410 likes | 1.49k Views
Sakramen Untuk Pelayanan Persekutuan & Perutusan. 1. Sakramen Penahbisan (imamat) 2. Sakramen Perkawinan Sakramen tersebut memberikn rahmat khusus u/ perutusan tertentu di dlm Gereja u/ melayani & membangun Umat Allah.
E N D
Sakramen Untuk Pelayanan Persekutuan & Perutusan • 1. Sakramen Penahbisan (imamat) • 2. Sakramen Perkawinan Sakramen tersebut memberikn rahmat khusus u/ perutusan tertentu di dlm Gereja u/ melayani & membangun Umat Allah. Sakramen ini memberikan sumbangan dgn cara yg khusus pd persekutuan Gerejawi & penyelamatan orang2 lain.
Sakramen Penahbisan Sakramen Imamat sering disebut dengan Sakramen Tahbisan = Sakramen Wisuda. Dengan Tahbisan, seseorang menjadi Pemimpin dalam Gereja. Dulu pernah salah dipahami bahwa Sakramen Imamat/Tahbisan ini hanya untuk Pemimpin Ekaristi – memberi absolusi dalam Sakramen Tobat saja. Dengan Sakramen Imamat seseorang diangkat / diwisuda untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda & Roh Allah
Sakramen penahbisan • Tahbisan menunjukkn tingkatan gerejawi yg dimasuki o/ seseorang melalui upacara pengudusan khusus (ordinasi) • Melalui rahmat khusus Roh Kudus, sakramen ini membuat org yg ditahbiskan mmpu melaksanakn kuasa suci (pimpin pelayanan sakramen2)atas nama & wewenang Kristus u/ pelayanan umat
Penahbisan • Dalam PL, ada imamat Harun, dan penetapan 70 Penatua (Bil 11:25) • Harun, dan penatua: memimpin upacara/ritual untuk mendamaikan Allah-manusia • Yesus: pengantara: Allah & manusia (1 Tim 2:5) • Yesus : sungguh Allah, sungguh manusia • Imamat Kristus yg tunggal dihadirkan melalui imamat jabatan
3 tingkatan sakramen penahbisan • Diakonat (diakon) • Presbiterat (imam, pastor,romo) • Episkopat (Uskup)
Buah penahbisan episkopat: • Memberikan kepenuhan sakramen penahbisan • Menjadikan uskup menjadi penerus sah para rasul & mengitegrasikannnya ke dlm kolegium para uskup untuk bersama2 paus melayani seluruh Gereja • Memberi wewenang: mengajar, menguduskan, & memerintah (memimpin)
Wewenang uskup • Uskup diserahi tanggungjawab u/ mengurus Gereja partikular, ia kepala yg kelihatan dan dasar dari kesatuan bagi Gereja partikular tsb. • Demi Gereja & wakil Kristus, uskup menjalankan wewenangnya sebagai Gembala, dibantu Pastor dan Diakon • Tugas gembala: melayani 7 sakramen, mengarahkan umat pd Yesus
Buah penahbisan presbiterat: • Pengurapan Roh memetaraikan imam dgn suatu meterai rohani yg tak dapat dihapus • Menjadikan ia serupa dgn Kristus, sang Imam Agung • Memampukan imam bertindak atas nama Kristus • Sebagai rekan kerja uskup: imam mewartakan Injil, memimpin sakramen-sakramen atau upacara tertentu, menjadi gembala umat beriman
Buah penahbisan diakonat • Diakon dipersatukan dgn Kristus Sang pelayan untuk semua, ditahbiskan untuk pelayanan Gereja • Diakon melaksanakan tugasnya dibawah wewenang uskup dalam pelayanan Sabda, upacara liturgi, reksa pastoral, dan karya karitatif (pelayanan sosial, cintakasih)
Ritus penahbisan • Sakramen ini dilaksanakan dalm tingkatannya, dgn cara penumpangan tangan ke atas kepala yg akan ditahbiskan o/ uskup yg mengucapkan doa agung Penahbisan • Dlm doa, uskup mohon pencurahan Roh Kudus & anugerah Roh sesuaii dg pelayanan yg dimaksud
Pelayan sakramen penahbisan: HANYA USKUP Penerima sakramen penahbisan: • Semua orang pria/laki-laki yang tidak terikat pernikahan, yang beragama / iman Katolik • Dewasa dalam kepribadian – iman • Telah mendapatkan pendidikan cukup di Seminari Tinggi
Pendidikan menjadi pastor: • Tahap pembinaan rohani: 1-2 th • Tahap Filosofan (studi Filsafat): 4 th • Tahap TOP (TahunOrientasi Pastoral) 1 th • Tahap Teologan (studi Teologi): 2 thn • Tahap Diakonat: +/- 6 bulan di Paroki lagi(Diakon sudah termasuk Klerus, artinya bukan awam, karena sudah ditahbiskan sebagai Diakon)
Syarat penerima sakramen penahbisan • Wajib selibat, tidak menikah. • Sebab, hendak meneladani cara hidup Yesus, yg selibat sampai mati.
Sakramen Perkawinan • Allah menciptakan laki-laki & perempuan u/ saling mencintai. • Allah memanggil manusia pada persatuan hidup yg intim & cinta dalam perkawinan • Allah bersabda & memberkati manusia:”Beranakcuculah & bertambahlah banyak” (Kej 1:28)
7an Allah menetapkan perkawinan? • Perkawinan laki-laki & perempuan didasarkan & didukung dg hukum2 sendiri o/ Sang Pencipta, menurut kodratnya ber7an u/ persatuan & kebaikan pasangan & menurunkan serta mendidik anak2 • Persatuan perkawinan ini tak dp diceraikan: “Apa yang telah dipersatuakan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mrk 10:9)
Perkawinan dalam PL • Allah membantu umat u/ mendalami kesatuan mendalam dan ketakceraian perkawinan. • Perjanjian perkawinan antara Allah & Israel mempersiapkn & lambangkn awal perjanjian Baru yg ditetapkan Yesus.
Unsur baru yg diberikan Yesus • Yesus mengangkat perkawinan ke dalam martabat sakramen; memberikan kepada kedua mempelai suatu rahmat khusus u/ hayati perkawian sebg simbol cinta Kristus u/ Gereja.
Apakah semua orang harus menikah? • Perkawinan bukan keharusan bagi tiap orang. • Alah memanggil semua orang untuk hidup kudus, sempurna seperti BAPA di Surga adalah sempurna.
Pelaksanaan saramen perkawinan: • S. perkawinan menetapkan kedua mempelai dlm sebuah statuspublik kehidupan dalam Gereja • Pelaksnaan liturginya bersifat publik, di hadapan imam dan para saksi lainnya.
Kesepakatan perkawinan • kedua mempelai mengungkapkan kehendak untuk saling memberikan diri mereka satu sama lain dg 7an u/ hidup bersama dlm perjanjian cinta yg setia dan subur. • Sadar, bebas, tanpa kekerasan atau paksaan
Buah dari sakramen Perkawinan • Menetapkan ikatan kekal & eksklusif antara kedua mempelai • Perkawinan yg dilaksanakan secara sah (ratum) dan disempernakan dgn persetubuhan (consumatum) menjadi sebuah sakramen, tanda dan sarana penyelamatan Allah, tidak dapat diceraikan. • Memiliki tanggungjawab mendidik & rawat anak2
Tujuan dan sifat dasar perkawinan • Saling membahagiakan (unitif), mencapai kesejahteraan suami-istri • Terarah pada keturunan (prokreatif). • Menghindari perzinaan dan penyimpangan seksual. • Dalam perkawinan Katolik: kemandulan, baik salah satu maupun kedua pasangan, tidak membatalkan perkawinan, dan tidak menjadi alasan untuk meninggalkan pasangan
Jika salah satu mempelai bukan Katolik? • Perkawinan campur: Katolik – Kristen: harus ada izin dari Uskup • Perkawinan disparitas kultus: Katolik – non katolik, memerlukan dispensasi dari Uskup • Perlu ditekankan bahwa pihak Katolik punya kewajiban, yg diketahui pihak non katolik,: untuk tetap menghayati imannya dan membaptis & besarkan anak2 secara Katolik.
Halangan-halangan perkawinan kodrati • impotensi seksual yang bersifat tetap • ikatan perkawinan sebelumnya • hubungan darah dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah
Halangan gerejani: • Umur: pria < 20 th & wanita < 18 th • Halangan Tahbisan Suci • Kaul religius • Halangan Kejahatan • Hubungan darah: sepupu, semenda (persaudaraan antara suami dengan saudara-saudari istrinya, dan sebaliknya. Yang menjadi halangan hanya pada garis lurus dan untuk semua tingkat • Halangan Pertalian Hukum timbul dari adopsi. Ini menjadi halangan, dalam garis lurus; Dalam garis menyamping hanya untuk tingkat dua saja (anak kandung – anak angkat). • Halangan Beda Agama • Halangan Beda Gereja
Dosa yg bertentangan dg Sakramen perkawinan • Perzinahan dan poligami (poliandri); sebab hal itu sungguh bertentangan dgn martabat kesetaraan laki-laki dan perempuan dan dg kesatuan eksklusivitas cinta perkawinan • Penolakan secara sadar untuk kemungkinan memiliki anak • Perceraian
Sakramen perkawinan • Di dalam perkawinan Katolik tidak ada perceraian • Pembatalan perkawinan dimungkinkan, ada proses yg dilalui • Pisah ranjang: ada izin dari uskup • Jika ada yg bercerai secara sipil: mereka tidak boleh terima komuni, tidak diabsolusi jika situasi itu tidak berubah secara objektif
Keluarga: Ekklesia Domestica • Keluarga menampilkan & hayati kodrat keluarga & komunal Gereja sebagai keluarga Allah. • Tiap anggota keluarga melaksanakan imamat baptisan sesuai kemampuan& menjadikan keluarga sebagai sebuah komunitas rahmat, doa sekolah keutamaan manusiawi & kristiani & t4 iaman pertamakali diwartakan kepada anak