270 likes | 787 Views
DISTRIBUSI GENOTIP CYP2E1 PADA PENDERITA KANKER NASOFARING DARI SUKU SUNDA DAN NON SUNDA. DWI ANITA SURYANDARI Departemen Biologi Kedokteran FKUI. KARSINOMA NASOFARING. tumor ganas pada sel epitel nasofaring. Etiologi : infeksi EBV, kekerapan konsumsi makanan mengandung nitrosamin.
E N D
DISTRIBUSI GENOTIP CYP2E1PADA PENDERITA KANKER NASOFARINGDARI SUKU SUNDA DAN NON SUNDA DWI ANITA SURYANDARI Departemen Biologi Kedokteran FKUI
KARSINOMA NASOFARING tumor ganas pada sel epitel nasofaring. Etiologi : infeksi EBV, kekerapan konsumsi makanan mengandung nitrosamin. Diagnosis : berdasar uji serologi,biopsi, PCR. Terapi : radiokemoterapi (efektif).
INFEKSI EBV • Hampir 90% populasimanusia di dunia terinfeksi EBV. • EBV : (hospes spesifik). • Infeksi pada anak-anak asimptomatik Imunitas • Infeksi pada dewasa muda mononukleosis (L)
Amerika Utara 1/100rb Cina Selatan 30-50/100rb Eropa 1/100rb Thailand 3/100rb Indonesia 4,7/100rb PETA DISTRIBUSI KNF
MULTIFAKTORIAL KNF INFEKSI EBV & KARSINOGEN FAKTOR LINGKUNGAN K N F NITROSAMIN GEN VIRUS FAKTOR GENETIK POLIMORFISME GEN CYP2E1 GEN PEJAMU
Studi pendahuluan : penderita KNF di Indonesia (RSCM) pada suku sunda lebih banyak daripada suku non Sunda. Masalah : Bagaimana distribusi genotip CYP2E1 pada penderita KNF suku Sunda dan non Sunda? Apakah genotip dan alotip CYP2E1 berasosiasi dengan suseptibilitas individu terhadap KNF?
GEN CYP2E1 Lokasi : 10q24.3-q terminal, 9 exon dan 8 intron (11,8 kb) Polimorfik = Substitusi 7668T-A pada intron 6
PETA RESTRIKSI CYP2E1 Dra I C 874 pb 121 pb Dra I Dra I D 302 pb 572 pb 121 pb
PCR Mix: (Sampel DNA; PCR green Go Taq buffer 1X; 1,5 mM MgCl2; 0,2 mM dNTP; 0,4 pmol/µlprimer F, primer R ; 0,25 unit enzim DNA polimerase Taq; dan ddH2O steril sampai volume total 25 µl). ISOLASI DNA AMPLIFIKASI GEN CYP2E1 ELEKTROFORESIS Gel agarosa 2% (b/v) Kontrol negatif (campuran pereaksi PCR tanpa sampel DNA) • - Produk PCR/RFLP • Kontrol negatif • Penanda berat DNA • X174RF/HaeIII • Kontrol positif Denaturasi awal Ekstensi akhir Denaturasi Ekstensi 94o C 1’ 95o C 5’ 72o C 7’ 72o C 2’ 60o C 2’ Elektroforesis dengan tegangan 90 V selama 50 menit. Annealing 4o C Divisualisasikan di bawah iluminator UV dan difoto dengan Film Polaroid 667 ISO 3000 8,5 x 10,8 cm Black and White Instant Pack Film menggunakan kamera Polaroid. 30 siklus
Hasil digesti enzim DraI pada sekuen gen CYP2E1 874 pb 500 pb 572 pb 302 pb 200 pb 100 pb 121 pb M M 4 DD 5 DD 6 DC DD 7 8 CC
Perbandingan distribusi genotip dan alotip gen CYP2E1 pada kelompok KNF dan Kontrol.
tidak ada perbedaan secara bermaknadistribusi genotip dan alotip gen CYP2E1 antara kelompok penderita KNF dengan kelompok kontrol.
Tidak ada perbedaan secara bermakna genotip dan alotip CYP2E1 pada kelompok kontrol suku Sunda dan non-Sunda. Perbandingan genotip dan alotip CYP2E1 pada kelompok kontrol suku Sunda dan nonSunda
Perbandingan genotip dan alotip CYP2E1 pada kelompok KNF suku SUnda dan nonSunda
Chi square ,CI 95% , α = 0,05 diperoleh nilai p = 0.1846 ( p>0,05) distribusi alotip antara suku Sunda dengan non-Sunda pada kelompok penderita KNF : tidak ada perbedaan secara bermakna. Gambar 20. Grafik perbandingan distribusi alotip gen CYP2E1 antara suku Sunda dan non-Sunda pada kelompok KNF.
KESIMPULAN • Distribusi genotip DD:DC:CCpada kelompok penderita KNF adalah70%:26%:4% dan distribusi alotip D : C adalah 83% :17%. • Frekuensi alel C pada suku Sunda cenderung lebih tinggi daripada non-Sunda dan berbeda bermakna pada p<0,10. • Genotip dan alotipCYP2E1 tidak berhubungan dengan suseptibilitas individu terhadap KNF.
MANFAAT PENELITIAN : • Hasil penelitian ini merupakan data awal tentang pola distribusi alel gen CYP2E1 pada populasi di Indonesia. Diharapkan data ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian keganasan lainnya yang dihubungkan dengan aktivitas enzim CYP2E1. • Dapat dimanfaatkan sebagai bahan konseling bagi keluarga penderita KNF agar dapat mengambil tindakan preventif untuk meminimalkan resiko terkena KNF.
KARSINOGEN DALAM MAKANAN – KEGANASAN IKAN ASIN (NITROSAMIN) NELAYAN HONG KONG (Ho,1972) TIKUS (Huang, 1978) KARSINOMA NASOFARING KARSINOMA KAVUM NASALIS
NITROSAMIN Dapat terbentuk pada saat pemanasan protein terdapat dalam makanan yang diawetkan, diasapi, Dan pada asap rokok
Terbentuknya Nitrosamin NITRAT/ NITRIT SENYAWA AMIN NITROSAMIN G.I. NITRIT ALKILAMIN (IKAN ASIN) NITROSAMIN
FAKTOR GENETIK PEJAMU METABOLISME OLEH CYP NITROSAMIN TUBUH POLIMORFISME GEN CYP2E1 Poor metabolizers (PM) Extensive metabolizers (EM)
KARSINOGENESIS ZAT KIMIA PROKARSINOGEN excresi Zat kim yg diexcresi bioaktivasi Metabolit antara Metabolit Reaktif (karsinogen akhir) ZAT KIMIA T’konjugasi Ik.kov dg GSH/fenol P’ikatan thd makromol Makromolekul dlm ∆ (bhn gntk yg b’∆) Makromol yg Telah b’ubah Replikasi perbaikan Inisiasi Sel Tumor Bhn gntk yg pulih (sel Normal) Promosi Neoplasma t’diferensiasi Konversi & pkb KANKER
Hasil sekuensing gen CYP2E1(dari lembaga Biologi molekuler Eijkman)