280 likes | 656 Views
SEJARAH DAN IMPLIKASI PERUBAHAN LINGKUNGAN BAGI ORGANISASI PEMERINTAHAN LOKAL (STUDI KASUS IDE PEMEKARAN PROVINSI TAPANULI DAN LUWU RAYA). MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL DOSEN: RATRI ISTANIA, SIP, MA SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMNISTRASI NEGARA 2009.
E N D
SEJARAH DAN IMPLIKASI PERUBAHAN LINGKUNGAN BAGI ORGANISASI PEMERINTAHAN LOKAL(STUDI KASUS IDE PEMEKARAN PROVINSI TAPANULI DAN LUWU RAYA) MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL DOSEN: RATRI ISTANIA, SIP, MA SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMNISTRASI NEGARA 2009
KONSEP DESENTRALISASI LANGIT DAN BUMI • Revolusi neo-liberal tahun 1980an • Konsep welfare state digantikan limited government • Kejatuhan tembok Berlin, Jerman, Uni Soviet di tahun 1991 meruntuhkan ideologi sosialis komunis • Perang dingin berakhir, rejim otoriter dunia ketiga berakhir
NEO-LIBERALISME • Pasar terbuka • Peran negara kecil • Penegakkan demokrasi • Masyarakat sipil kuat • Good governance, transparansi, dan akuntabilitas • Persaingan usaha
DESENTRALISASI • Masyarakat sipil kuat • Ukuran pemerintahan kecil • Campur tangan pemerintah pusat kecil
PERKAWINAN NEO-LIBERALISME DAN DESENTRALISASI NEO-LIBERALISME DESENTRALISASI PERAN PEMERINTAH PUSAT KECIL PERSAINGAN USAHA TUMBUH STANDAR HIDUP MASYARAKAT NAIK MASYARAKAT SIPIL KUAT
NAMUN…… • Robison dan Hadiz (2004) - “sifat ilusi dari pandangan neo-liberalis, menunjukkan ketahanan oligarki-oligarki politis dan ekonomis di Indonesia” • Nordholt dan van Klinken (2007) - “adalah terlalu simplisistis menyimpulkan negara di Indonesia melemah sejak tahun 1998” • Mc Vey (2000) dan Phongpaichit et. al. (1998) - birokrat, politisi, militer, polisi, dan penjahat memelihara hubungan intim sehingga perbedaan profesi diantara mereka kabur.
FAKTA DESENTRALISASI INDONESIA • Tahun 1998 memiliki struktur kelembagaan daerah cukup memadai • Desentralisasi mengundang lebih banyak permasalahan ketimbang menyelesaikan masalah
MENGAPA DESENTRALISASI? • Maria Dolores G. Alicias (2005), “kebijakan desentralisasi bertujuan: • Pertama, mempercepat tercapainya tujuan-tujuan pembangunan dan demokrasi • kedua, perbaikan perbaikan pelayanan umum yang makin efisien dan efektif; • ketiga, perbaikan kinerja pemerintahan daerah melalui pertanggungjawaban publik, transparansi atas proses-proses kerjanya dan responsif atas kebutuhan dan aspirasi masyarakat; • keempat, perluasan akses pada pengambilan keputusan politik bagi wilayah dan kelompok yang terpinggirkan sehingga distribusi sumber-sumber makin merata.
PERSOALAN DESENTRALISASI INDONESIA • Desentralisasi dilakukan tanpa mempelajari latar belakang sejarah perjalanan desentralisasi dari sejak lahirnya Indonesia • Pemahaman kurang menyeluruh tentang lingkungan internasional, nasional, dan lokal akan menjadikan kebijakan tentang suatu wilayah otonom terutama berkaitan dengan batas-batas administratif (administrative territorial boundary) tidak efektif.
MENENGOK PEMBERLAJARAN SEJARAH DESENTRALISASI MASA TRANSISI 1949-1950 • Pemerintahan daerah diarahkan pada suksesnya bangunan negara federasi • 27 Desember 1949: pemulihan kedaulatan Indonesia - Republik Indonesia Serikat • Kedudukan Negara Republik Indonesia sebagai bagian penyusun RIS • Pemerintahan daerah diatur masing-masing negara atau daerah bagian • Transisi pemerintahan daerah pada masa berlaku RIS habis
DUALISME KEBIJAKAN AKHIR MASA PEMERINTAHAN RIS • Pemerintah Negara Republik Indonesia (Yogyakarta) - UU Nomor 22/1948 ttg pemerintahan daerah • Negara bagian: • Negara Indonesia Timur (NIT) - UU NIT Nomor 44/1950 (13 daerah = regelling tot vorming v/d Staat Oost-Indonesia)
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 1950 • Pelebuaran Pemerintah RIS dengan NRI • Negara bagian Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan lainnya • Bertujuan memecah belah konsentrasi pemberontakkan (westerling, Bandung; andi azis, Makassar; soumokil, Maluku Selatan)
Pemerintahan Daerah I II III Lingkungan Kekuasaan UURI Nomor 22/1948 Lingkungan Kekuasaan UU No. 44/1950 Lingkungan Kekuasaan UURI Nomor 22/1948 Pulau-pulau Jawa, Madura, Sumatera, dan Kalimantan (Negara Bagian RI, Ibukota Yogyakarta) Pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku (Negara Bagian Indonesia Timur) キKontrak panjang キZelfbestuurs-regelen 1938 キStb. 1946-17 キIGO キIGOB Swapraja-swapraja dan Neo-Swapraja Desa, Marga, Kuria, Nagari, dsb. Telah dibentuk di Jawa, Madura, Sumatera: 1.Provinsi, 2.Daerah Istimewa setingkat Provinsi Telah dibentuk 13 Daerah, lanjutan Stb. 1946-143 キSGOB, キLocale Raden Ordonnantie, キStb. 1946-17, キStb. 1946-27 キUU Darurat Nomor 20/1950 jo キSGO jo キStb. 1948-1951 Palembang, Medan, Banjarmasin, Makassar, Pontianak, Manado, Ambon, Ternate, Kupang. Kotapraja Jakarta Raya IKHTISAR PEMERINTAHAN DAERAH MASA TRANSISI RIS-NKRI
PEMERINTAHAN DAERAH MASA TRANSISI RIS-NKRI • UU Nomor 22/1948=Pemerintahan Daerah • Perbedaan tata cara pemerintahan kepulauan jawa-Madura dan luar Jawa-Madura dihilangkan • Provinsi 8 (Gubernur)=daerah administratif semata • Daerah karesidenan dalam provinsi tanpa ada aturan batas dan jumlah karesidenan, melanjutkan yang lama saja • Selain gubernur dan residen ada Komite Nasional Daerah penjelmaan darai Badan Pembantu Gubernur dan Residen (Muslimin, 1959:28).
CIRI DESENTRALISASI MASA TRANSISI • Arus deras desentralisasi politis ketimbang fungsional dan kebudayaan • Aturan warisan RIS tumpang tindih dengan lainnya: UU Nomor 22/1949, UU NIT Nomor 44/1950, dan SGO, SGOB, dan lainnya
SOLUSI MENGAKHIRI MASA TRANSISI • 18 januari 1957 - UU Nomor 1/1957 = Pokok-pokok Pemerintahan Daerah - menggugurkan perundangan sebelumnya yang tumpang tindih • Uniformitet = penyeragaman penyelenggaraan pemerintahan daerah = berseberangan dengan prinsip swatantra (buatan Belanda masa lalu) • Berusaha menghindarkan politik devide et impera • Diskriminasi pemerintah antar pulau dihilangkan
PERMASALAHAN PASCA UU NOMOR 1/1957 (1) • Daerah swatantra bermunculan tanpa terkendali • UU belum memuat aturan rumah tangga dan rincian urusan (institutional arrangement minim) • Instabilitas politik muncul karena keterpaksaan • Kesenjangan antara daerah swatantra luar Jawa-Madura belum berpengalaman dengan daerah bentukan NIT yang relatif lebih tertata urusan , menggunakan panduan lama yang terpisah dari NRI sebelumnya
PERMASALAHAN PASCA UU NOMOR 1/1957 (2) • Daerah provinsi, kabupaten, dan desa otoom di Jawa mengalami pendemokrasian • Daerah di luar pulau Jawa-Madura mengalami kemunduran kurang modal dasar memerintah • Pembentukan daerah swatantra luar Jawa-Madura sekedar menggabung-gabungkan daerah administratif tanpa menghiraukan daerah swatantra yang sudah lebih dulu hidup
PERMASALAHAN PASCA UU NOMOR 1/1957 (3) • Pembentukan daerah swatantra di daerah bekas NIT lebih parah karena tidak ada pembentukan daerah baur • Pembentukan daerah baru hanya berdasarkan alasan politis (DT. I Aceh, Irian Barat, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jambi)
PEMBENTUKAN PROVINSI SUMATERA UTARA MASA TRANSISI (1949-1950) • Dasar peraturan: • UU Nomor 22/1948, berlaku 15 Agustus 1950, beberapa hari sebelum RIS dilebur Negara Kesatuan • PP Pengganti UU Nomor 5/1950 (Pembentukan Provinsi Sumatera Utara) • Baru provinsi otonom saja, daerah kabupaten belum dibentuk • Bekerja berdasarkan warisan peraturan-peraturan pembentukkan daerah otonom berjiwa nasional • Menghapuskan perbedaan antara cara pemerintahan di kepulauan Jawa-Madura dan di luar Jawa-Madura • Menghapuskan dualisme dalam pemerintahan daerah dengan pemberian status otonom dan medebewind seluas-luasnya pada badan-badan pemerintahan daerah secara demokratis (collegiaal bestuur atas dasar permusyawaratan)
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL POLITIK PEMBENTUKAN PROVINSI SUMATERA UTARA • Kedudukan ibukota provinsi menjadi persoalan=sibolga atau kutaraja • Usulan lahirnya 4 kabupaten Tapanuli bertentangan dengan Komisariat Pemerintah Pusat • Keempat Kabupaten Tapanuli selanjutnya menjadi bibit persoalan di saat masa transisi dari RIS menuju NKRI karena peleburan yang dipaksakan
PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN MASA TRANSISI (1949-1950) • Salah satu diantara 13 daerah di negara-negara bagian mempertahankan diri sejak berdirinya RIS berdasarkan konferensi Malino tahun 1946 (stb. 1946-143) • Daerah swapraja, konstuksi yuridis=daerah merupakan badan federasi dari daerah swapraja yang diliputinya • Daerah-daerah swapraja mengatur susunan dan tugas, hak serta kewajiban dari daerah-disahkan residen dalam NIT=daerah-statuut • Studi tentang otonomi daerah-daerah dalam NIT harus ditelusuri dari statuut daerah tersebut-mengatur tentang hubungan daerah bersangkutan dengan daerah-daerah swapraja atau neo-praja • Dasar pemerintahan=UU Nomor 44/1950, sebagian besar mengambil ketentuan UU RI Nomor 22/1948 yang disesuaikan dengan keadaan NIT
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL POLITIK PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN • Sulawesi Selatan terdiri dari pemerintahan Luwu, Gowa, Wajo, dan Bone • Luwu merupakan pusat pertumbuhan peradaban orang-orang Bugis dan Gowa=pusat peradaban orang Makassar • Utusan Sulawesi Selatan dalam Konferensi Malino menghendaki mengikuti bentuk Negara Amerika Serikat yaitu kesatuan yang federatif atau merdeka
PERMASALAHAN DESENTRALISASI PASCA ORDE BARU • Pemekaran tidak berkontribusi positif terhadap: • Peningkatan kesejahteraan masyarakat • Penurunan tingkat konflik etnis-teritorial • Peningkatan partipasi politik • 80% pelayanan publik di daerah baru buruk • Data dari Bappenas-UNDP (2001-2007) terdapat peningkatan dramatis jumlah provinsi dari 26 menjadi 33 (26,9%) dan kabupaten/kota, dari 303 menjadi 404 (45,2%).
PEMEKARAN • Provinsi Tapanuli • Provinsi Luwu Raya