240 likes | 674 Views
Budaya Massa di Indonesia. Telah timbul penentangan terhadap budaya massa populer di Indonesia sejak orde lama. Munculnya pandangan negatif tentang fil-film hollywood pada era revolusioner.
E N D
Telah timbul penentangan terhadap budaya massa populer di Indonesia sejak orde lama. Munculnya pandangan negatif tentang fil-film hollywood pada era revolusioner.
Presiden Soekarno mengatakan bahwa film-film akan membentuk watak yang cenderung radikal dan revolusioner, sehingga mampu menggerakkan perubahan politik di Timur.
Pandangan negatif terhadap budaya populer berlanjut hingga era orde baru. Pada era orde baru (1960-an) muncul kritikan keras terhadap film-flm Hollywood, misalnya film James Bond dipandang tidak memenuhi kaidah estetika dan etika yang sewajarya.
Pada beberapa karya musik atau bentuk seni yang pun tidak lepas dari kritikan. Misalnya lagu-lagu yang mendapat predikat lagu Cengeng, atau roman picisan. Istilah budaya populer atau budaya massa baru muncul di tahun 1990-an
Perdebatan tentang format budaya diIndonesia telah muncul sejak tahun 1945 Peristiwa yang dikenal dengan sebutan polemik kebudayaan.
Polemik kebudayaan merupakan perdebatan tentang keberlangsungan format kebudayaan indonesia, antara pihak yang pro dan kontra dengan sistem kebudayaan yang beradaptasi dengan budaya luar.
Pertentangan format budaya berlanjut hingga penghujung orde lama. Muncul pihak yang mengatasnamakan dirinya dengan sebutan Manifetasi Kebudayaan nasional, yang lebih akomodatif terhadap kebudayaan luar. Kelompok yang menitik beratkan pada konsep kebudayaan yang berhaluan Humanisme Universal.
Kelompok yang b erseberangan mengatasnamakan kemurnian kebudayaan Indonesia dan menyebut dirinya sebagai kebudayaan dalam konteks Realisme Sosialis. Kelompok yang mengatasnamakan Sosialisme dan cenderung berhaluan kiri, berada dibawah partai-partai politik yang berhaluan sosialis dan nasionalis, sedangkan kelompok yang menyebut dirinya humanisme universal berrada di bawah partai-partai yang berhaluan kanan.
Perdebatan yang terus terjadi dalam bentuk yang berbeda hingga akhir orde baru. Pada akhirnya sejarah mencatat bahwa kelompok humanisme universal lebih mampu bertahan dibandingkan kelompok realisme sosialis. Kebudayaan tetap dinggap sebagai salah satu sistem yang mampu menggerakkan proses-proses sosial.
Kebudayaan massa merupakan kebudayaan yang menyimpang dari konsep kebudayaan Elit (Elite Culture), dan juga bentuk kebudayaan yang tidak dikehendaki oleh kebudayaan rakyat (folk culture).
Secara umum petanda hadirnya budaya masaa adalah keseragaman hampir di tiap aspek kehidupan masyarakat. Tidak lagi terdapat batas yang tegas antara kelompok elite dan non elite.
Kebudayaan massa bergerak dalam citra-citra visual. Citra Visual melibatkan 2 aktivitas utama, yaitu: dilihat (gaze) dan penglihatan (vision). Proses melihat citra dan bagaimana citra yang dilihat tresbeut yang kemudian dikaitkan dengan gaya hidup.
Pihak-pihak yang merasa terganggu dengan kehadiran budaya massa mencoba berbagai cara untuk mengatasinya. Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa efek dari hadirnya budaya massa adalah barang-barang dengan kualita rendah mampu mengungguli barang-barang dengan kualitas baik, karena lebih mudah dimengerti dan diphami moleh khalayak ramai.
Menurut Kuntowidjoyo terdapat 2 cara yang dilakukan orang Indonesia untik mengatasi budaya massa, yaitu dengan privatisasi dan spiritulisasi sebagai ekspresi kultural.
Privatisasi ditempuh dengan menciptakan ruang pribadi, tempat ia bisa menemukan dirinya berbeda dengan kebanyakan orang
Spiritulisasi dicapai dengan mencari pesona keagamaan yang sebelumnya banyak ditinggalkan orang. Munculnya gerakan keagamaan yang cenderung ekslusif dan melakukan aktivitas yang cenderung berbeda.