510 likes | 934 Views
Iwan Triyuwono Jurusan Akuntansi – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya iwant@ub.ac.id ; itriyuwono@gmail.com. ”SUSUSAYA” MELAMPAUI PARADIGMA-PARADIGMA METODOLOGI PENELITIAN. Pengantar.
E N D
Iwan Triyuwono Jurusan Akuntansi – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya iwant@ub.ac.id; itriyuwono@gmail.com ”SUSUSAYA” MELAMPAUI PARADIGMA-PARADIGMA METODOLOGI PENELITIAN
Pengantar • PARADIGMA (yang sering juga disebut Perspektif atau Pandangan Dunia) adalah sudut pandang yang digunakan oleh seseorang untuk melihat sebuah simbol
Paradigma juga merupakan kristalisasi dari beberapa pikiran yang sama atau mirip dari kelompok masyarakat ilmiah
Contoh: Paradigma Akuntansi Positif mendefinisikan akuntansi sebagai: sebuah aktivitas yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan dapat berguna dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi
Contoh: Paradigma Akuntansi Kritis mendefinisikan Akuntansi sebagai: teknik-teknik yang digunakan untuk mengeruk kesejahteraan [wealth], dalam rangka mendukung kelompok elit tertentu dengan mengorbankan Mother Nature dan orang-orang yang dipekerjakan untuk melayani kepentingan orang lain
Contoh: Paradigma Akuntansi Syari’ah mendefinisikan Akuntansi sebagai: seni dan ilmu meracik informasi yang berfungsi sebagai doa dan dzikir dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual manusia untuk membangkitkan rasa kesadaran ketuhanan dan kembali pada Allah dengan jiwa yang suci dan tenang
Definisi akuntansi sangat bervariasi. Bahkan variasi ini sebanyak pikiran manusia yang ada di bumi ini
Ragam Paradigma Paradigma Positivis Paradigma Interpretivis Paradigma Kritis Paradigma Posmodernis Paradigma Spiritualis
Realitas sosial (social reality) dipahami secara obyektif, terpisah dengan subyek, ditemukan, diindra, seragam, hukum universal, cocok untuk semua
Hakikat manusia (human nature) pada dasarnya manusia adalah makhluk rasional, tunduk pada hukum di luar dirinya, dan tanpa kehendak bebas (free will)
Ilmu pengetahuan (science) dibangun berdasarkan prosedur dan peraturan yang ketat, deduktif, nomotetis, dan bebas nilai
Tujuan penelitian (the purpose of research) adalah menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to predict)
Realitas sosial dipahami secara subyektif, dibangun melalui proses interaksi sosial, dan diinterpretasikan
Hakikat manusia: manusia adalah pencipta dan pemberi makna pada dunianya, pencipta sistem makna, dan tidak dibatasi oleh hukum yang ada di luar dirinya
Ilmu pengetahuan adalah akal sehat, induktif, ideografis, tergantung pada penafsiran, dan sarat nilai (value-laden)
Tujuan penelitian adalah untuk menafsirkan (to interpret) dan untuk memahami (to understand)
Realitas sosial bersifat sangat kompleks, diciptakan melalui interaksi sosial, selalu dalam tekanan, penuh dengan kontradiksi, opresi, dan eksploitasi
Hakikat manusia: makhluk yang dinamis, pencipta nasibnya sendiri, ditekan, dieksploitasi, disimpangkan, diasingkan, dan dikondisikan, serta tertekan dalam merealisasi potensi dirinya
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang digunakan untuk membebaskan, memberdayakan, mengubah, dan sarat nilai
Tujuan penelitian adalah untuk membebaskan (to emancipate) dan mengubah (to transform)
Realitas sosial bersifat sangat kompleks, majemuk, dan saling-bergantung, dibangun berdasarkan pada interaksi sosial yang kompleks
Hakikat manusia: manusia memiliki kecerdasan yang kompleks, kreatif, kritis, dan berkehendak bebas
Ilmu pengetahuan merupakan refleksi dari sinergi pengetahuan rasional dan intuitif
Tujuan penelitian adalah untuk melakukan dekonstruksi (to deconstruct) terutama pada sesuatu yang dianggap tunggal
Realitas sosial merupakan refleksi roh (spirit) dari masing-masing individu anggota masyarakat
Hakikat manusia: manusia adalah makhluk spiritual yang mengalami kehidupan fisik, perwujudan Tuhan, memiliki tubuh fisik, mental, dan spiritual
Ilmu pengetahuan merupakan pancaran dari ilmu Tuhan yang bersifat rasional, rasional-superrasional, dan superrasional
Tujuan penelitian adalah untuk membangkitkan kesadaran ketuhanan (to awakenGod consciousness) pada diri manusia
Suka-sukaku Seberkas cahaya terjatuh lepas Dari bilik langit dan kedip kelopak bintang Tersungkur rapuh dalam pelukan bumi nan berjarak waktu Kukira, engkau wahyu Kau tak lebih dari seberkas nur Ilahi Terangi sunnah Tuhan dalam kefanaan segores kalam ’antara remang kejahilan Mengapa engkau takabur? Bukankan engkau hanya secercah cahaya? ’kau selamanya dalam kubangan peluh bumi Dan dalam kerontangnya yang membakar Taatlah pada syari’ah bumi, temukan diri dalam kebumianmu! Kau tak bisa susa-suka, tunduklah pada kebumianmu! Dan ingat: ”santunlah pada semua!”
Akulah tajalliMu! Siapa engkau? Aku, tajalliMu Aku, dengan ijinMu, ’tlah transendental Biarkan aku beramal suka-sukaku Tali rahimMu ’tlah membuatku melintas batas Biarkan aku bertafakkur suka-sukaku Getar suci rohMu ’tlah lemparkan aku ke alam tanpa ruang dan waktu Biarkan aku bersujud suka-sukaku Rona senyumMu ’tlah hanyutkan aku dalam arus cinta Biarkan aku bermanja suka-sukaku Sobeklah hijab kebumianku! dan Leburkan aku dalam suka-sukaMu yang universal dan abadi _______________________________________________________ Malang, 4 Desember 2011 Iwan Triyuwono
Diri (Self) Peneliti Peneliti memiliki tiga macam Diri (Self), yaitu: Diri Lokal, Diri Transendental, dan Diri Universal
Diri Lokal Diri yang dibentuk oleh lingkungan sosial Sifatnya lokal, temporer, dan dinamis Memerlukan input (ilmu pengetahuan) Di dalam diri bisa jadi ada single paradigm atau multiparadigm (dalam pengertian terpisah atau menyatu)
Diri Transendental Pengalaman dari Diri Lokal mengendap dan berfusi dengan (se)bagian dari Diri Universal
Diri Universal Tidak memerlukan input apapun Diri adalah sumber ilmu pengetahuan dan yang mengetahui Terbebas dari ruang dan waktu
Semua Diri berada dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan Diri Lokal dan Diri Transendental merupakan perwujudan (tajalli) dari Diri Universal
Namun,… Semua karya ilmiah yang dihasilkan oleh Diri (baik yang Lokal dan yang Transendental maupun yang Universal) berjarak dengan realitas yang sebenarnya Semua karya ilmiah tidak akan pernah menunjukkan realitas sebenarnya Semua karya ilmiah adalah relatif