210 likes | 599 Views
Avian Influenza. Oleh:. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Penyebab. Avian Influenza atau Flu Burung merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus, yaitu Orthomyxoviridae tipe A , yang menyerang ayam, burung, itik, kalkun, angsa dan sebagainya.
E N D
Avian Influenza Oleh: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen
Penyebab • Avian Influenza atau Flu Burung merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus, yaitu Orthomyxoviridae tipe A, yang menyerang ayam, burung, itik, kalkun, angsa dan sebagainya. (www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/avianflu_htm)
Sifat Virus Kelemahan virus tersebut adalah tidak tahan panas. Pada daging akan mati pada suhu 80 0 C selama 1 menit. Pada telur akan mati pada suhu 64 0 C selama 4,5 menit. (Deptan RI, 2005)
Hewan peka AI di Indonesia: ayam ras, ayam buras, burung puyuh,itik, entog, angsa, burung unta, merpati, merak, perkutut, burung rangkong, kakaktua, dll. Hewan peka dan terdeteksi positif AI di Indonesia: ayam layer, broiler, puyuh, itik, beberapa jenis burung di Kebun Binatang Ragunan, babi (Tangerang). (Haryono, 2005)
Patogenesis AIV Unggas HPAIv LPAIv Alat pernafasan & Alat pernafasan dan Pencernaan pencernaan Viremia Infeksi sekunder Tidak ada infeksi Seluruh jaringan sekunder Kematian tinggi kematian rendah tidak 40-100% 3-5% terdapat kematian
Gejala Klinis (HPAI= Highly Pathogenic Avian Influenza) • Kematian mendadak • Kelemahan, cangkang telur lembek, diare profus, keluar leleran dari hidung dan mulut • Pial dan gelambir mengalami pembengkakan dan berwarna kebiruan (sianosis). • Edema bawah kulit sekitar leher sering pula dijumpai pada penyakit AI. • Pendarahan meluas atau bintik-bintik sering dijumpai pada mukosa trakea, proventrikulus, usus, lapisan lemak, otot dada dan kaki.
Low Pathogenic AI • Pada AI yang kurang ganas, gejala pernafasan lebih menonjol disamping depresi, kurang nafsu makan, produksi telur turun, pembengkakan pada kepala terrmasuk pial dan gelambir. (Deptan RI, 2005)
Perubahan Patologi Ayam • Mungkin tidak ditemukan lesi pada kasus yang mati secara tiba-tiba. • Kongesti berat pada otot. • Dehidrasi. • Edema subkutan pada daerah kepala dan leher. • Leleran ekskresi dari hidung dan mulut. • Kongesti berat pada konjungtiva mata, kadang-kadang disertai petechie. • Cairan eksudat dalam trachea atau dapat juga disertai hemorragik tracheitis. • Petechie pada sternum, pada serosa dan lemak abdominal, permukaan serosa dalam rongga tubuh. • Kongesti berat pada ginjal dan kadang-kadang disertai deposit urat dalam tubuli ginjal. • Hemorragi dan degenerasi ovarium. • Hemorragi pada permukaan mukosa proventrikulus, terutama pada batas dengan gizard. • Hemorragi dan erosi pada garis dari gizard. • Foki hemorragik pada jaringan limfoid usus. (Haryono, 2005)
Cara Penularan • Cairan/ lendir yang berasal dari lubang hidung, mulut, mata (konjungtiva), dan lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit ke lingkungan. • Kontak langsung dengan ayam sakit. • Secara tidak langsung melalui pakan, air minum, pekerja kandang, dan peralatan peternakan, rak telur, keranjang ayam dan alat transportasi yang tercemar AI. • Unggas air yang berperan sebagai reservoir virus AI melalui virus yang ada pada saluran intestinal dan dilepaskan melalui kotoran. (www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facs.htm)
Pencegahan dan Pemberantasan • Peningkatan Biosekuriti • Biosekuriti dilakukan antara lain dengan: isolasi, kontrol lalu lintas ternak/ orang/ alat/ kendaraan serta peningkatan sanitasi. • Intensifikasi pengamanan lingkungan (untuk peternak rakyat, agar terrnaknya tidak diumbar, tetapi supaya dikandangkan). • Semua ternak yang mati harus dikubur dengan kedalaman ± 1 m dan diberi kapur/ dibakar. • Semua ternak tidak sehat (sakit) harus dimusnahkan (stamping out).
Ternak-ternak yang masih sehat dilakukan vaksinasi secara rutin. • Menjaga kesehatan badan pekerja kandang antara lain dengan memakai masker N 95, kacamata renang, sarung tangan, sepatu boots, dan mencuci tangan sesering mungkin. (Deptan RI, 2005)
Pengisian Kembali (Restocking) • Peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali 30 hari setelah pengosongan kandang. • Sebelumnya harus dipastikan semua tindakan dekontaminasi (desinfeksi) dan disposal (pembakaran/ penguburan) sesuai prosedur yang telah dilaksanakan (Deptan RI, 2005)
Pelaporan Kematian Unggas : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen Jl.Anggrek 32 Sragen (0271) 891051 Staf Teknis Peternakan di Kecamatan atau perangkat desa setempat
Daftar Pustaka www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/avianflu_htm, 2006, Avian Influenza A Virus www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facs.htm, 2006, Avian Influenza Virus in Poultry Haryono, 2005, Penanggulangan Avian Influenza dan Kondisi Terkini, Seminar AI 2005 Anonim, 2005, Gejala Klinis Flu Burung, leaflet, Departemen Pertanian RI