1.03k likes | 3.19k Views
IMUNISASI. Nur Auliyah F, S.ST. T ujuan. Mengetahui pentingnya imunisasi Immunisasi PPI dan Non PPI: jadwal, cara, dosis, kontraindikasi, efek samping. Pendahuluan. K ematian dan kesakitan anak : Penyakit infeksi yang dapat dicegah dng imunisasi Tujuan :
E N D
IMUNISASI Nur Auliyah F, S.ST
Tujuan • Mengetahui pentingnya imunisasi • Immunisasi PPI dan Non PPI: jadwal, cara, dosis, kontraindikasi, efek samping
Pendahuluan • Kematiandankesakitananak: Penyakitinfeksi yang dapatdicegahdngimunisasi • Tujuan : • Individu: mencegahsuatupenyakittertentu/ mengurangiberatnyapenyakitpadaseseorang • Global/ komunitas: • Eliminasi : tetanus neonatorum • Reduksi : campak • Eradikasi: cacar, polio • herd immunity: • Cakupan yang tinggi mengurangitransmisi • Eradikasi: cakupan yang tinggipadasaatbersamaan memutustransmisi; host nyahanyamanusia
Aspekimunologivaksinasi • Kekebalan: • Non spesifik: • Kulit, air mata, asamlambung, urin, bersindll • Sel: makrofag, lekositdll • Spesifik: • Pasif : tubuhtidakmembentukimunoglobolin, tidakberlangsung lama. • Aktif : dibuatolehtubuhsetelahterpajan antigen, berlangsung lama karenaadaselmemori • Alamiah : sakit • vaksinasi
Vaksinasi • Responimundanmemorimiripdenganinfeksialamiah, tetapitanpamenimbulkanpenyakit(tinggiimunogenitas, rendahreaktogenitas) • Klasifikasi: • Program: • Pengembangan Program Imunisasi ( PPI ): Hep B, BCG, Anti Polio, DPT, Campak • Non PPI: Hib, Hepatis A, MMR, Varicella • Kandungan Antigen: • Vaksin hidup yang dilemahkan ( BCG, OPV, Campak, MMR, Varicela, Typhoid oral) • Vaksin inactive: Toksoid, rekombinan, konjugasi, sel utuh, sebagian sel ( Hepatitis A, B, DPT, DPaT, Tipus inj, IPV, HiB)
Vaksin Hidup yang dilemahkan • Harusreplikasi • Reaksiberat penyakitalamiah • Kontraindikasi : imunodefisiensi, kehamilan • Responimunserupadenganinfeksialamiah • Biasanyaefektifdengansatudosis • Berinterferensidenganantibodi • Tidakstabil: rantaidingin, penanganan yang hati-hati
Vaksin inaktif • Tidak dapat replikasi: aman pada pasien imunodefisiensi • Tidak seefektif vaksin hidup • Titer menurun : perlu boster • Membutuhkan 3 –5 dosis • Berinterferensi minimal dengan antibodi yang beredar
Aturan pemberian vaksin • Penjelasan : tujuan, kemungkinanefeksamping • Carikontraindikasi : meminimalkanefeksamping : Cek list, antisipasidansiapkanalatresusitasi • Lihatjadwal, catch-up vaccination. • Tehnik yang benar: dosis, tempatsuntikan, tindakanaseptik, rantaidingin • Pencatatandanpelaporan : termasuk KIPI
Cek list/ quesioner • Bagaimana kondisi anak hari ini • Riwayat alergi ? • Apakah ada efek samping berat pada imunisasi sebelumnya • Apakah ada masalah dengan respon imun? , anggota keluarga ? • Menerima transfusi darah, imunoglobulin • Apakah vaksinasi virus hidup dalam 4 mgg • Hamil / akan hamil • Pernah kejang, problem / penyakit syaraf?
Kontraindikasi/precautions (umum) • Permanent : • Reaksiberatsetelahvaksinasisebelumnya DPT : ensefalopati, syok, menangisterusmenerus>3 jam,suhu > 40,50C dalam 48 jam,kejangdalam 3 hari, SGB dalam 6 minggu • Temporary: • Vaksinhidup: kehamilan, penderita imunodefisiensi, setelahtransfusi/ terapiimunoglobulin • Menderitapenyakitberat/ sedang
Bukan Kontraindikasi • Penyakitringandengan/ tanpademamringan • Reaksiringan/ demamringansetelahvaksinasisebelumnya • Dalamterapiantibiotika • Terpaparpenyakit, masapenyembuhan • Kehamilandalamkeluarga • Menyusui, malnutrisi, prematur • Alergiterhadapbukankomponenvaksin • missed opportunity
Efek samping ( umum ) • Bervariasi : ringan – berat, lokal – sistemik, segera – tertunda • Lokal: • Nyeri, bengkak, kemerahantempatsuntik • Biasanyavaksindgn adjuvant ( DPT< TT< DT ) • Biasanyaringan , sembuhsendiri • Sistemik: • Demam, lesu, sakitkepala • Vaksinhidup: gejalaseperiinfeksialamiah, ringan, setelahinkubasi • Apakahalergiterhadapkomponenvaksin? Lainnya ? • Jarang, dapatdiminimalkandenganscreening
Vaksinasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) • Tuberkulosis (BCG) • Hepatitis B • DPT • Polio • Campak
Tuberkulosis (BCG) • Vaksin hidup yg dilemahkan dari Mycobacterium bovis • Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari langsung, disimpan pada suhu 2-80C • Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 3 jam • Tidak diberikan pada pasien imunokompromise • Tidak mencegah infeksi TBC → mengurangi risiko TBC berat (meningitis TB, TB milier)
BCG lanjutan... • Diberikan pada usia < 2 bln • Bila diberikan pada usia >3 bln →lakukan uji tuberkulin dahulu • Pemberian: m. deltoideus kanan, intrakutan • Dosis bayi: 0,05ml; anak: 0,1ml • Dosis ulangan tidak dianjurkan
BCG lanjutan... • KIPI: • Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher • BCG-itis • Kontraindikasi: • Reaksi uji tuberkulin >5mm • Imunokompromise, infeksi HIV, sedang mendapat tx imunosupresif • Gizi buruk • Kehamilan
Hepatitis B • Penyebab: virus Hepatitis B • Pemberian: intramuskuler di paha anterolateral (bukan di bokong) • Vaksin yang beredar di Indonesia: Uniject, Engerix • Reaksi KIPI: demam, nyeri & bengkak di tempat penyuntikan • Kontraindikasi absolut: - • Diberikan sebanyak 3 dosis • Diberikan segera setelah lahir. Jarak dosis 1 dan ke-2 adalah 1-2 bln, dosis ke-3: 6 bulan setelah dosis 1 (misal: usia 0, 1, 6 bln)
Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) DIFTERIA • Penyebab: toksin dari Corynebacterium diphteria • Infeksi di nasofaring → toksin destruksi jaringan, terbentuk membran/selaput→ diabsorbsi aliran darah → seluruh tubuh • Komplikasi: miokarditis, neuritis, kematian
Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) PERTUSIS • Batuk rejan / batuk 100 hari • Penyebab: bakteri Bordatella pertussis • Kuman menghasilkan toksin →gangguan aliran sekret saluran napas →pneumonia • Gejala timbul akibat penumpukan lendir di saluran napas: batuk paroksismal tanpa inspirasi, diakhiri bunyi ‘whoop’, muntah, sianosis • Komplikasi: pneumonia, kejang, ensefalopati, dehidrasi, perdarahan konjungtiva
Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) TETANUS • Penyebab: Clostridium tetani • Kuman tidak bisa hidup di lingkungan beroksigen • Terdapat pada: kotoran dan debu jalanan, usus dan tinja kuda, domba, anjing, kucing, tikus • Luka→ kuman masuk → suasana anaerob → penyebaran lewat darah → menempel pada reseptor saraf • Gejala: kejang-kejang, gangguan sistem saraf otonom • Komplikasi: laringospasme, pneumonia, kematian
DTaP atau DTwP • DTaP (vaksin DTP dengan komponen acelluler pertusis) • DTwP (vaksin DTP dengan komponen whole cell pertusis) • Mulai diberikan sejak umur 2 bln (tidak boleh diberikan sebelum umur 6 mgg), interval 4-6 mgg • DTP dasar diberikan 3 kali: usia 2, 3, 4 bln • DTP ulangan (DTP4) diberikan 1 th setelah DTP1: yaitu usia 18-24 bln • DTP5 diberikan saat umur 5 th (saat masuk SD) • DTP6 diberikan saat umur 12 th
DTaP atau DTwP • Dosis 0,5 ml, intramuskuler • KIPI: • Reaksi lokal kemerahan, bengkak, nyeri pd lokasi injeksi • Demam, ringan – hiperpireksi • Iritabel, menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan • Kejang • Hypotonic-hyporesponsive • Ensefalopati, reaksi anafilaksis →reaksi ikutan paling serius • Kontraindikasi: • Riwayat anafilaksis • Ensefalopati pd pemberian sebelumnya • KIPI lain pada pemberian sebelumnya
POLIOMIELITIS (POLIO) • Disebabkan: virus polio termasuk famili Picornaviridae • Infeksi terjadi diseluruh dunia • Gejala: 95% subklinis (asimptomatis), iritabel, kaku kuduk, kaku punggung dan kaki, paralisis (lumpuh layu) • Program eradikasi polio (ERAPO) global, di Indonesia: • Meningkatkan cakupan imunisasi OPV • Melaksanakan PIN • Surveilans AFP (acute flaccid paralysis)
OPV (oral polio vaccine) • Vaksin dari virus polio hidup yang sudah dilemahkan, oral • OPV-1 diberikan sejak lahir • Dosis: 2 tetes oral • Diberikan di RS/RB pada saat sebelum pulang • 3 dosis berikutnya diberikan dengan jarak interval 1-2 bulan • KIPI: pusing, diare ringan, nyeri otot, VAPP, VDPV • VAPP= vaccine associated polio paralytic • VDPV= vaccine derived polio virus
IPV (inactivated poliomyelytis vaccine) • Vaksin polio inactivated • Dosis: 0,5 ml, sub kutan • Diberikan 3 kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan
OPV Keuntungan • Mendapat imunitas humoral dan lokal • Imunitas mukosa usus • Pemberian mudah • Murah • Herd immunity • Contact immunity Kerugian • Risiko VAPP, VDPV • Kontraindikasi pada imunokompromise • Gagal imunisasi (pada diare, muntah) • Perlu cold chain
IPV Keuntungan • Tidak ada risiko terjadi VAPP dan VDPV • Imunitas konstan, tinggi, menetap • Direkomendasikan untuk pasien imunokompromise • Termostabil • Menimbulkan herd immunity Kerugian • Imunitas intestinal sedang • Tidak ada contact immunity • Mahal
CAMPAK • Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan • Diberikan umur 9 bln • Dosis: 0,5 ml; subkutan dalam • Dosis ulangan pada umur 5-6 th (program BIAS) • KIPI: • Demam tidak tinggi • Ruam • Gangguan sistem saraf pusat: ensefalitis atau ensefalopati • Kontraindikasi: • Demam tinggi • Pengobatan imunosupresi • Ibu hamil • Riwayat alergi
Vaksinasi non-PPI • MMR • HiB • Varicella • Typhoid
MMR • Measles, Mumps, Rubela • Vaksin dari virus hidup • Dosis: 0,5 ml, subkutan dalam, intramuskuler • Jarak: 6 bln dari campak (usia 15 bln), diulang usia 10-12 tahun • Kontraindikasi: pada anak imunokompromise, wanita hamil • KIPI: demam, rash
Haemophyllus influenza tipe B (HiB) • Mencegah meningitis, pneumonia • Merupakan vaksin konjugasi: • PRP-OMP: konjugasi dg protein Neisseria meningitidis • PRP-T : konjugasi dg toksoid tetanus • Vaksin HiB diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan 3 kali dg jarak 2 bulan • Diberikan pada usia: 2, 4, 6 bln, ulangan pada usia 18 bln • Bila suntikan awal: usia 6-1 th →diberikan 2x • Bila suntikan awal >1 th →diberikan 1x
VARISELA • Untuk mencegah varisela (cacar air) • Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan • Diberikan mulai usia 5 tahun, atau atas permintaan orang tua • Dosis: 0,5 ml subkutan
TYPHOID • Ada 2 jenis vaksin tifoid: • vaksin tifoid oral: vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan • Vaksin polisakarida: polisakarida • Vaksin tifoid oral: • Kemasan bentuk kapsul • Untuk anak usia >6 tahun • Diulang setiap 5 tahun • Vaksin tifoid polisakarida: • Dosis: 0,5 ml, subkutan dalam, intramuskuler • Diulang setiap 3 tahun
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) • Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun waktu 1 bln setelah imunisasi • Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi • Klasifikasi lapangan (WHO, 1999): • Reaksi vaksin • Kesalahan program / teknik pelaksanaan imunisasi • Reaksi suntikan • Kebetulan • Tidak diketahui
Pencegahan terjadinya KIPI • Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin: • Memperhatikan indikasi kontra • Orangtua diajarkan menangani reaksi vaksin yang ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan • Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis • Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau harus dirujuk ke RS dg fasilitas lengkap
Pencegahan terjadinya KIPI • Mencegah KIPI akibat program error: • Gunakan alat suntik disposibel • Gunakan pelarut vaksin yang sudah disediakan oleh produsen vaksin • Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang • Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain vaksin • Program error dilacak, agar tidak terulang kesalahan yang sama