1 / 41

The Ultimate in Financial Inclusion Solution

The Ultimate in Financial Inclusion Solution. Toward Cashless Society. Literasi Keuangan. Latar Belakang. Akar Masalah : Finansial Inklusi.

truly
Download Presentation

The Ultimate in Financial Inclusion Solution

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. The Ultimate in Financial Inclusion Solution Toward Cashless Society Literasi Keuangan

  2. Latar Belakang

  3. Akar Masalah : Finansial Inklusi Menurut catatan lembaga riset telematika Sharing Vision, 68% dari 246,9 juta penduduk Indonesia ternyata belum memiliki rekening bank. Sementara 80,4% penduduk berusia 15 tahun ke atas tidak memiliki akun sektor keuangan formal. Data ATSI tahun 2011, jumlah pelanggan seluler menembus 250 juta. Diperkirakan hingga tahun 2013, sudah melebihi jumlah penduduk.

  4. Solusi M-PESA Model: P2P (Person To Person) Money Transfer

  5. M-PESA Fakta dan Angka • Launched on March 6th, 2007, here are the developments and figures reported by Safaricom as of July 31, 2010 (http://www.safaricom.co.ke/mpesa_timeline/timeline.html): • 11.9 million registered customers, of which the majority are active. This corresponds to 73% of Safaricom’s customer base, 54% Kenyan adults, and 31% of the entire population. • 19,500 retail stores at which M-PESA users can cash-in and cash-out, of which nearly half are located outside urban centers. • US $415 million per month in person-to-person (P2P) transfers. On an annualized basis, this is equal to roughly 17% of Kenyan gross domestic product (GDP).9 Although transactions per customer have been on a rising trend, they remain quite low, probably still under two P2P transactions per month. • The average transaction size on P2P transfers is around US $33, but Vodafone has stated that half the transactions are for a value of less than US $10. • US $94 million in annual revenue in FY2010. This is equal to 9% of Safaricom revenues. • 19% of Safaricom airtime purchases are conducted through M-PESA. • There are 27 companies using M-PESA for bulk distribution of payments. Safaricom itself used it • to distribute dividends on Safaricom stock to 180,000 individual shareholders who opted to receive their dividends into their M-PESA accounts, out of a total of 700,000 shareholders.

  6. Key Success Factors M-PESA • Banyak studi yang sudah dilakukan untuk memahami, kenapa M-PESA sedemikian sukses di Kenya. Tiga factor sukses kunci yang sering menjadi acuan bagi sebuah sistem pembayaran (termasuk M-PESA) agar mencapai kesuksesan: • Conducive Environment. • Safaricom sebagai perusahaan operator seluler yang menguasai hampir 80% pasar di kenya, adalah perusahaan yang sangat dikenal sehingga memberikan rasa ‘aman’ kepada para pengguna. • Jaringan outlet / agen safaricom (airtime reseller) yang tersebar di seluruh pelosok negeri, sangat memudahkan para pengguna untuk memenuhi kebutuhan cash (cashin/cashout). • Kemudahan transaksi menggunakan handphone (technology, product, services). • Note: pada saat m-pesa di-launching, belum ada berbagai ‘aturan’ dari industri keuangan dan perbankan di Kenya yang mengatur ‘jenis sistem pembayaran baru’ ini. • Network Effect. Keberhasilan sebuah sistem pembayaran tergantung kepada jumlah pengguna. Semakin banyak pengguna, semakin sukses sebuah sistem pembayaran. Jumlah pelanggan seluler safaricom yang sangat banyak (80% market share di kenya), memungkinkan Safaricom untuk bergerak cepat mencapai “jumlah massa kritical” (critical mass). • Chicken-and-egg trap. Masalah ayam-dan-telor adalah masalah utama yang harus dihadapi sebuah sistem pembayaran baru. Sangat susah untuk ‘membujuk’ para calon pengguna apabila jumlah merchant yang menerima sistem pembayaran baru tersebut, masih sangat sedikit. Sebaliknya, sangat sulit membujuk para merchant agar bergabung dalam sebuah sistem pembayaran baru, apabila para pengguna masih sedikit. Safaricom memahami sekali hal ini, mengingat bahwa M-PESA adalah hasil pengembangan dari piloting project yang mereka lakukan sebelumnya: M-PESA berawal dari sistem pembayaran jasa laundri koperasi komunitas wanita kenya (chama). Safaricom berhasil membangun strategi untuk melakukan akuisisi pengguna dan merchant secara agresif dan simultan. • http://www.gsma.com/mobilefordevelopment/wp-content/uploads/2012/03/keystompesassuccess4jan69.pdfhttp://www.microfinancegateway.org/p/site/m/template.rc/1.9.43376/.

  7. Pelajaran dari M-PESA • M-PESA terbukti berhasil ‘menumbangkan’ berbagai sistem pembayaran existing : Visa, Master, KEPPS - Kenya Electronic Payment and Settlement System (RTGS-nya Central Bank of Kenya). • Harus dilakukan secara “silence”, harus “dipandang sebelah mata” oleh para penguasa sistem pembayaran. Hal ini karena: “Para ‘penguasa’ sistem pembayaran dan industri perbankan dimanapun akan berusaha semaksimal mungkin agar ‘tragedi’ kenya tidak terjadi lagi Mereka tidak boleh lagi kecolongan. Urusan sistem pembayaran adalah ‘urusan mereka’, bukan urusan orang lain”. • Critical Mass. Harus punya basis massa yang besar, sehingga dapat mencapai jumlah massa kritical dan terlepas dari jebakan ‘AYAM-TELUR’.

  8. Adopsi di Indonesia

  9. Approaches to Mobile Banking Telecommunications Approach: In this instance, a telecommunications company allows customers to add money to their mobile accounts much in the same way as one would for a pre-paid phone. Networks of mobile phone agents, who normally sell calling cards and air time for pre-paid mobile phones, essentially become bank tellers for m-banking services. Customers then have the option to use this money for additional needs beyond telephone calls. Bank-Based Approach: In these instances, banks establish mobile phone-based interfaces which allow customers to access their accounts and complete transactions, including deposits, withdrawals, transfers, bill payments and loan repayments, via their phones. In such instances, telecommunications companies play no role except to charge fees as they would for phone calls and text messages. Hybrid Approach: This model combines the two above, allowing a bank and a telecommunications company to collaborate in establishing a mobile banking product under a new name. Doing so allows banking to remain within the formal financial services sector – and be governed by existing regulations – while gaining two major benefits available from telecommunications companies: (i) tailored mobile services and (ii) access to their wide networks of agents (i.e., those shopkeepers who sell air time for various mobile phone operators). United States Agency for International Development (USAID

  10. Mobile WalletM-PESA ala Operator Seluler • T-Cash Telkomsel. • XL-Tunai. • Dompetku Indosat • FlexiCASH Telkom

  11. Rekening PonselM-PESA ala Bank Niaga CIMB • Rekening Ponsel adalah layanan dompet elektronik (electronic wallet) atau e-Wallet yangmenjadikan nomor ponsel sebagai semacam rekening bank. • Semua jenis nomor ponsel dapat didaftarkan menjadi rekening ponsel, tanpa harus membuka rekening CIMB Niaga terlebih dahulu. • Nomor ponsel digunakan sebagai media penyimpanan uang dan dapat digunakan untuk melakukan transfer baik ke sesama nomor ponsel maupun ke rekening bank CIMB dan Bank Lain, serta dapat digunakan untuk melakukan pengisian pulsa dan pembayaran tagihan. • Nasabah pemilik rekening Ponsel dapat menggunakan ATM untuk mengambil uang tunai dan transfer tanpa menggunakan KARTU ATM, hanya menggunakan kode yang dikirimkan melalui SMS ke handphone nasabah. • Berbekal izin Mobile Payment Service dari Bank Indonedia, tahun 2013 Bank Niaga CIMB aktif menjalin kerjasama membentuk agen-agen layanan rekpon (UPLK - Unit Perantara Layanan Keyangan)

  12. Branchless Banking Solusi Finansial Inklusi ala Bank Indonesia • Dalam rangka Finansial Inklusi, Bank Indonedia memperkenalkan model layanan bank tanpa kantor (Branchless Banking), yang diberi nama UPLK (Unit Perantara Layanan Keuangan). Ini adalah adopsi model keagenan M-PESA, dengan karakteristik sebagai berikut : • Tanpa melalui kantor cabang bank atau kantor kas. • Menggunakan agen yang bekerjasama dengan bank • Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri atau menggunakan agen • Fitur transaksi yang sederhana/basic feature • Layanan murah/low cost transaction • Ditujukan khususnya untuk segmen bawah atau unbanked • Sejak bulan oktober 2013 yang lalu, Bank Indonesia menggunakan istilah MOBILE PAYMENT SERVICE (MPS) untuk konsep branchless banking ini dengan alasan bahwa perusahaan telekomunikasi juga memiliki peran dalam sistem yang saat ini sedang diujicobakan.

  13. MPS (Mobile Payment Services)M-PESA ala Bank Indonesia • Bank Indonesia menyelenggarakan uji coba mobile payment services (MPS) pada pertengahan Mei 2013 hingga November 2013. Peserta uji coba : PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dan PT Bank Sinar Harapan Bali dari perbankan. • Sementara itu, untuk perusahaan telekomunikasi yang ikut serta adalah PT Indosat Tbk dan PT XL Axiata Tbk. • Masing-masing dibatasi (wilayah uji coba) di tiga kecamatan, terpusat di Jawa-Bali. • Dalam uji coba ini, bank sentral mengizinkan baik bank maupun perusahaan telekomunikasi untuk menggunakan jasa Unit Perantara Layanan Keuangan (UPLK) atau Unit Perantara Layanan Sistem Pembayaran (UPLSP) sebagai perpanjangan tangan untuk menjangkau masyarakat.

  14. Pendekatan Alternatif: Telco - Micro Finance Institution • Telkom, sebagai perusahaan telco yang "well-known" dengan resources yang tidak terbatas, memberikan rasa aman kepada para calon pengguna: faktor sukses kunci pertama elemen pertama. • Lembaga Keuangan Mikro yang tersebar sampai ke pelosok desa, memberikan kemudahan akses tunai kepada para pengguna. • Pencapaian massa kritikal mengingat jumlah anggota / nasabah LKM yang secara akumulatif jauh lebih besar daripada jumlah nasabah Bank Umum, dan secara sosiologis lebih mudah di-kondisikan dikarenakan sifat keanggotaan / nasabah yang berbasis komunitas: faktor sukses kunci kedua. • Chicken-and-Egg Trap: melalui lembaga-lembaga keuangan mikro, sangat mudah untuk membangun ekosistem-ekosistem merchant-customer dalam skala mikro, berbasis komunitas, basis layanan, basis produk dan basis area.

  15. USSI PINBUK GRUP: MITRA STRATEGIS • Kompetensi: USSI Pinbuk Grup adalah perusahaan yang fokus sebagai penyedia produk dan service teknologi informasi untuk Lembaga Keuangan Mikro. • Produk ViPMobile dan Pinbuk Micro Payment yang sudah production dan ter-intrgrasi dengan core-banking ribuan lembaga keuangan mikro di. Indonesia. • Massa Kritikal: Jumlah client existing pengguna aplikasi core-banking system yang cukup banyak: 700 Bank Perkreditan Rakyat, Ribuan BMT dan koperasi, ratusan Lembaga Perkreditan Desa... And still counting. • Pengalaman: spesialis lembaga keuangan mikro sejak tahun 1996. • USSI PINBUK Grup dilahirkan dan dimiliki oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis), lembaga yang selama 18 tahun telah menumbuh kembangkan ribuan lembaga keuangan mikro syariah di seluruh Indonesia. • Jaringan support USSI PINBUK grup yang tersebar di seluruh Indonesia, baik support teknis maupun support pendampingan bisnis dan advokasi lembaga-lembaga keuangan mikro.

  16. Assumptions & Requirements Assumptions • Koperasi boleh menyelenggarakan layanan transaksi pembayaran dan pembelian non-tunai menggunakan HP untuk anggotanya. • Koperasi boleh menyelenggarakan layanan transfer antar anggota koperasi Requirements • Perlu adanya lembaga / badan usaha yang dipercaya oleh koperasi yang berfungsi untuk melakukan settlement untuk transaksi antar koperasi. • Perlu adanya lembaga / badan usaha yang mempunyai izin KUPU untuk penyelenggaraan layanan remittance. • Perlu adanya lembaga / badan usaha yang mempunyai izin mobile money.

  17. TELKOM &USSI PINBUK GRUPmelangkah bersama,membangun Micro Payment Gatewaymenujuterbentuknya National Payment GatewayYang Sehat, Adil dan Berpihak ke Ekonomi KerakyatanCashlessLiterasiFinansial inklusi

  18. MEWUJUDKAN USSI GROUP SEBAGAI PERUSAHAAN IT YANG MEMILIKI INTEGRITAS, LAYANAN PRIMA DAN BERPERAN AKTIF DALAM TRANSFORMASI INDUSTRI KEUANGAN MIKRO MENJADI PELAKU UTAMA PEREKONOMIAN INDONESIA PADA TAHUN 2017   VISI USSI

  19. LEMBAGA KEUANGAN MIKROVSMOBILE PAYMENT SERVICE

  20. So, Bagaimana Peran & Nasib lembaga-lembaga keuangan mikro?: • BPR / BPRS • Koperasi (KSP, BMT, BQ, ...) • Lembaga Keuangan Mikro non-koperasi (LPD - Lembaga Perkreditan Desa Bali...)

  21. MPS (Branchless Banking) VS LKM (Koperasi, BPR, ...) • Coverage: Bank akan ber-operasi sampai ke pelosok, yang selama ini menjadi area kerja Koperasi. • Services: Fitur layanan MPS pada kenyataannya bukan merupakan produk yang sederhana / basic feature; tentunya tidak bisa ditandingi oleh Koperasi yang hanya terbatas pada fitur basic. • Low Cost. Menggunakan rekening ponsel, tanpa adanya biaya operasional kantor, tanpa biaya investasi kantor: mengakibatkan biaya transaksi yang sangat murah yang tidak mungkin ditandingi oleh Koperasi. • Trust. Tingkat kepercayaan ke Bank hampir pasti tidak mungkin lebih kecil daripada ke Koperasi.

  22. DSP, Mandiri Mikro: Tidak bisa dibendung MPS MENGANCAM Eksistensi dan Bisnis LKM

  23. Our Solution: Virtual Payment Mobile

  24. Rekening Henpon ViPMobile

  25. ViPmobile: • Model Rekening Ponsel (No handphone sebagai no rekening) • Rekening berbasis simpanan anggota. Rekening Ponsel = Simpanan Anggota • Multi Features • Low Cost Implementation & Operation • Transaksi dan settlement realtime antar Koperasi (transaksi antar Koperasi). • Fee-based Income untuk Koperasi. • Kemandirian Gerakan Koperasi. Koperasi sebagai Subyek, bukan Obyek. • Koperasi sebagai PENYELENGGARA Rekening Ponsel, bukan sebatas AGEN Bank. • Embrio Sistem Pembayaran Micro Finance - MPG Micro Payment Gateway) • Memungkinkan untuk "Integrasi" rekening Koperasi dengan Rekening Bank Umum melalui model host-to-host Co-Branding: • Setiap satu rekening di bank, "terhubung" dengan satu rekening di Koperasi. • Saldo rekening tetap tersimpan di Koperasi, hanya sebagian saldo yang tersimpan di Bank untuk meng-cover transaksi harian. • Nasabah tetap menjadi anggota / nasabah koperasi, tapi dapat menikmati semua fasilitas layanan dari Bank. • Efektifitas penyaluran kredit channeling via Koperasi, karena proses "Know Your Customer" sudah terpenuhi (nasabah Koperasi adalah nasabah Bank). • Efisiensi penyaluran kredit channeling via Koperasi, karena proses marketing dan pengelolaan otomatis menjadi beban Koperasi.

  26. Cek Saldo • Mutasi Transaksi • Transfer dana: • Account to Account • Cash to Account • Cash to Cash • Cash to POS, BRI • Transfer to Bank Account • Payment • Purchase • Recruit / Registration ViPMobile Features Rp. Menggunakan perangkat mobile

  27. Transfer the magnificent • Transfer ke rekening sesama LKM • Transfer ke rekening beda LKM • Transfer ke rekening bank umum manapun • Transfer ke orang tanpa rekening (unbanked)

  28. Menu Utama

  29. Purchase

  30. Bill Payment

  31. Transfer

  32. Transfer via Rekpon VipMobile

  33. Transfer via Remittance Company

  34. Transfer via Remittance Company Delima Telkom

  35. Transaksi dapat dilakukan dengan sambungan koneksi internet menggunakan jaringan GPRS, akses WIFI / WAP (wireless application protocol) untuk aplikasi internet banking dan mobile banking (Android version) serta melalui SMS (short message service) untuk SMS Banking. Connection

  36. Sistem sekuriti untuk layanan transaksi adalah hal penting bagi kami. Menggunakan perangkat keras dan lunak pada aplikasi dengan standar ISO 8583, keyakinan kami nasabah pengguna layanan ini akan secara signifikan bertambah. Standard & Security

  37. Penggunaan sistem ini, sangatlah aman. Karena data transaksi dan informasi pelanggan lain tidak disimpan pada perangkat mobile. Data & Information nothing Secured data

  38. Nasabah lembaga financial diluar kota besar, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pengguna layanan ini. Dengan populasi yang sangat besar, merupakan satu kunci pengembangan produk ini Rural AREAS

  39. Produk berteknologi tinggi, dengan biaya investasi yang rendah, produk ini adalah satu solusi yang sangat efektif untuk dapat mengembangkan penambahan nasabah. Cost Effective Solution

  40. Pasar yang belum menggunakan layanan ini sangat luas, maka akan sangat diyakinkan pengguna layanan ini akan bertambah dan menyebar luas dengan sangat signifikan dimasa mendatang. Bright & expected in the future

  41. Reference • http://www.gsma.com/mobilefordevelopment/wp-content/uploads/2012/03/keystompesassuccess4jan69.pdf • http://www.microfinancegateway.org/p/site/m/template.rc/1.9.43376/ • http://en.wikipedia.org/wiki/M-Pesa • http://www.gsma.com/mobilefordevelopment/wp-content/uploads/2012/06/afinancialanalysisofmobilemoneyservices.pdf • http://www.safaricom.co.ke/mpesa_timeline/timeline.html • http://martinpasquier.com/2013/11/22/a-brief-history-of-kenya-mobile-money-system-m-pesa/ • http://www.cgap.org/blog/10-things-you-thought-you-knew-about-m-pesa • http://www.thinkm-pesa.com/2013/02/interesting-facts-about-mobile-money-in.html • http://www.afrimind.org/article/11/why-is-m-pesa-so-successful-in-kenya.html

More Related