1 / 44

Bab 4. Manajemen IP

Bab 4. Manajemen IP. Pengalamatan IP. Di dalam jaringan TCP/IP setiap terminal diidentifikasi dengan sebuah alamat IP unik. Kecuali Router dapat memiliki lebih dari sebuah alamat IP, karena itu disebut sebagai Multihomed Device. Ilustrasi Pengalamatan IP. Source: www.tcpipguide.com.

Download Presentation

Bab 4. Manajemen IP

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Bab 4.Manajemen IP

  2. Pengalamatan IP • Di dalam jaringan TCP/IP setiap terminal diidentifikasi dengan sebuah alamat IP unik. • Kecuali Router dapat memiliki lebih dari sebuah alamat IP, karena itu disebut sebagai Multihomed Device.

  3. Ilustrasi Pengalamatan IP Source: www.tcpipguide.com

  4. Badan Internasional Pengelola IP • Di Asia Pasific pengelolaan IP dilakukan oleh Asia Pacific Network Information Center (APNIC). • APNIC bertugas sebagai pembagi blok nomor IP dan nomor Autonomous System (AS) kepada para ISP di kawasan Asia Pasific, selain itu juga mengelola authoritative resgistration server (whois) dan reverse domains (in-addr.arpa).

  5. Badan Internasional Pengelola IP • Selain APNIC badan-badan lain yang bertugas melakukan manajemen IP ini antara lain : - America Rregistry for Internet Number (ARIN) - Reseaux IP Europeens (RIPE) - African Regional Internet Registry Network Information Center (AFRINIC) • Koordinasi Internasional dari ke-empat badan tersebut dipegang oleh International Assigned Number Authority (IANA).

  6. Konversi Biner - Desimal • Setiap 8 bit nomor IP dapat dikonversi ke desimal dengan komposisi : (x*27+x*26+x*25+x*24+x*23+x*22+x*21+x*20), Atau (x*128+x*64+x*32+x*16+x*8+x*4+x*2+x*1),

  7. Contoh: • Sehingga untuk menghitung bentuk desimal dari 11001011 dapat dilakukan dengan : =1*128+1*64+0*32+0*16+1*8+0*4+1*2+1*1 = 128 + 64 + 0 + 0 + 8 + 0 + 2 + 1 = 203

  8. Konversi Biner – HexaDesimal - Biner • Angka Hexadesimal mengandung: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F • Contoh: 11000011.10001101 C 3 . 8 D • Note: Format HexaDesimal dipakai untuk pengalamatan IPv6.

  9. Contoh: Source: www.tcpipguide.com

  10. Konversi Desimal - Biner • Untuk mengubah desimal menjadi biner dapat dilakukan dengan melakukan pengurangan dengan kelipatan pengalian diatas, jika dikurangi bisa maka diberi angka 1 dan jika tidak bisa diberi angka 0.

  11. Contoh: 203 - 128 = 75  1 75 - 64 = 11  1 11 - 32  0 11 - 16  0 11 - 8 = 3  1 3 - 4  0 3 - 2 = 1  1 1 - 1 = 0  1 Hasilnya yang berada di kanan anak panah ditulis dari atas kebawah menjadi 11001011.

  12. Kategori Pengalamatan IP • Ada 3 macam kategori pengalamatan IP, yaitu: - Classfull Addressing (conventional): pengalamatan berdasarkan kelas, tanpa perlu ada subnetting. - Subnetted Classfull Addressing: pengalamatan dengan subnetting. - Classless Addressing: CIDR

  13. Mengapa SubNetting? • SubNetting adalah proses membagi sebuah network menjadi beberapa Sub-network. • Sebagai contoh, dalam sebuah jaringan lokal yang menggunakan alamat kelas B 172.16.0.0 terdapat 65.534 host address. • Efisiensi pengelolaan jaringan dapat ditingkatkan dengan cara melakukan subnetting terhadap network tersebut.

  14. Mengapa SubNetting (Cont.) • Alasan-alasan perlunya dibentuk subnetting antara lain : - Memudahkan pengelolaan jaringan. - Mereduksi traffic yang disebabkan oleh broadcast maupun benturan (collision). - Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang lebih jauh (LAN ke MAN).

  15. Ilustrasi sebuah Network tanpa Subnet

  16. SubNetting • Pembentukan subnet dilakukan dengan cara mengambil beberapa bit pada bagian HostId untuk dijadikan SubnetId. Contoh: Source: www.tcpipguide.com

  17. Subnet Mask Source: www.tcpipguide.com

  18. Subnet Mask (Cont.) • Dalam contoh di atas, sebuah jaringan kelas B dengan Network-Id : 154.71.0.0. • Subnet Mask dalam bentuk desimal adalah: 255.255.248.0 • Dengan demikian 5 bit pertama pada octet ke 3 adalah Subnet-Id, sedangkan sisa bit adalah Host-Id.

  19. Default Subnet-Mask

  20. Konversi Subnet-Mask 1 0 0 0 0 0 0 0 = 128 1 1 0 0 0 0 0 0 = 192 1 1 1 0 0 0 0 0 = 224 1 1 1 1 0 0 0 0 = 240 1 1 1 1 1 0 0 0 = 248 1 1 1 1 1 1 0 0 = 252 1 1 1 1 1 1 1 0 = 254 1 1 1 1 1 1 1 1 = 255

  21. Menentukan SubNet-Id Source: www.tcpipguide.com

  22. Menentukan Subnet-Id • Router menentukan sebuah IP address merupakan anggota dari subnet tertentu melalui proses masking seperti dalam gambar di atas. • IP address: 154.71.150.42 dioperasikan AND dengan subnet-mask. Didapat Subnet-Id: 18. • Sedangkan IP address dari subnet tersebut adalah: 154.71.144.0.

  23. IP Address dari Subnet Determining the Subnet ID of an IP Address Through Subnet Masking Dengan CIDR, dapat dituliskan sebagai: 154.71.150.42/21.

  24. Contoh Kasus 1 • Sebuah jaringan dengan network-id: 192.16.9.0 akan dibagi ke dalam 3 buah subnet. Tentukan IP address untuk setiap subnet. No IP 192.16.9.0 adalah Kelas C, dengan host-Id berada pada 8 bit terakhir. Karena itu, subnet-id harus berada pada 8 bit terakhir.

  25. Penyelesaian Kasus 1 Kebutuhan 3 subnet berarti membutuhkan sebanyak 3 bit. Karena itu subnet-mask ditentukan: 11111111.11111111.11111111.11100000 255. 255. 255. 224

  26. Penyelesaian Kasus 1 Kombinasi subnet: 000, 001, 010, 011, 100, 101, 110, 111. Karena itu 3 bit pertama dialokasikan untuk subnet. 192.16.9.b b b b b b b b subnet

  27. Penyelesaian Kasus 1:

  28. Kesimpulan Kasus 1 • Jumlah subnet yang terbentuk ada 23=8. Tetapi subnet 000 dan 111 tidak dapat digunakan. Karena itu jumlah subnet yang dapat digunakan adalah: (23-2=6). • Jumlah host yang terbentuk untuk masing-masing subnet 25=32. Sedang host yang dapat digunakan sebanyak 25-2=30. Host-Id: 00000 dan 11111 tidak dapat digunakan.

  29. Contoh Kasus 2 • Untuk konfigurasi jaringan di samping, Net-Id:192.168.17.0. Setiap subnet hanya membutuhkan 12 buah host. Tentukan konfigurasi IP untuk jaringan tersebut!

  30. Contoh Kasus 3 Untuk konfigurasi jaringan di samping, Net-Id:192.168.17.0. Tentukan konfigurasi IP untuk jaringan tersebut!

  31. Kesimpulan • Metoda conventional subnetting hanya menambah 1 buah level hirarki pengalamatan IP (i.e., Network-Id, Subnet-Id, Host-Id). • Subnetting membagi network menjadi subnet dengan jumlah host yang sama untuk setiap subnet. • Terdapat beberapa no IP yang tidak dapat digunakan (terbuang).

  32. VLSM • VLSM  Variable Length Subnet Masking. • VLSM memberbaiki kekurangan metoda conventional subnetting. VLSM Subnetting Conventional Subnetting Source: www.tcpipguide.com

  33. Contoh Kasus 4 • Diketahui sebuah alamat jaringan 172.16.0.0/16 dan diminta untuk menyediakan 5 buah subnet yang masing-masing memiliki 100 host, dan 3 subnet yang masing-masing memiliki 2 host. Konfigurasi Jaringan:

  34. Penyelesaian • Untuk menyediakan minimal 100 host diperlukan 7 bit (27 – 2 = 126). • Dengan demikian subnet yang dapat diambil adalah 16 – 7 = 9 bits. • Dengan tersedianya 9 bit untuk dijadikan subnet, maka secara keseluruhan total subnet yang bisa disediakan adalah 29 = 512 subnet.

  35. Penyelesaian (Cont.) 1. 1010 1100 0001 0000 0000 0000 0000 0000 = 172.16.0.0 2. 1010 1100 0001 0000 0000 0000 1000 0000 = 172.16.0.128 3. 1010 1100 0001 0000 0000 0001 0000 0000 = 172.16.1.0 4. 1010 1100 0001 0000 0000 0001 1000 0000 = 172.16.1.128 5. 1010 1100 0001 0000 0000 0010 0000 0000 = 172.16.2.0 6. 1010 1100 0001 0000 0000 0010 1000 0000 = 172.16.2.128 dan seterusnya

  36. Penyelesaian (Cont.) • Subnet no 1 – 5 digunakan untuk mengalamati sub-network yang dimaksud dalam soal. • Sedangkan untuk 3 buah subnet dengan jumlah host masing-masing 2 host, dapat diambil dari subnet ke-6 yaitu 172.16.2.128. Kita mengambil subnet tersebut dikarenakan subnet 1 s.d subnet ke-5 sudah digunakan untuk memenuhi permintaan 5 jaringan dengan host 100 per subnet.

  37. Penyelesaian (Cont.) • 1010 1100 0001 0000 0000 0010 1000 0000 = 172.16.2.128 7 bits untuk subnet berikutnya • Dari nomor jaringan 172.16.2.128 yang mempunyai 7 bits sebagai bagian dari host, untuk memenuhi kebutuhan 2 host yang diminta per jaringan, maka hanya dibutuhkan 2 bit saja, sehingga sisa bit host (7 bit) dikurangi dengan 2 bit untuk alamat host, dengan sisa bit yang dapat digunakan untuk subnet-id adalah 5 bit.

  38. Penyelesaian (Cont.) • 1010 1100 0001 0000 0000 0010 1 000 0000 = 172.16.2.128 • 1010 1100 0001 0000 0000 0010 1 000 0100 = 172.16.2.132 • 1010 1100 0001 0000 0000 0010 1 000 1000 = 172.16.2.136 Subnet-Id Host-Id

  39. Penyelesaian (Cont.)

  40. Contoh Kasus 5 • Sebuah Network Kelas C dengan Net-Id = 201.45.222.0/24. Buatlah 6 buah subnet dengan ketentuan: 1 subnet dengan kapasitas 126 host. 1 subnet dengan kapasitas 62 host. 4 subnet dengan kapasitas 14 host.

  41. Penyelesaian Source: www.tcpipguide.com

  42. Kasus 6 Buatlah alokasi VLSM dari alamat 192.168.1.0/24 untuk 5 jaringan dengan masing-masing host 12 host dan 5 jaringan dengan masing-masing host terdiri dari 2 hosts secara point-to-point.

  43. Kasus 7 Buatlah alokasi VLSM 202.155.19.0/24 untuk 1 jaringan dengan total host 58, 2 jaringan dengan masing-masing terdiri dari 25 hosts, 5 jaringan dengan jumlah host masing-masing 5 host dan 2 host masing-msing terdiri dari 2 hosts.

  44. The End

More Related