400 likes | 573 Views
Kiat Mengevaluasi Diri Naskah Ilmiah dan Siasat Memilih Berkala Penerbitnya. Mien A. Rifai Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia n.a. “Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Juanda 22, Bogor (“Tang Lebun” RT 03/RW 15, Kotabatu, Ciomas, Bogor). Pendahuluan.
E N D
Kiat Mengevaluasi Diri Naskah Ilmiahdan Siasat Memilih Berkala Penerbitnya Mien A. Rifai Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia n.a. “Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Juanda 22, Bogor (“Tang Lebun” RT 03/RW 15, Kotabatu, Ciomas, Bogor)
Pendahuluan Menjadi tugas dan kewajiban mulia ilmuwan (scientists) dan pandit (scholars) yang berhasil menyelesaikan suatu kegiatan penelitian atau telaahan untuk menindaklanjuti keberjayaan tadi dengan jalan mengumumkan hasil, temuan, simpulan, serta implikasi lain kiprah kecendekiaannya tersebut sampai menjadi milik publik. Jika tidak, maka mereka dapat dianggap bersikap amoral karena menyalahi kode etik ilmuwan yang berkewajiban melayani masyarakat lingkungannya, atau bahkan dapat dikatakan melakukan tindakan kriminal karena telah menyalahgunakan uang pajak yang dibayarkan rakyat untuk mendanai kegiatan penelitiannya.
Untuk memenuhi kewajiban moralnya itu mereka biasanya menyiapkan tulisan dan menerbitkannya secara terlaksana dalam berkala ilmiah. Ketika berkala ilmiah pertama (The Philosophical Transactions of Royal Society) diterbitkan orang di London pada tanggal 6 Maret 1665, secara tegas dinyatakan bahwa fungsi dan tujuannya adalah untuk melakukan registrasi, sertifikasi, diseminasi, dan pengarsipan atas semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan dan pandit yang dimuatnya. Karena dianggap berjaya dalam upaya menyumbang pengayaan khazanah pengetahuan serta memajukan frontir ilmu dan teknologi, untuk jangka waktu lama tujuan mulia itu tidak berubah. Akan tetapi akhir-akhir ini (terutama di Indonesia) terjadi pergeseran makna oleh mencuatnya faktor kepamrihan. Perubahan ini terjadi karena sekarang karya ilmiah diterbitkan dengan tujuan: • meningkatkan harkat penulis (derajat, prestise, kehormatan, pengakuan, promosi) • mengangkat reputasi lembaga (peringkat, status, akreditasi, ketersohoran) • mendapatkan kepuasan pribadi
Dalam perjalanan waktu terlihat bahwa penerbitan karya ilmiah yang dimuarakan pada penguasaan ilmu dan teknologi untuk mendukung produksi sesuatu bangsa ternyata memang dapat memerbaiki daya saing bangsa. Sehubungan dengan itu menarik untuk menyimak angka-angka dalam tabel 1, yang menunjukkan adanya korelasi jelas antara jumlah publikasi (terutama yang diacu orang) sesuatu bangsa dengan kemakmuran dan kesejahteraannya. Sehubungan dengan itu menggelitik untuk dipertanyakan, bagaimana dengan Indonesia? Suatu survai yang diselenggarakan oleh berkala Scientific American pada tahun 1994 menunjukkan bahwa kontribusi ilmuwan dan pandit Indonesia pada khasanah pengembangan dunia ilmu setiap tahunnya hanyalah sekitar 0.012%, yang jauh berada di bawah Singapura yang berjumlah 0.179%, apalagi kalau dibandingkan dengan USA yang besarnya lebih dari 20%.
Tabel 1. Produktivitas Pelbagai Bangsa Dibandingkan dengan Jumlah Publikasi dan Sitasi1997–2001 Negara Jumlah Publikasi JumlahSitas GDP per kapita India 77.201 188.481 487 Cina 115.339 341.519 989 Jerman 318.286 2.199.617 24.051 Jepang 336.858 1.852.27131.407 USA 1.265.808 10.850.549 36.006
Oleh beberapa pengamat barat, jerih payah upaya ilmuwan Indonesia untuk ikut berkontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmiah dunia diistilahkan lost science in the third world. Pernyataan bernada sumbang ini terutama disebabkan karena hasil yang disumbangkan mereka tidak sampai ke hadapan mitra bebestari sesama ilmuwannya yang sebidang, hanya karena diterbitkan dalam publikasi yang berjangkauan terbatas. Penilikan lebih cermat terhadap situasi berkala ilmiah Indonesia secara umum memang menunjukkan bahwa penerbitannya: • dilakukan dengan tiras yang sangat terbatas (kebanyakan hanya 300 eksemplar) • memiliki sirkulasi persebaran sempit secara lokal • tidak dilanggan oleh perpustakaan utama pusat kegiatan ilmiah nasional • hanya menggunakan Bahasa Indonesia (baru belakangan berabstrak Bahasa Inggris) • belum dijadikan komoditas dosen sebagai sumber bahan kuliah • dan tidak diproduksi, dikelola, dan disunting secara profesional. • Sebagai akibatnya jurnal-jurnal itu tidak sampai ke forum ilmiah nasional apalagi
internasional, sehingga tulisan ilmuwan Indonesia tidak pernah diacu secara luas oleh ilmuwan lain. Selanjutnya judul tulisan karya ilmuwan Indonesia pun tak tertampilkan dalam layanan cepat bibliografi, kata kuncinya tak terambil oleh penyedia pindaian internet, dan karena tidak teracu ilmuwan penulisnya tak terlacak dan tidak tersedia dalam pelbagai search engine di dunia maya. Dapatlah dimengerti jika ilmuwan Indonesia sudah dicap hanya merupakan jago kandang.
Ketidakprofesionalan produksi tersebut terutama terjadi karena berkala kita terlambat mengikuti perkembangan internasional, yang dalam beberapa dasawarsa terakhir sudah memapankan tradisi untuk meningkatkan mutu dan reputasi ilmiahnya dengan jalan mengharuskan setiap isi artikel ilmiahnya • dievaluasi secara anonim oleh mitra bebestari sebelum diterbitkan • tersebar dan terakseskan secara luas dan terbuka • umum dibaca dan ditelaah serta diacu oleh sesama ilmuwan dan pakar berkeahlian sejenis.
Menelaah Kelaikterbitan Naskah Agaknya tidak dapat dibantah bahwa di pundak semua ilmuwan dan pandit Indonesia tertumpahkan beban berat untuk mengubah semua citra keterpurukan yang menghantui upaya untuk membuat kita bisa berbicara lantang di forum ilmiah internasional. Untuk itu mereka berkewajiban berupaya agar hasil jerih payah kecendekiaannya dapat diterima dalam berkala bereputasi––dengan perkataan lain dianggap layak terbit oleh mitra bebestari penelaahnya. Bagi mereka tidak ada pilihan lain kecuali mengevaluasi seobjektifnya makna ilmiah hasil atau temuan ilmiahnya sebelum mengajukan naskah yang sedang dipersiapkan untuk diterbitkan. Tuntutan tinggi terhadap mutu yang diharapkan dari sumbangan ilmiah yang diajukan akan selalu mengharuskan digunakannya pendekatan canggih dan sudut pandang kritis, metodologi pemecahannya modern, serta perampatan dan penyimpulan tuntas yang menyeluruh karena pembahasannya betul-betul diperbandingkan dengan pustaka mutakhir. Pengerahan penuh semua kiat itu menjamin bahwa simpulan yang dihasilkannya akan sarat dengan temuan yang betul-betul baru untuk pengembangan dan pemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, rekayasa, dan seni, serta serba berkepioneran dalam penjelajahan terra incognita ilmu dan teknologi sehingga mampu bersaing, terutama karena tidak hanya mengulang kegiatan serupa melalui permutasian metode dan objek oleh kelatahan yang lagi jadi mode.
Oleh karena itu dalam menyiapkan setiap naskah ilmiah untuk diterbitkan, merupakan kebiasaan yang baik untuk meniliki lagi langkah-langkah yang telah dilakukan, dengan jalan mencermati apakah butir-butir berikut sudah terperhatikan: • terjagakah kemutakhiran peta state-of-the-art permasalahan yang ditanganinya? • terjaminkah keorisinalan sudut pandang dan pendekatan yang sudah dilakukan dalam memecahkan masalahnya? • unikkah perumusan masalah sehingga kegiatan penelitiannya menghasilkan simpulan yang pasti diminati (para mitra bebestari dan) ilmuwan lain yang terkait? • cukup menukikkah kedalaman pendekatan dan ketepatan metodologi yang sudah dipakai? • terpemenuhikah persyaratan minimum untuk mencapai ketepatan, kecanggihan, dan kemodernan metode yang dipakai ? • sudah maksimumkah pengerahan sarana dan infrasarana pendukung penelitiannya sehingga ketuntasan penggarapannya sudah betul-betul optimum?
terverifikasikah kesesuaian dan keterandalan informan, terterakah peralatan dan perlengkapan penelitian, terbenarkankah kuesioner penelitian yang dipergunakan, tersediakah informasi perkembangan pustaka terakhir sehingga kesahihan data yang sudah terhimpun tidak menimbulkan keraguan atau kontroversi? • sudah dibaca dan terkuasaikah hasil dan simpulan dalam semua publikasi penelitian-penelitian lain yang berkaitan sehingga penyimpulan dapat maksimum untuk menghasilkan perampatan melebar dan teori baru yang menyeluruh? • jelaskah penambahan (delta) atau kebaruan temuannya sehingga kontribusinya bermakna bagi kemajuan dunia ilmu? Jawaban positif terhadap semua butir pasti ikut memberi corak keberjayaan kontribusi ilmiah yang akan diterbitkan, karena menjamin ketuntasan penggarapan yang sudah dilakukan. Kalau ada kekurangan yang bernada negatif, maka tindakan remedial harus dilakukan untuk memerbaikinya.
Mendapatkan jawaban positif terhadap semua pertanyaan tadi memang dianggap perlu, karena ditengarai banyaknya hambatan budaya lekat diri dalam pola pikir, formulasi perencanaan penelitian, pendekatan pengolahan simpulan, dan motivasi penerbitan hasilnya yang telah dilakukan ilmuwan dan pandit Indonesia selama ini, antara lain: • keterbatasan aspirasi segala kegiatan kecendekiaannya, yang sering sangat melokal dan tidak menasional apalagi mengglobal • kesempitan sudut pandang dan pembatasan cakupan oleh judul kegiatan (yang mungkin merupakan projek sehingga sering terbawa menjadi juga judul karya ilmiahnya) yang mengungkung • kekurangberanian untuk menganalisis secara mendalam data dan informasi yang terkumpul selama penelitian • ketiadaan sintesis melebar terhadap hasil yang diperoleh dengan jalan membandingkannya dengan ‘mencakup’ hasil penelitian lain, meminjam dari waktu lain, memanfaatkan disiplin lain, menyadap dari budaya lain, ataupun mengacu pada pengalaman orang lain yang sudah ada dalam khasanah pustaka mutakhir sesuai dengan kode etik yang berlaku • ketakutan dalam menyusun simpulan berakibatan dan berdampak meluas • kekerdilan buat melontarkan perampatan revolusioner yang memungkinkan tersusunnya suatu grand theory. Mengenali pelbagai kelemahan tersebut amat penting, terutama karena bisa dipakai untuk menyempurnakan kekurangan yang mungkin dimiliki.
Pengevaluasian makna ilmiah suatu hasil penelitian atau pemikiarn yang akan ditulis untuk disumbangkan dalam suatu berkala ilmiah dapat dipermudah dengan memahami ’posisi’ hasil penelitian dan telahan yang baru dirampungkan dalam skema rentetan pencapaian ilmu dan teknologi mulai dari pengalihan (transfer of technology), penyesuaian (adaptation), pembaruan (innovation), rekacipta (invention), dan pengungkapan (discovery).
Pengalihan: hasil kegiatan yang hanya merupakan pemindahan teknik produksi yang telah diketahui ke situasi dan lokasi lain untuk meluaskan pemanfaatan (umumnya dalam industri) atau lebih meningkatan pemahaman dengan sedikit penyesuaian tetapi tanpa sumbangan bermaksa dalam pemajuan ilmu dan teknologi. Skripsi sarjana minimum harus mencapai tingkat ini. • Penyesuaian: hasil kegiatan untuk menerapkan suatu metode atau pendekatan (terutama kegunaan teknologi) pada masalah atau objek lain, atau pelaksanaan penelitian dan telaahan yang sama dengan pendekatan dan metodologi berbeda, sehingga memberikan sumbangan yang melebarkan horizon ilmu dan teknologi walaupun tidak mendalam. Tesis magister minimum harus didasarkan pada penelitian dan telaahan adaptif.
Pembaruan: hasil yang diperoleh dari penelitian atau telaahan yang direncanakan dengan baik terhadap permasalahan yang kompleks, atau menerapkan pemodifikasian metode dan pendekatan terhadap persoalan yang belum terpecahkan, sehingga simpulannya menyumbang secara nyata dalam pemajuan ilmu dan teknologi. Pembaruan yang dilakukan dalam kegiatan ini dapat menghasilkan paten. Disertasi doktor harus menghasilkan hasil inovatif untuk memenuhi kebutuhan audiensi internasional. • Rekacipta: penelitian dan pengembangan sistematik atau telaahan mendalam yang secara sangat bermakna menelorkan temuan yang betul-betul baru untuk ilmu dan teknologi, atau menghasilkan menciptakan produk bermanfaat yang sangat diinginkan, atau berjaya menjelaskan fenomena yang lama membingungkan dengan teori-teori baru. Perekaciptaan fondasi cakar ayam, teori lempeng tektonik, pencetusan konidiasi sebagai landasan pengelasifikasian jamur, pengembangan teknologi injeksi penisilin . . . merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang membuahkan rekacipta utama. • Pengungkapan: penelitian, telaahan, pengamatan yang menghasilkan pengungkapan utama yang mampu menjelskan hakikat alam, fenomena, dan konsep yang sering diikuti grand theory yang secara sangat nyata mengubah pendapat umum secara global. Di antara pengungkapan penting (yang umumnya layak mendapat hadiah Nobel) antara lain adalah temuan penisilin oleh Fleming, susunan DNA oleh Watson dan Crick, teori evolusi Darwin, teori relativitas yang dilancarkan Einstein.
Pengajian dan evaluasi makna temuan yang dihasilkan dapat pula dilakukan dengan jalan membandingkannya secara menyeluruh hasil dan simpulan yang dicapai dalam kegiatan yang sudah dirampungkan dengan hasil yang dibuat ilmuwan terkait lain yang baru saja diterbitkan. Perbandingan semacam itu akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan, serta makna ataupun kelebihan sumbangan yang akan disampaikan. Untuk itu instrumen berikut dapat dipergunakan, dengan berpegangan pada tradisi ilmuwan yang merasa lebih baik untuk selalu ragu-ragu (the benefit of doubts): • walaupun tidak sama benar, sudahkan hasil serupa pernah diterbitkan orang? • jika sudah, apa kesamaan dan apa pula perbedaannya? • apakah temuan yang dianggap orisinal betul-betul merupakan sesuatu yang baru? • bermaknakah nilai ilmiah keorisinalan yang baru diungkapkan itu?
apakah hasil yang diperoleh hanya mengisi rumpang kecil ketidaktahuan yang tidak mengganggu kalau dibiarkan? • dengan perkataan lain, apakah hasil tadi hanya mengukuhkan pendapat yang ada sekalipun bukti yang disajikan terungkap dari pendekatan atau pandangan berbeda? • seberapa jauh simpulan yang dihasilkan merambah ke wilayah terra incognita ilmu? • apakah ilmuwan terkait akan menghargai temuan yang dihasilkan? • siapa kira-kira yang akan menantang simpulan dengan jalan menindaklanjuti atau melaksanakan penelitian atau telaahan baru? • akan banyakkah ilmuwan yang melakukan pengacuan langsung pada hasil, dan siapa saja yang secara tidak langsung akan diuntungkan dengan penerbitannya? Jawaban terhadap pertanyaan di atas akan membantu seseorang dalam menemukan dan menentukan besar sumbangan atau delta hasil kegiatan kecendekiaannya, menyusun diskusi yang harus disusun dalam tulisan nanti, serat merumuskan simpulan dan perampatan umumnya.
Sebagai pelaksana suatu kegiatan penelitian atau telaahan, Anda sendirilah yang tahu betul apakah kegiatan yang sudah diselesaikan diyakini secara pasti menghasilkan simpulan berupa keluaran (output) yang memiliki keunikan tinggi yang diminati orang banyak di pentas lokal, nasional, ataupun internasional karena sangat orisinal, serta memunyai akibatan (outcome), dan dampak (impact) luas dalam memajukan frontir ilmu dan teknologi.
Sekalipun demikian ada baiknya untuk tidak cepat puas dengan hasil penilaian diri, sebab akan lebih baik lagi untuk dapat memeroleh: • pendapat objektif dari rekan sejawat dalam lingkungan kerja, yang dapat dilakukan melalui diskusi intensif secara informal • evaluasi wajar tanpa pamrih dari pembimbing penelitian atau atasan • saran masukan dalam presentasi terbatas dalam lingkungan lembaga • kritikan membangun terhadap makalah yang dibacakan dalam pertemuan ilmiah terbuka. Jika, dan hanya jika Anda sudah merasa yakin betul bahwa segala upaya maksimum telah terkerahkan untuk menyempurnakan simpulan yang dicapai hasil penelitian atau telaahan Anda, menjadi kewajiban Anda untuk segera memilih berkala ilmiah yang paling sesuai untuk tempat menerbitkannya.
Memilih Berkala Ilmiah Sebelum memilih berkala ilmiah yang paling sesuai, sekali lagi kenali dulu kespesifikan hasil penelitian Anda sebaikbaiknya, untuk menentukan macam peminat yang bakal memanfaatkan data dan informasi yang diungkapkan. Untuk itu perlu disimak penempatan hasil penelitian Anda dalam kerangka bidang ilmunya yang paling tepat. Mulailah dengan mengelasifikasi ranting terkecil/terujung disiplin ilmunya untuk menentukan apakah pembaca yang dijadikan sasaran: • pakar super-super-spesialis • pakar super-spesialis • pakar spesialis • pakar biasa yang generalis?
Jangan berkecil hati pada hasil identifikasi yang rendah, sebab mungkin sekali data dan informasi yang diungkapkan penelitian Anda bersifat antardisiplin, transdisiplin, antarbidang, atau bahkan lintas sektor. Kalau memang lintas sektor, tentukanlah sektor paling berpotensi terbanyak peminatnya
Sebagai seorang peneliti di bidang tersebut Anda tentu sudah banyak membaca publikasi hasil-hasil penelitian terkait, sehingga seharusnya akan mudah mengenal identitas para pakarnya yang merupakan tokoh spesialis, dan mengetahui pula secara tepat jati diri berkala paling sesuai yang menduduki relung peringkat kespesilisan ataupun kelintassektorannya. Perlu dicamkan bahwa bahwa kelintassektoran bukan berarti pilihan harus dijatuhkan pada berkala yang bersifat bunga rampai. Bidang seperti ‘ekologi’ atau ‘etnobotani’ ataupun ‘bioteknologi’, apalagi ‘gender’, misalnya, berpendekatan antardisiplin tanpa mengurangi kespesialisan yang dituntut dunia modern, sehingga berkalanya pun sebenarnya memiliki derajat kespesialisan yang tinggi.
Di antara sejumlah berkala yang teridentifikasi, pilihlah yang bersifat: • tertinggi derajat pengakuan orang padanya (terakreditasi vs tak terakrediasi) • terkuat pengaruhnya (bermakna vs tak terasa kehadirannya dalam kegiatan pemajuan bidang ilmunya) • terluas jangkauannya (bahasa internasional vs bahasa lokal) • terlebar wawasannya (keglobalan vs kesetempatan liputan geografi objeknya, dan asal penyumbang naskahnya) • terbaik kepionerannya (melulu hasil penelitian vs banyak artikel ulasannya) • terbesar akibatan dan dampaknya (sering diacu vs tak pernah disitir orang) • terbanyak pembacanya (besar vs kecil jumlah tirasnya) • tercepat pemerosesannya (panjang vs pendek antriannya) • tersering frekuensi terbitnya (lama vs sebentar masa tunggunya).
Akan lebih baik lagi jika Anda secara sadar ingin ikut berperan dalam upaya meningkatkan daya saing bangsa dengan jalan bertekad untuk selalu berniat menerbitkan naskah Anda dalam berkala bertaraf internasional. Untuk itu perlu diketahui bahwa secara umum suatu berkala akan dikatakan beraspirasi internasional jika: • ditulis dalam salah satu bahasa PBB sehingga memiliki cakupan pembaca yang luas. Berkala yang mengkhususkan diri pada telaahan mendalam tentang seluk-beluk suatu bahasa lokal spesifik bukan bahasa PBB yang secara luas diminati pakar ilmu internasional dengan sendirinya dapat menggunakan bahasa termaksud. • memuat artikel yang berisi sumbangan nyata bagi kemajuan suatu disiplin ilmu yang banyak diminati ilmuwan sedunia. • penerbitannya dikelola secara terbuka sehingga melibatkan dewan penyunting dari berbagai penjuru dunia, dan sekarang umumnya setiap artikelnya diolah oleh pakar-pakar internasional melalui penyaringan sistem penelaahan oleh mitra bebestari dunia secara anonim. • penyumbang artikelnya berasal dari pelbagai negara yang lembaga-lembaganya memiliki pakar yang berspesialisasi dalam bidang kekhususan berkala. • sejalan dengan itu persebaran berkalanya juga mendunia karena dilanggan oleh pebagai lembaga dan pakar dari berbagai negara yang berminat pada disiplin ilmu termaksud.
Sesudah pilihan pada sebuah berkala dijatuhkan, lanjutkan keputusan Anda dengan melakukan hal-hal berikut: • pelajari dua tiga nomor terbitan terakhirnya • telaah dan pahami betul petunjuk pada penulisnya (yang tebalnya dapat sampai 64 halaman!) • selidiki apakah berkalanya masih memunyai website khusus untuk tempat menambahkan perincian dan penjelasan persyaratan lebih lanjut tentang petunjuk pada penulis tersebut • selami seluk-beluk segala persyaratan yang dicantumkan dalam petunjuk pada penulis • baca dengan cermat tiga empat artikel di dalamnya––terutama yang berkaitan erat dengan topik atau subjek yang akan Anda siapkan artikelnya––sambil membandingkannya dengan petunjuk pada penulis tadi.
Jika––dan hanya jika––gaya dan format cara penulisan seperti diperinci dalam petunjuk pada penulis sudah dikuasai betul, baru seseorang dapat dianjurkan untuk mulai menulis naskahnya. Ketika menyusun naskah, selalu cermati: • ketentuan tentang judul, baris kepemilikan (lihat lampiran jika timbul keraguan bagaimana berbagi kepengarangan), abstrak, kata kunci • urutan penataan penyajian dan pengaturan pembaban • keterperincian bahan dan metode • pola penyajian hasil . . . dan terutama pembahasan • tata cara penulisan dan penggunaan tanda baca • cara pengacuan pada pustaka • pemanfaatan catatan kaki atau catatan akhir • ilustrasi dan tabel serta grafik • penyusunan daftar pustaka • . . . dan segala perincian kecil lain yang digariskan berkala.
Tidak perlu ditekankan lagi keharusan mutlak bagi seorang penulis naskah untuk tunduk sepenuhnya pada semua ketentuan dalam petunjuk pada penulis jika naskah yang dipersiapkan ingin diterima pemuatannya dalam berkala termaksud. Perlu dicatat bahwa penyimpangan kecil saja bisa membuat naskah secara otomatis ditolak komputer yang mungkin dioperasikan pengelola berkala untuk menyimak dan menyaring kesesuaian awal ‘fisik administratif’ naskah yang masuk. Untuk itu ikutilah semua petunjuk yang berkaitan dengan kejelasan, kelugasan, keringkasan, ketepatan, serta keutuhan ataupun kelengkapan informasi yang selalu sangat diutamakan oleh para penyunting berkala untuk menjaga ketaatasasan gaya selingkung berkala yang dikelolanya. Para pemerhati pola penerbitan ilmiah Indonesia umumnya memang risau menyaksikan perilaku penulis Indonesia yang ternyata sulit menyesuaikan diri dengan persyaratan teknis berkala, sehingga petunjuk pada penulis yang dituangkan menjadi kurang berfungsi. Akan tetapi sering pula terlihat bahwa para penyunting berkala sendiri pun kurang kukuh menjaga ketentuan yang sudah tegas digariskannya tersebut.
Sesudah buram pertama naskah selesai ditulis, ada baiknya untuk menyimpannya beberapa hari, lalu Anda baca lagi secermatnya untuk mengurang kejanggalan dan menyempunakan kesalahan besar atau kecil yang mungkin telah terjadi. Sesudah diperbaiki serahkanlah hasilnya––bersama petunjuk pada penulisnya––pada seorang dua atau tiga orang rekan sejawat di lingkungan kerja Anda untuk diminta menelaahnya. Berdasarkan perbaikan pada kesalahan yang ditemukan sendiri serta saran penyempurnaan yang diterima dari orang lain, baru dapat disiapkan naskah finalnya
Bacalah sekali lagi naskah final Anda sebelum dikirimkan, dan kemudian yakinkan betul: • bentuk surat pengantar yang ditentukan berkala • macam naskah yang harus disampaikan • apakah hanya berupa printout copy lengkap • atau cukup dengan manuscript MSWord/PDF file saja • atau berupa text/table/legend clones beserta artwork/graphics (TIF, EPS) file • atau semua ketigatiganya ? • berapa kopi naskah yang harus dikirim • pengirimannya pada alamat yang mana (penyunting penyelia, penyunting pelaksana), atau harus ke mitra bestari, atau bagaimana.
Sesudah naskah dikirimkan, silakan beristirahat, tunggu balasan dan tanggapan dengan sabar, . . . dan berdoalah. Anda memang perlu berdoa sebab naskah Anda sekarang ditelaah kelaikterbitannya secara cermat, yang umumnya dilakukan oleh ilmuwan yang dianggap setara keahlian dan kepakarannya dengan Anda. Mereka merupakan peer (dipadankan dengan istilah ‘bebestari’, atau ‘tetara’ dalam bahasa Indonesia––berturut-turut diciptakan dari kata ‘bestari’ dan ‘tara’ berdasarkan analogi istilah ‘tetua’ dari tua-tua, dan “leluhur” dari luhur). Dalam kamus-kamus, peer umumnya didefinisikan dengan ‘orang yang memiliki kedudukan tingkatan setaraf dengan kelompok sesamanya dilihat dari umur, peringkat, kemampuan, atau statusnya’. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan tradisi penerbitan berkala ilmiah di forum internasional, peer group (atau ‘mitra bebestari’) sebagai kelompok penelaah dipilihkan dari para ilmuwan yang masih giat dan aktif berkecimpung dalam dunia kecendekiaan sehingga diakui secara luas sebagai tokoh dan autoritas terpandang dalam bidang spesialisasinya. Sebagai kelompok pakar mereka tidak duduk dalam dan memang bukan anggota dewan atau sidang penyunting sesuatu berkala ilmiah. Mereka umumnya masih berkegiatan di laboratorium sehingga terus menerbitkan hasil penelitiannya yang berupa publikasi ilmiah berbobot dalam berkala-berkala terpandang. Kepakaran mereka tidak diperoleh dari selembar surat keputusan, tidak juga oleh sederetan sebutan jabatan atau gelar akademis seperti profesor atau doktor berangkap-rangkap, ataupun kedudukan terhormat dan berpangkat tinggi. Sebaliknya pengakuan kepantasannya untuk dijadikan mitra bebestari dari lingkungannya semata-mata diperoleh berdasarkan hasil karya nyatanya berupa daftar panjang setumpuk terbitan berbobot yang masih terus dihasilkannya. Bukti hakiki ini menunjukkan kemampuan mereka memikirkan, mengikuti, dan mengembangkan serta menguasai arah kemajuan ilmu dan teknologi serta rekayasa berdasarkan hasil penelitian dan kreativitas kecendekiaan lain yang ditekuninya.
Penelaahan dan penilaian kritis naskah untuk berkala ilmiah hampir selalu dilakukan oleh mitra bebestari secara anonim dalam dua arah, artinya si penilai tidak tahu siapa penulis naskah yang dihadapinya dan penulis juga tidak tahu siapa yang bakal menilai naskahnya yang sedang dipertimbangkan. Karena banyak indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui pengarang suatu naskah, sidang penyunting harus selalu mengusahakan agar orang yang sudah terkenal bermusuhan tidak diminta saling memeriksa naskah tulisan mereka. Oleh karena itu orang-orang yang selembaga umumnya tidak diperkenankan untuk saling menjadi mitra bebestari, karena dipastikan adanya conflict of interest di antara mereka. Keanoniman dan ketiadaan kaitan kelembagaan ini akan memungkinkan terjadinya penelaahan dan penilaian yang adil, independen, transparan, bebas kolusi, serta tidak berbias.
Dalam praktiknya, pemeriksaan bobot isi dan substansi naskah biasanya dilakukan oleh dua orang mitra bebestari yang umumnya memiliki kespesialisan yang sebidang dengan penulis naskah. Kebijakan yang umum dianut menyatakan bahwa suatu naskah diterima untuk diterbitkan sesudah ditelaah dan disetujui oleh dua orang yang sudah luas diakui merupakan autoritas yang ditokohkan dalam bidang tersebut. Kebijakan yang sama juga dipakai untuk menolak menerbitkan naskah yang tidak disetujui oleh dua orang pakar berkeahlian ini. Jika hasil penilaian kelayakan terbit suatu naskah yang diberikan kedua orang penelaah bertentangan satu sama lain, akan diperlukan penelaah ketiga untuk memutuskannya.
Tugas mitra bebestari dalam menelaah naskah ialah membantu sidang penyunting dalam menyaring (awas: bukan menjaring!) untuk menjaga mutu substansi tulisan yang diterbitkan dalam berkala. Tujuan ini dicapai dengan jalan membantu penulis secara anonim dalam meningkatkan mutu naskahnya melalui kritikan yang membangun. Untuk itu, seorang yang bersedia menjadi mitra bebestari harus menyelesaikan penelaahannya dalam waktu yang umumnya tidak lebih dari dua minggu. Jika karena sesuatu hal seorang penelaah tidak dapat memenuhi jadwal waktu yang disepakati, segera beri tahu penyunting dan kembalikan naskah agar dapat dicari penggantinya.
Perlu ditekankan bahwa sebagai anggota mitra bebestari, seorang penelaah tidak bertugas menyunting gaya bahasa, dan tidak juga mengolah kopi naskah untuk siap diterbitkan. Ia hanya diminta mengevaluasi kelayakan bobot isi dan substansi naskah sesuai dengan baku mutu yang dipakai berkala bersangkutan. Oleh karena itu hasil penilaian seorang penelaah biasanya berupa laporan tentang kelayakan terbit naskah, sering dalam pernyataan berbentuk ya atau tidak. Laporan yang diberikan harus jelas dan tidak membingungkan penyunting ataupun pengarang. Dalam memberikan penilaian, pertanyaan-pertanyaan berikut supaya dipertimbangkan. • Adakah sesuatu dalam naskah bersifat baru dan orisinal untuk ilmu? • Cukup berbobotkah substansi yang disumbangkan sehingga bermakna untuk diterbitkan guna memajukan ilmu? • Pernahkan bahan serupa diterbitkan sebelumnya dalam bentuk lain? • Jika sudah, cukup terkentara perbedaannya sehingga naskah masih layak diterbitkan? • Sesuaikah bobot, keteknisan, dan cakupan substansi yang terkandung dalam naskah dengan berkala?
Apakah naskah yang dihadapi lebih cocok untuk berkala lain? • Apakah metode dan pendekatan memadai untuk tujuan penelitian atau penelaahan yang dilaporkan? • Adakah kesalahan fakta, penginterpretasian, atau penghitungan? • Apakah kerangka susunan naskah sesuai, memuaskan, dan hemat? • Apakah kepustakaan yang ditelaah dan diacu mutakhir dan lengkap? • Apakah semua bagian naskah perlu diterbitkan? • Bagian mana yang perlu dibuang, dipersingkat, dipertegas, atau malah diperpanjang? • Jelaskah cara pengarang menyajikan tulisannya sehingga tidak akan disalahtafsirkan? • Apakah tabel menyajikan data secara jelas dan ringkas? • Apakah semua ilustrasi diperlukan? • Sebaliknya, apa tabel, ilustrasi, dan gambar masih kurang? • Apakah semua keterangan gambar dan judul tabel cukup jelas? • Cukup tajamkah analisis terhadap data yang terkumpul? • Sudah lebarkah sintesis yang dilakukan dalam merangkum temuan(-temuan) yang terungkapkan? • Tuntaskah pembahasan membandingkan temuan dengan informasi yang sudah terungkap sebelumnya oleh penelitian lain? • Cukup bermaknakah perampatan dan simpulan yang dirumuskan? • Apakah kandungan abstrak lengkap cakupannya tetapi ringkas serta sesuai dengan gaya selingkung berkala? • Bagaimana dengan kata kuncinya? • Apakah judul naskah tepat dan betul-betul sesuai dengan isi karangan?
Dalam menunaikan fungsinya, para mitra bebestari diminta untuk berpedoman pada kode etik penyunting sekalipun secara resmi mereka tidak termasuk dalam dan sama sekali bukan merupakan anggota sidang penyunting. Oleh karena itu mereka dianjurkan untuk membiasakan diri mengelasifikasi naskah dalam kategori sempurna, baik, diterima dengan perbaikan kecil, dipertimbangkan sesudah diperbaiki secara mendasar, dan tidak memenuhi syarat baik isi maupun bentuk. Naskah yang bobot isi substansinya berada di bawah standar agar diusulkan ditolak, sedang yang berbobot tetapi perlu penyempurnaan supaya dilampiri saran cara memerbaiki mutu naskah secara makro. Saran itu dapat berupa anjuran untuk mengatur kembali susunan kerangka penyajian sehingga lebih efektif. Dapat pula saran itu menganjurkan pembuangan bagian naskah yang dianggap tidak berkaitan dengan pokok masalah, atau menambah bagian yang dirasakan kurang mendalam pembahasannya oleh pengarang.
Laporan penelaah dimaksudkan untuk membantu penyunting mengambil keputusan apakah menerima langsung, menerima dengan perbaikan yang dapat ringan tetapi bisa pula berat, atau sama sekali menolak naskah, yang adakalanya mungkin dianjurkan untuk dimuat di tempat lain. Nasib sebuah naskah memang berada di tangan sidang penyunting semata-mata, yang akan mengambil keputusan akhir berdasarkan rangkuman penyimpulan hasil laporan penilaian yang dimasukkan para mitra bebestari.
Begitu Anda sebagai penyumbang naskah menerima balasan dari editor berkalanya, bereaksilah dengan segera (kalau korespondensi per pos biasanya diberi tenggang waktu kurang dari dua minggu, sedangkan kalau melalui e-mail harus dalam waktu dua hari atau 48 jam). Para penyunting Indonesia rata-rata mengeluhkan kelambanan datangnya atau bahkan ketiadaan tanggapan penulis naskah! Selanjutnya memang terpulang kepada Anda sebagai penulis yang mutlak harus menerima keputusan sidang penyunting, dan melaksanakan semua petunjuk dan permintaan untuk menyempurnakan isi dan bentuk penyajian naskah, yaitu kalau artikel Anda memang ingin dimuat.