuangan, salah satunya Dahulu Menteng 31, Kini Museum Joeang '45. “Banyak ilmu baru yang saya dapatkan setelah menonton film Dahulu Menteng 31, Kini Museum Joeang '45. Saya akhirnya tahu bahwa museum ini dahulunya hotel dan nama menteng ini diambil dari nama pohon menteng yang dulu banyak tumbuh di daerah Menteng ini,” ucap Anggi Anastasya, salah satu pengunjung asal Medan. Di tengah carut marut kondisi bangsa saat ini, menjadi penting untuk memahami dan menyadari fungsi dan peranan gedung bersejarah perjuangan bangsa seperti Museum Joeang ’45. Setidaknya hal ini akan menumbuhkan rasa kesadaran untuk meneladani tokoh-tokoh bangsa yang sangat besar jasanya bagi negara dan bangsa Indonesia ini.