150 likes | 316 Views
BAB VIII. PERATURAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI DI INDONESIA. A. Pendahuluan.
E N D
BAB VIII PERATURAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI DI INDONESIA
A. Pendahuluan • TeknologiInformasiadalahsuatuteknologi yang digunakanuntukmengolah data, termasukmemproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalamberbagaicarauntukmenghasilkaninformasi yang berkualitas, yaituinformasi yang relevan, akuratdantepatwaktu, yang digunakanuntukkeperluanpribadi, bisnis, danpemerintahandanmerupakaninformasi yang strategisuntukpengambilankeputusan. Teknologiinimenggunakanseperangkatkomputeruntukmengolah data, sistemjaringanuntukmenghubungkansatukomputerdengankomputer yang lainnyasesuaidengankebutuhan, danteknologitelekomunikasidigunakan agar data dapatdisebardandiaksessecara global.
Teknologiinformasi (information, communication and technology/ICT) adalahalat bantu untukmeningkatkananekakegiatanmanusia. Dalamperkembangannya, ICT kinitelahmenjadikebutuhanutamamasyarakatkhususnyamereka yang beradadikotabesar. Implikasidarisebuahfenomenatentunyatidakselalubermanfaatbagipenggunanya, namunjugamenimbulkandampaknegatif. Demikianjugadengan ICT.
Perkembanganteknologikomunikasidaninformasidi Indonesia harusdiimbangidengankesiapaninfrastrukturstrategisuntukmeminimalisirdampaknegatif. Antara lain sektorperaturan (policy/regulation), kesiapanlembaga (institution) dankesiapansumberdayamanusia (people), khususnyadibidangpengamanan. Sehinggateknologiinformasidapatmendukungpeningkatanproduktifitasmasyarakatdisemuasektorsecaratepatgunadanamansehinggamencapaikualitashidup yang lebihbaiklagi.
B. Tujuan Perkembangan Teknologi • TujuanPerkembanganteknologiinformasidapatmeningkatkankinerjadanmemungkinkanberbagaikegiatandapatdilaksanakandengancepat, tepatdanakurat, sehinggaakhirnyaakanmeningkatkanproduktivitas. Perkembanganteknologiinformasimemperlihatkanbermunculannyaberbagaijeniskegiatan yang berbasispadateknologiini, seperti e-government, e- commerce, e-education, e-medicine, e-e-laboratory, danlainnya, yang kesemuanyaituberbasiskanelektronika.
C. Peraturan Perundangan di Indonesia • Menurut PP No. 52 Tahun 2000 tentangPenyelenggaraan Telekomunikasi, internet dimasukankedalamjenisjasa multimedia, yang didefinisikansebagaipenyelenggaraanjasatelekomunikasi yang menawarkanlayananberbasisteknologiinformasi. Hal tersebutmenunjukkanbahwapengaturanmengenai internet termasukdidalamrejimhukumtelekomunikasi.
Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang barumulaiberlakutanggal 8 September 2000, mengaturbeberapahal yang berkenaandengankerahasiaaninformasi, antara lain Pasal 22 yang menyatakanbahwasetiaporangdilarangmelakukanperbuatantanpahak, tidaksah, ataumemanipulasi (a) akseskejaringantelekomunikasi; danatau (b) akseskejasatelekomunikasi; danatau (c) akseskejaringantelekomunikasikhusus. Bagipelanggarketentuantersebutdiancampidanapenjaramaksimal 6 tahundan/ataudendamaksimalRp. 600 juta.
KemudianPasal 40 menyatakanbahwasetiaporangdilarangmelakukanpenyadapanatasinformasi yang disalurkanmelaluijaringantelekomunikasidalambentukapapun. Bagi yang melanggarketentuantersebutdiancampidanapenjaramaksimal 15 tahunpenjara. • UU Telekomunikasi jugamengaturkewajibanpenyelenggarajasatelekomunikasiuntukmerahasiakaninformasi yang dikirimdanatauditerimaolehpelangganjasatelekomunikasimelaluijaringantelekomunikasidanataujasatelekomunikasi yang diselenggarakannya (Pasal 42 ayat 1). Bagipenyelenggara yang melanggarkewajibantersebutdiancampidanapenjaramaksimal 2 tahundan/ataudendamaksimalRp. 200 juta.
D. Masalah Penegakan Hukum • Melihatsecaracermatketentuan-ketentuandalam UU Telekomunikasi tersebut, adabeberapapermasalahan yang dapatdikemukakan : • Mengapauntukkepentinganprosesperadilanpidana, suatuinformasidijaringantelekomunikasidapatdirekamataudiperiksahanyaataspermintaantertulisdariJaksaAgung, KepalaKepolisian RI ataupenyidik yang diamanatkansuatuundang-undangtertentu? PadahalmenurutKitabUndang-undangHukumAcaraPidana (KUHAP) padapasal 47 ayat 1 ditegaskanbahwauntukmembuka, memeriksadanmenyitasurat yang dikirimmelaluikantor pos dantelekomunikasi, jawatanatauperusahaankomunikasiataupengangkutan, seorangpenyidikharusmendapatizinkhusus yang diberikanuntukitudariketuapengadilannegeri, jikabendatersebutdicurigaidenganalasan yang kuatmempunyaihubungandenganperkarapidana yang sedangdiperiksa.
Ketimpangan yang terlihatdiatasjelasharusmendapatperhatianserius, sebabbagaimanapunjugaKejaksaanAgungdanKepolisian RI, termasukdalamhalinipenyidik yang berstatuspegawainegeri, adalah “bagian” darieksekutif/pemerintah. Tidakmenutupkemungkinankewenangandari UU Telekomunikasi tersebutdapatdenganmudahdisalahgunakanpemerintahuntuk “memata-matai” lawan-lawanpolitiknya.
2. Apakahrekamaninformasidari internet dapatdikategorikansebagaialatbuktidipengadilan? Internet sebagaisuatu media elektronikmultirupadapatberisitulisan, gambardansuaradalamsatutampilansekaligus, sedangkanalatbukti yang sahmenurut KUHAP adalah: keterangansaksi, keteranganahli, surat, petunjuk, danketeranganterdakwa. Hal iniperlumendapatperhatian, jangansampaitindakan yang melanggarprivacytersebuttidakberartiapa-apapadasaatdibawakepengadilan.
3. Bagaimanajikapelanggarankerahasiaaninformasimilikorang Indonesia dilakukandariluarwilayah Indonesia? Di internet, sebagaisuatujaringanlintasbatasnegara, sangatterbukapeluangterjadinyahaltersebut.
KitabUndang-undangHukumPidana (KUHP) mengaturkeberlakuanketentuanhukumpidana Indonesia terhadaptindakpidana yang dilakukanolehwarganegara Indonesia maupunwargaasingdiluarwilayah Indonesia. Sayangnyapengaturantersebutsangatterbatas, sebagaimanadiaturpadaPasal 4 KUHP yang menyatakanbahwaketentuan-ketentuanhukumpidana Indonesia berlakubagisiapasaja, yang diluarwilayah Indonesia telahmelakukan: (1) kejahatanterhadapkeamanannegara RI, sepertimisalnyapemberontakan, makar, usahamembunuhKepala Negara, menghinaataupunmenyerangsecarafisikKepala Negara; (2) pemalsuanmatauang Indonesia, ataupemalsuansegelataumerk yang dikeluarkanpemerintah Indonesia; dan (3) pemalsuansurat-suratutangatasbeban Indonesia ataudaerahnya. Pasal 8 KUHP memperluasketentuantersebutsampaimengenaikejahatanpelayaran, yang termuatdalamtitel XXIX Buku II KUHP, danpelanggaranpelayaran, yang termuatdalamtitel IX Buku III KUHP.
UU Telekomunikasi sendiritidakmengatursecarakhususmengenaipelanggarankerahasiaaninformasi yang dilakukandariluarwilayah Indonesia. Undang-Undang No. 1 Tahun 1979 tentangEkstradisi pun tidakmemasukkantindakpidanadibidangtelekomunikasi, khususnyapelanggaranterhadapkerahasianinformasi, sebagaisalahsatukejahatan yang pelakunyadapatdiekstradisikan. Begitu pula dalambeberapaperjanjianekstradisiantara Indonesia dengannegara lain, tindakpidanatersebutjugatidakdimasukkandalamdaftarkejahatan yang pelakunyadapatdiekstradisikan. Padahalbocornyasuatuinformasi yang dirahasiakanbukanmustahilakanmenimbulkankerugianbesar, baikdarisegimorilmaupunmateril.
4. Apakahaparatkepolisiandanpenyidik yang dimaksudoleh UU memilikikeahliandansarana yang memadaiuntukmenanganipelanggarankerahasiaaninformasidi internet? Kepolisian RI memangtelahmemilikisuatuseksikhususuntukmenanganikejahatan yang berkaitandenganpenggunaankomputer, yaituForensikKomputer(http://www.polri.mil.id/), namunapakahseksikhusustersebutjugadipersiapkanuntukmenanganikejahatandi internet (cybercrime), mengingatpersoalan yang dihadapitidaksesederhanapenanganankejahatankomputerbiasa.