20 likes | 439 Views
49 berpengaruh terhadap kehidupan beragama mereka. Perkembangan kognitif remaja yang sudah mencapai tahap formal operasional menurut teori Piaget, memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak, teoritik, dan kritis. Sikap kritis remaja ini juga tampak
E N D
49 berpengaruh terhadap kehidupan beragama mereka. Perkembangan kognitif remaja yang sudah mencapai tahap formal operasional menurut teori Piaget, memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak, teoritik, dan kritis. Sikap kritis remaja ini juga tampak dalam kehidupan beragama. Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran agama yang diberikan orang tua, bahkan pelajaran-pelajaran agama yang pernah mereka dapatkan pada waktu masih anak-anak mulai dipertanyakan, sehingga tidak jarang menimbulkan keraguan beragama. Keraguan beragama (religious doubt), menurut Clark (Subandi, 1995) merupakan karakteristik yang menonjol dalam kehidupan beragama para remaja. Menurut Wagner (Hurlock, 1992), mereka meragukan agama bukan karena ingin agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna, berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Relevansi peran religi terhadap pemecahan problem kehidupan sehari-hari, menurut Hurlock (1973) merupakan salah satu faktor penyebab keraguan beragama pada remaja. Jika mereka tidak dapat melihat begaimana agama yang dipeluk oleh keluarganya atau lembaga-lembaga keagamaan yang ada di sekitarnya diaplikasikan terhadap problem praktis sehari-hari, mereka akan mempertanyakan pengajaran yang telah diterimanya dan mengembangkan sikap negatif terhadap nilai-nilai religi. Kehidupan beragama pada masa remaja juga ditandai oleh adanya religious awakening, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya minat remaja pada agama yang mengantarkan remaja kepada rekonstruksi kepercayaan dan sikap-sikap religius. Remaja memperoleh kepuasan emosional yang berasal dari status baru sebagai