410 likes | 629 Views
Burhan Nurgiyantoro FBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta Y ogyakarta, 22 November 20 1 0. PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBAHASA INDONESIA. PENDAHULUAN (1). Istilah-istilah:
E N D
BurhanNurgiyantoro FBS/PPs UniversitasNegeri Yogyakarta Yogyakarta, 22 November 2010 PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBAHASA INDONESIA
PENDAHULUAN(1) Istilah-istilah: • Penilaian:proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. • Pengukuran:proses untuk memeroleh deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu bidang tertentu, misalnya jawaban pertanyaan “seberapa banyak”. • Asesmen: proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat keputusan penentuan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru. • Tes:instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan “seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang” yang jawabnya berupa angka.
PENDAHULUAN(2) • Komponenpenilaian: (1) informasi, (2) pembuatanpertimbangan, dan (3) pembuatankeputusan • Informasi: kemampuan, keterampilan, tingkahlaku, sikapsubjek-belajar; informasiantara lain diperolehlewatpengukuran • Keakurataninformasiakanmenjaminkeakuratan, objektivitas, danketepatanpembuatanpertimbangandanpengambilankeputusan • Pertimbangan: estimasikondisidanpenampilankinidanprediksikondisidanpenampilanmendatang • Pengambilankeputusan: pemilihandiantarasejumlahalternatifatauberbagaiarahtindakan. • Pengambilankeputusandiikutiolehtindakan
Langkah Penilaian • Menentukan kompetensi dasar yang akan diujikan • Membuat deskripsi bahan yang akan diujikan • Membuat kisi-kisi pengujian (diikuti telaah oleh sejawat, revisi); kisi-kisi yang baik dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban validitas alat tes (validitas isi) • Menulis soal ujian • Menelaah soal ujian oleh sejawat atau orang yang ahli di bidangnya (menggunakan lembar pengamatan), revisi • Mengujicobakan alat evaluasi atau pelaksanaan tes • Melakuka penyekoran • Menelaah hasil uji coba per indikator per kompetensi dasar • Menganalisis hasil ujian: analisis butir soal dan penghitungan indeks reliabilitas • Melakukan tindak lanjut: revisi alat tes (uji coba, analisis) soal jadi, bank soal, desiminasi
PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PenilaianBerbasisKompetensiDasar • Kompetensi: pengetahuan, keterampilan, nilai-nilaidasar yang terrefleksidalamberpikirdanbertindak • Kompetensi: seperangkattindakancerdasuntukberpikirdanbertindak • Standarkompetensi: batasdanarahkemampuan yang harusdikuasai • Kompetensidasar: kemampuan minimal yang harusdikuasaidandijabarkanlangsungdaristandarkompetensi • Penilaianstandarkompetensilewatkompetensidasar • Penilaiankompetensidasarlewatindikator
PengembanganIndikator Indikator: • ciri, perbuatan, tanggapan yang ditunjukkansiswa • petunjuktingkahlakubuktihasilbelajar • dijabarkanlangsungdarikompetensidasar • berupakata-katakerjaoperasional • cakupanbahanlebihsempitdibandingkompetensidasar • pengembangannyadiserahkankepadakreativitas guru • untukmenilaipencapaiankompetensidasar • sebagaidasarmembuatsoal, tugas, pertanyaan, atauperintah • satuindikatordapatterdiridarisatuataubeberapasoal • Cakupanranah: kognitif, afektif, psikomotorik
SistemPengujianBerkelanjutan • Pengujian berbasis kompetensi menganut sistem pengujian berkelanjutan • Sistem pengujian berkelanjutan: semua indikator harus ada soalnya, hasil ujian dianalisis, dan ada tindak lanjut (selama ini hal ini masih menjadi kendala para guru baik karena kemauan maupun kemampuan) • Perlu dikembangkan kisi-kisi untuk rencana pengujian satu semester/tahun • Kolom kisi-kisi yang harus diisi: (i) kompetensi dasar, (ii) materi pokok dan uraian materi, (iii) pengalaman belajar, (iv) indikator, (v) jenis tagihan, (vi) bentuk tagihan, (vii) waktu, (viii) sumber/bahan/alat
Pembuatan Kisi-kisi Pengujian • Kisi-kisi adalah cetak-biru panduan penyusunan soal ujian • Semua pembuatan soal ujian semestinya mendasarkan diri pada kisi-kisi yang telah disusun/disepakati • Atau sebaliknya, semua soal harus secara jelas menunjuk pada kompetensi tertentu yang tertulis pada kisi-kisi • Komponen kisi-kisi tes objektif paling tidak mencakup (i) standar kompetensi, (ii) kompetensi dasar, (ii) materi pokok, (iv) indikator, (v) jumlah soal, (vi) nomor soal, (vii) bentuk soal, (viii) waktu • Kisi-kisi bisa disusun oleh setiap pengajar atau mungkin sudah disediakan formatnya oleh lembaga • Jika kisi-kisi dibuat oleh pengajar sendiri, sebelum dipergunakan harus ditelaah terlebih dahulu oleh sejawat (orang yang ahli di bidangnya, expert judgement) • Alat ujian (tes) yang ditulis dengan mendasarkan diri pada kisi-kisi yang baik (: telah dinyatakan baik oleh expert), dapat dipandang telah memenuhi validitas isi
Contoh Kisi-kisi Pengujian Contoh II: (sejumlah standar kompetensi)
Telaah Soal • Telaah soal dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas alat tes yang telah disusun sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai sebuah alat ukur • Telaah soal dilakukan dengan mencermati berbagai aspek (materi, konstruksi, bahasa) untuk menemukan berbagai kekurangan/kekeliruan untuk kemudian merevisinya • Untuk keperluan telaah soal telah tersedia rambu-rambu yang dapat dijadikan acuan • Rambu-rambu yang dimaksud berbeda untuk tiap bentuk tes (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, uraian) • Namun, pada prinsipnya kesemuanya terdiri atas unsur materi, konstruksi, dan bahasa • Sebuah butir soal dinyatakan baik (layak diujikan) jika kesemua butir instrumen analisis (subranah) memenuhi persyaratan • Jika ada satu atau sejumlah subranah yang tidak memenuhi persyaratan, butir soal yang bersangkutan harus direvisi atau bahkan diganti
Telaah Hasil Pengukuran • Untuk keperluan tindak lanjut pembelajaran, hasil pengukuran harus dianalisis untuk mengetahui kemampuan dasar (artinya juga: indikator) mana saja yang sudah dikuasai siswa dan mana yang belum • Berdasarkan hasil telaah itu dapat ditentukan tindak lanjut yang perlu diambil: perlu program remidial, penguatan/pengayaan, atau yang lain (akselerasi) • Sebuah indikator dan KD dinyatakan dikuasai oleh siswa jika tingkat penguasaannya minimal 75% • Indikator-indikator (KD) tertentu yang masih rendah tingkat ketercapaiannya haruslah kembali “dibelajarkan” lewat program remidial • Siswa yang tingkat pencapaiannya masih di bawah standar minimal harus diberi program remidial, sedang yang sudah memenuhi diberi program pengayaan • Intinya, ada umpan-balik pembelajaran berdasarkan hasil pengukuran sebelumnya, dan untuk itu analisis soal ujian menjadi sebuah keniscayaan • Telaah hasil pengukuran dilakukan dengan cara menghitung jmlah jawaban benar per soal, per indikator, dan per kemampuan dasar
AnalisisButirSoal (Item Analysis) • Analisis butir soal adalah estimasi kualitas butir-butir soal sebuah alat tes; menguji efektivitas butir-butir soal • Alat tes yang baik didukung oleh butir-butir yang baik, efektif, dapat dipertanggungjawabkan • Ada kesejajaran antara tinggi rendahnya indeks reliabilitas (teknik konsistensi internal) dan jumlah butir soal yang baik • Indeks reliabilitas yang tinggi, pasti akan tinggi pula jumlah butir yang baik; juga sebaliknya • Kerja analisis butir soal bisa mengikuti teori pengukuran klasik atau teori pengukuran modern (teori respon butir) • Dalam teori pengukuran klasik, analisis butir soal menyangkut tiga macam hal: tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas distraktor • Dalam teori respon butir juga ada tiga hal: tingkat kesulitan (model satu parameter), tingkat kesulitan dan daya beda (model dua parameter), dan kedua hal itu ditambah unsur tebakan (model tiga parameter) • Teori pengukuran klasik mempunyai banyak kelemahan, tetapi persyaratan ringan dan praktis • Pembicaraan di bawah dibatasi pada teori pengukuran klasik
Analisis Tingkat Kesulitan Butir • Kerja analisis ini menghasilkan indeks tingkat kesulitan (ITK, Item Difficulty, Item Facility) • ITK menunjukkan seberapa sulit (mudah) sebuah butir soal bagi kelompok siswa yang dikenai uji coba • ITK diperoleh dengan menghitung proporsi jawaban benar; dapat dihitung secara manual, tabel (item analysis table), tetapi secara mudah dapat dihitung dengan komputer: program Iteman • ITK berkisar antara 0,00 ─ 1,00; indeks 0,00 berarti semua siswa menjawab salah (soal amat sulit), 1,00 berarti semua menjawab benar (soal amat mudah) • ITK yang diterima: 0,20 ─ 0,80; di luar indeks itu sebuah butir soal ditolak karena terlalu sulit atau mudah • Kategori ITK: 0,20 ─ 0,40: sulit; 0,41 ─ 0,60: sedang; dan • 0,61 ─ 0,80: mudah • Jumlah butir soal yang terbanyak dalam sebuah alat tes sebaiknya yang berkategori sedang
Indeks Daya Beda • Kerja analisis ini menghasilkan indeks daya beda (IDB, Item Discrimination) • IDB merupakan sebuah estimasi yang menunjukkan seberapa besar sebuah butir soal mampu membedakan siswa kelompok tinggi dengan kelompok rendah • IDB dapat dihitung dengan rumus secara manual, tabel, atau dengan komputer program Iteman bersamaan dengan ITK • IDB berkisar antara -1,00 ─ 1,00; indeks -1,00 berarti semua siswa kelompok rendah menjawab benar sebuah butir soal dan siswa kelompok tinggi semua menjawab salah; demikian sebaliknya • IDB yang diterima minimal 0,25; untuk tes buatan sendiri dan dipakai untuk menguji siswa sendiri IDB 0,20 masih ditoleransi • Butir soal yang IDB-nya negatif harus didrop karena menyalahi logika (siswa kelompok tinggi menjawab salah, sedang kelompok rendah malah menjawab benar) • Sebuah butir soal dinyatakan layak (oke) jika ITK dan IDB sama-sama memenuhi persyaratan; jika salah satu saja tidak memenuhi persyaratan, butir soal itu dinyatakan gugur
PenilaianProses,Produk, dan Kinerja • KBK (KTSP) menekankan pentingnya penilaian proses , produk, dan kinerja sekaligus • Penilaian proses: penilaian yang dilakukan ketika pembelajaran masih berlangsung • Penilaian proses juga disebut dan atau bagian dari penilaian kelas • Contoh penilaian proses: kuis, pertanyaan lisan di kelas, pemberian tugas di kelas, latihan-latihan, PR, ulangan harian • Penilaian produk: penilaian yang dilakukan di akhir program: ujian sistem blok, ulangan umum bersama, ujian nasional • Penilaian produk lazimnya dilakukan secara tertulis dengan bentuk soal objektif pilihan ganda • Penilaian kinerja: penilaian melakukan sesuatu terkait dengan tuntutan kompetensi mata pelajaran • Penilaian kinerja sebaiknya dilakukan di tengah proses pembelajaran, kecuali berbagai faktor pendukungnya siap (tempat, waktu, tenaga, biaya) • Penilaian kinerja kini diutamakan, khususnya dalam bentuk penilaian otentik
KETERBACAAN SOAL BI UN(1) • Keterbacaan (readabilitas): dapat dibaca dengan mudah terutama disebabkan oleh stile penulisan • Keterbacaan terkait dengan masalah pemahaman, retensi, dan kecepatan baca • Keterbacaan (readabilitas): semua unsur yang ada pada teks yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca memahami isi kandungan teks itu dengan kecepatan normal. • Keterbacaan adalah kemampuan berinteraksi pembaca (peserta didik) dengan teks yang dibacanya. • Berinteraksi di sini berarti memahami dan menanggapi isi kandungan teks lewat bahasa (BI) yang dipergunakan.
KETERBACAAN SOAL BI UN(2) • Teks yang dimaksud dapat berupa soal-soal ujian, UN BI • Keterbacaan UN: kemampuan peserta didik memahami kandungan UN lewat bahasa (BI) sehingga dapat mereaksi sebagaimana yang dikehendaki (sesuai dengan perintah dalam UN). • Keterbacaan UN BI: BI sebagai sarana memahami kandungan materi ujian dan sekaligus sebagai materi itu sendiri. • Uji keterbacaan teks lazimnya terkait dengan masalah kelayakan teks yang terkait dengan unsur semantik dan sintaksis terhadap peserta didik jenjang tertentu.
Faktor Penyebab Keterbacaan Soal BI • Ada berbagai faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kadar keterbacaan soal ujian BI dan itu saling mengait. • Faktor-faktor yang dimaksud tentunya perlu dipertimbangkan oleh para penyusun soal UN BI (atau ujian-ujian yang lain). • Faktor-faktor itu secara garis besar terkait dengan peserta didik (lengkap dengan karakterisasinya) dan bahasa yang dipergunakan (lengkap dengan segala macam aspek yang terkait). • Kedua faktor tersebut haruslah menjadi fokus dalam pengembangan soal-soal ujian (UN).
FAKTOR PESERTA DIDIK(1) • Faktor peserta didik (uji) terkait dengan masalah: • tingkat perkembangan usia, kejiwaan • tingkat perkembangan kognitif, afektif • keluasan pengalaman, kematangan sosial, emosinal • pengetahuan sebelumnya yang telah dikuasai • kemampuan membaca • minat, ketertarikan pada suatu bidang • motivasi
FAKTOR PESERTA DIDIK(2) • Faktor peserta didik secara konkret ditandai oleh jenjang-jenjang sekolah (satuan pendidikan) • Ada konsekuensi bagi pengembangan soal ujian: • Pembuatan soal ujian mesti disesuaikan dengan tingkat-tingkat perkembangan di atas. • Jika kurang diperhatikan, ia akan berakibat tinggi/rendahnya keterbacaan soal bagi peserta uji. • Keterbacaan tinggi: jenjang pendidikan tinggi, tetapi soal seperti untuk jenjang sekolah yang lebih rendah; atau sebaliknya. • Akibat: soal bisa terlalu mudah atau terlalu sulit dan tindak terjangkau.
Faktor Bahasa(1) • Faktor bahasa yang dipergunakan untuk membahasakan soal ujian • Faktor bahasa dapat memberi fasilitas kemudahan, jadi keterbacaannya tinggi, tetapi dapat juga sebaliknya. • Hal itu termasuk juga dalam ujian Bahasa Indonesia, maka ada soal yang mudah ada yang sebaliknya (bersifat gradasi) • Di sini haruslah dipahami: soal dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kompetensi berbahasa Indonesia. • Ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi tingkat keterbacaan soal UN BI: bahasa (kosakata, struktur), konstruksi, kandungan isi
Faktor Bahasa(2) • Faktor kosakata: • Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya keterbacaan teks dari aspek kosakata a.l.: • kosakata mudah vs sulit • konkret vs abstrak • sederhana vs kompleks • sering dipakai vs jarang dipakai • makna denotatif vs konotatif • kosakata umum vs istilah teknis • istilah Indonesia vs istilah pungut (asing, daerah) • dll. • Wacana dan butir soal yang memergunakan kosakata sulit akan memersulit pemahaman. • Bisa jadi seorang peserta didik kesulitan memahami kandungan makna suatu wacana lebih disebabkan oleh sulitnya kosakata.
Faktor Bahasa(3) • Faktor struktur kalimat: • Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya keterbacaan teks dari aspek struktur kalimat a.l.: • struktur sederhana vs kompleks • kalimat pendek vs kalimat panjang • kejelasan koherensi vs kekaburan • kejelasan kohesi vs kekaburan • dll. • Teks dan butir soal yang memergunakan struktur kalimat sederhana memberi fasilitas keterbacaan yang lebih baik. • Kejelasan dan kesederhaan struktur kalimat memfasilitasi kemudahan pemahaman kandungan isi teks. • Demikian juga sebaliknya.
Faktor KONSTRUKSI SOAL(1) • Faktor konstruksi soal ujian: • Bentuk soal yang lazim dipakai dalam ujian (UN) adalah objektif pilihan ganda dengan beberapa variasi seperti melengkapi, tinjauan kasus, sebab akibat, dll. • Tingkat kemudahan tiap variasi bentuk PG tersebut tidak sama: artinya ada bentuk yang mudah dipahami dan ada yang sebaliknya. • Pemakaian bentuk soal yang sulit, misalnya PG sebab akibat, bisa jadi menyebabkan peserta uji lebih sulit memahami soal ujian. • Jumlah opsi yang lebih banyak (misalnya 5 seperti UN SMA) cenderung lebih memersulit soal ujian. • Bisa jadi soal yang demikian memerendah kadar keterbacaan soal UN
FAKTOR KONSTRUKSI SOAL(2) • Faktor konstruksi juga mencakup penulisan stem dan opsi jawaban. • Ada rambu-rambu yang mesti dipenuhi untuk pembuatan stem dan opsi jawaban yang kesemuanya demi lebih baiknya (keterbacaan) soal yang dihasilkan. • Kesalahan yang sering terjadi a.l: • stem tidak dirumuskan dengan baik • kurang ada hubungan gramatikal (mungkin juga makna) antara stem dan opsi • opsi tidak sekarakteristik/homogen • panjang opsi tidak sama • opsi membingungkan karena tidak jelas beda antara yang benar dan yang salah • ada lebih dari satu jawaban yang benar • Konsekuensi bagi penulis soal: soal harus dikaji ulang dan dibaca reviuer
FAKTOR KANDUNGAN MAKNA(1) • Orang berbahasa karena ada sesuatu yang ingin disampaikan dengan bahasa, bukan karena bahasa itu sendiri. • Bahasa memiliki fungsi komunikatif, peserta didik yang mahir berbahasa berarti mahir berkomunikasi dengan (suatu) bahasa. • Intinya, ujian (UN) BI adalah uji kompetensi ber-BI: BI yang dimuati kandungan makna. • Makna yang terkandung dalam bahasa, bahkan ketika ujian bahasa sekalipun, harus mendapat perhatian serius. • Makna yang terkandung dapat memberi fasilitas kemudahan (keterbacaan) teks yang diujikan, namun juga dapat sebaliknya. • Teks harus dipilih yang kandungan maknanya tidak memersulit peserta uji.
FAKTOR KANDUNGAN MAKNA(2) • Tingkat keterbacaan kandungan makna dalam sebuah teks akan tergantung pada hal-hal: • pengetahuan yang telah dimiliki peserta uji • kesesuaiannya dengan bidang, minat • pengetahuan umum, dalam arti masalah-masalah umum yang menjadi konsumsi masyarakat • bukan pengetahuan teknis kejuruan yang menampilkan istilah dan makna abstrak • kadar kedalaman dan keluasan keilmuan yang ditampilkan • kelangsungan, ketidaklangsungan, dan keabstrakan makna, kadang ambiguitas makna • misalnya, sama-sama berisi teknologi-komunikasi, tetapi teks untuk peserta didik jenjang SD, SMP, SMA, dan STM mesti tidak sama • dll. termasuk kejelasan bahasanya. • Jika hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi peserta didik, kandungan makna yang ada dalam UN BI berpotensi menyulitkan peserta didik.
SURVEI UN BI SMK 2010(1) • Soal UN BI SMK yang disurvei adalah P 15 dan P 48. • Soal berjumlah 50 butir: • P15: kosakata/kebahasaan= 9, kompetensi membaca= 19, kompetensi menulis = 13, kompetensi bersastra = 9 • P 48: kosakata/kebahasaan = 11, kompetensi membaca = 17, kompetensi menulis = 15, kompetensi bersastra = 7 (dua hilang) • Dari ke-50 butir soal kedua perangkat tsb 12 butir sama. • Persoalan: Jika kedua perangkat ditulis berdasarkan kisi-kisi yang sama (: harus sama!), mengapa terjadi perbedaan jumlah terhadap masing-masing komponen kompetensi yang diujikan.
SURVEI UN BI SMK 2010(2) Unsur positif: • Secara umum kedua perangkat soal bagus. • Semua butir soal berangkat dari satu wacana, walau ada beberapa yang kurang baik. • Bahasa dan format terjaga sesuai dengan tuntutan sebagai dokumen resmi. • Semua wacana untuk satu soal sehingga tidak ada butir soal yang saling memengaruhi, walau akibatnya soal-soal menjadi relatif panjang. • Secara umum panjang-pendek tiap opsi seimbang, makna homogen, walau ada beberapa yang terasa ambigu.
SURVEI UN BI SMK 2010(3) Unsur positif: • Secara umum butir-butir tidak hanya berurusan dengan aspek bahasa, melainkan juga makna yang diungkapkan lewat bahasa. • Bahasa lebih sebagai sarana berkomunikasi, jadi ketepatan bahasa juga ditentukan oleh konteks dan bukan semata dari aspek kebahasaan saja. • Jadi, secara umum butir-butir soal UN sudah mencerminkan SKL (SMK) yang mengukur kompetensi ber-BI. • Dengan demikian, sebagian besar butir soal sudah mengarah ke tes otentik, bentuk objektif pilihan ganda dengan roh otentik (model penilaian disarankan pendekatan CTL). • Maka, skor yang dicapai peserta uji dapat mencerminkan kompetensinya ber-BI secara nyata.
SURVEI UN BI SMK 2010(4) Perlu perhatian: • SMK amat heterogen (STM, SMEA, SMKK, SMSR, dll), tetapi perangkat UN hanya satu. • Jika hanya ada satu perangkat untuk semua, soal menjadi kurang adil, kurang dapat mengakomodasi karakteristik masing-masing sekolah. • Jika soal-soal berisi BI secara umum, apa perbedaannya dengan soal UN SMA. • Jika soal berangkat dari suatu wacana yang mengakomodasi salah satu asal SMK, hal itu potensial menjadi soal yang sulit bagi yang lain. • Misalnya, soal yang menanyakan fluida dan hidrogen (P 15: 11) dan kebijakan moneter dan fiskal (P 48: 11), mudah bagi siswa SMK yang cocok, tetapi sulit bagi yang lain.
SURVEI UN BI SMK 2010(5) Perlu perhatian: • Ketentuan penyusunan butir-butir soal dari yang mudah ke yang sulit, tampaknya belum diperhatikan oleh perakit soal UN. • Misalnya, peletakan tabel dan grafik di depan (P 15: 7,& 8; P 48: 3 & 4), atau butir-butir soal yang nyaris satu butir satu halaman di awal atau agak ke tengah. • Seharusnya butir-butir soal sulit (walau hanya diprediksi), ditempatkan di nomor-nomor akhir, atau tidak mendahului butir-butir yang mudah. • Hal itu bersifat psikologis, siswa akan termotivasi jika membaca butir-butir yang mudah dahulu. • Selain itu, siswa juga diuntungkan seandainya tidak selesai karena nomor-nomor yang mudah sudah dikerjakan.
SURVEI UN BI SMK 2010(6) Perlu perhatian: • Butir soal menulis berdasarkan kalimat acak lazimnya hanya terdiri atas empat kalimat, namun butir-butir soal yang ada hampir semuanya terdiri atas enam kalimat. • Hal itu pasti menambah tingkat kesulitan butir-butir yang bersangkutan, dan sebagai konsekuensinya waktu yang dibutuhkan untuk menjawab lebih banyak. • Cukup mengherankan juga munculnya soal tentang perubahan makna kata (P15: 24; P48: 24) dan peribahasa (P15: 33; P48: 38) pada UN SMK, padahal di UN SMA saja hal itu tidak ditanyakan. • Selain itu, juga ditemukan sejumlah butir soal yang opsi jawabnnya membingungkan (ambigu).
SURVEI UN BI SMK 2010(7) Perlu perhatian: • Secara umum butir-butir soal kompetensi bersastra (P15 = 9; P48 = 7) kurang baik. • Ada kesan teks kesastraan yang diujikan hanya asal ambil, padahal mestinya dipilih teks-teks yang tidak abstrak dan mencerminkan kebutuhan siswa SMK. • Kutipan novel Musyawarah Burung tidak cocok; demikian juga teks-teks puisi yang dipilih. • Belum lagi soal-soal yang dibuat yang terlihat bersifat ambigu (P 15: 34 & 35; P 48: 37). • Butir-butir soal yang demikian tidak memotivasi siswa untuk mencintai kesastraan karena dipikir hanya menyulitkan dirinya saja.
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN(1) • Model UN BI kini sudah diusahakan untuk menguji kompetensi ber-BI dan bukan lagi pengetahuan BI, walau masih ada beberapa butir yang terlihat ujian BI. • Hal itu sesuai dengan tuntutan pembelajaran BI yang difokuskan pada capaian kompetensi ber-BI (baca: SKL pada kurikulum SMK). • Hal itu harus membawa dampak dalam KBM BI di sekolah yang juga harus memfokuskan pada capaian kompetensi ber-BI peserta didik khususnya kompetensi membaca dan menulis. • Pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan BI juga mendapat porsi, tetapi tidak diutamakan. • Ia lebih berfungsi sebagai perbaikan kesalahan dari hasil diagnosis kesulitan atau kesalahan yang dibuat siswa.
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN(2) • Model UN ber-BI memergunakan tes tradisional pilihan-ganda, namun dengan roh tes otentik. • Maka, penilaian capaian kompetensi belajar keseharian peserta didik, khususnya penilaian proses, harus dibiasakan dengan model otentik. • Tugas-tugas kinerja ber-BI selama pembelajaran yang otentik dapat dipandang sebagai latihan UN ber-BI dengan bentuk lain. • Lewat tes otentik yang penilaiannya dilakukan secara analitis lewat rubrik, sekaligus dapat diketahui keunggulan dan kelemahan seorang peserta didik • Hal itu merupakan umpan balik yang berharga untuk pembenahan dan peningkatan kerja pembelajaran selanjutnya
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN(3) • Butir-butir soal UN BI relatif panjang, maka kebiasaan membaca dan kecepatan memahami bacaan haruslah ditekankan dalam KBM. • Peserta didik dibiasakan membaca dan membaca, menulis dan menulis, sehingga tidak terkejut berhadapan dengan UN BI yang memrasyarkatkan kompetensi keduanya baik. • Salah satu kompetensi yang dilatihkan adalah meringkas teks atau menuliskan kembali sebuah teks. • Sekadar diketahui, kompetensi meringkas teks (misalnya membuat excutive summary) adalah salah kemampuan yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja. • SMK menyiapkan lulusannya untuk langsung bekerja.