1.13k likes | 2.33k Views
MATERI KULIAH KIMIA DASAR DAFTAR ISI Bab I. Stoikiometri A. Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia B. Massa Atom Dan Massa Rumus C. Konsep Mol D. Persamaan Reaksi Bab II. Hitungan Kimia Hitungan Kimia
E N D
MATERI KULIAH KIMIA DASAR DAFTAR ISI Bab I. StoikiometriA. Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia B. Massa Atom Dan Massa Rumus C. Konsep Mol D. Persamaan Reaksi Bab II. Hitungan KimiaHitungan Kimia Bab III. TermokimiaA. Reaksi Eksoterm Dan Rekasi Endoterm B. Perubahan Entalpi C. Penentuan Perubahan Entalpi dan Hukum Hess D. Energi-Energi Dan Ikatan Kimia
Bab IV. SistemKoloidA. SistemDispers Dan JenisKoloid B. Sifat-SifatKoloid C. Elektroforesis Dan Dialisis D. PembuatanKoloidBab V. KecepatanReaksiA. Konsentrasi Dan KecepatanReaksi B. OrdeReaksi C. TeoriTumbukan Dan KeadaanTransisi D. TahapMenujuKecepatanReaksi E. Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKecepatanReaksiBab VI. Kesetimbangan KimiaA. KeadaanKesetimbangan B. HukumKesetimbangan C. PergeseranKesetimbangan D. PengaruhKatalisatorTerhadapKesetimbangan Dan HubunganAntaraHargaKcDenganKp E. KesetimbanganDisosiasiBab VII. LarutanA. Larutan B. KonsentrasiLarutan
Bab VIII. Eksponen HidrogenA. Pendahuluan B. Menyatakan pH Larutan Asam C. Menyatakan pH Larutan Basa D. Larutan Buffer (penyangga) E. Hidrolisis F. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah G. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat Bab IX. Teori Asam-BasaDan Stokiometri LarutanA. Teori Asam Basa B. Stokiometri Larutan Bab X. Zat RadioaktifA. Keradioaktifan Alam B. Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan Bab XI. Kimia LingkunganKimia Lingkungan Bab XII. Kimia Terapan Dan TerpakaiKimia Terapan Dan Terpakai
Bab XIII. Sifat Koligatif Larutan A. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit B. Penurunan Tekanan Uap jenuh Dan Kenaikkan Titik Didih C. Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Bab XIV.Hasil Kali KelarutanA. Pengertian Dasar B. Kelarutan C. Mengendapkan Elektrolit Bab XV. Reaksi Redoks Dan ElektrokimiaA. Oksidasi - Reduksi B. Konsep Bilangan Oksidasi C. Langkah-Langkah Reaksi Redoks D. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks E. Elektrokimia F. Sel Volta G. Potensial Elektroda H. Korosi I. Elektrolisis J. Hukum Faraday.
Bab XVI. Struktur AtomA. Pengertian Dasar B. Model Atom C. Bilangan-Bilangan Kuantum D. Konfigurasi Elektron Bab XVII. Sistem Periodik Unsur-UnsurSistem Periodik Unsur-Unsur Bab XVIII. Ikatan Kimia A. Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia B. Ikatan ion = Elektrovalen = Heteropolar C. Ikatan Kovalen = Homopolar D. Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar E. Ikatan Logam, Hidrogen, Van Der Walls F. Bentuk Molekul
Bab XIX. Hidrokarbon A. Hidrokarbon termasuk senyawa karbon B. Kekhasan atom karbon C. Klasifikasi hidrokarbon D. Alkana E. Isomer alkana F. Tata nama alkana G. Alkena H. Alkuna I. Beberapa hidrokarbon lain Bab XX. Gas MuliaUnsur-Unsur Gas Mulia Bab XXI. Unsur-Unsur HalogenA. Sifat Halogen B. Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Unsur Halogen C. Hidrogen, Klor, Brom Dan Iodium Bab XXII. Unsur-Unsur AlkaliA. Sifat Golongan Unsur Alkali B. Sifat Fisika Dan Kimia C. Pembuatan Logam Alkali
Bab XXIII. Unsur-Unsur Alkali TanahA. Sifat Golongan Unsur Alkali TanahB. Sifat Fisika Dan Kimia Unsur Alkali TanahC. Kelarutan Unsur Alkali TanahD. Pembuatan Logam Alkali TanahE. Kesadahan. Bab XXIV. Unsur-Unsur Periode KetigaSifat-Sifat Periodik, Fisika Dan Kimia Bab XXV. Unsur-Unsur Transisi Periode KeempatA. Pengertian Unsur TransisiB. Sifat PeriodikC. Sifat Fisika Dan KimiaD. Sifat Reaksi Dari Senyawa-Senyawa Krom Dan ManganE. Unsur-Unsur Transisi Dan Ion Kompleks Bab XXVI. Gas HidrogenA. Sifat Fisika Dan KimiaB. Pembuatan
BAB I STOIKIOMETRI STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. HUKUM-HUKUM DASAR ILMU KIMIA 1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER "Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap". Contoh: hidrogen + oksigen hidrogen oksida (4g) (32g) (36g) 2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST "Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh: a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H = 1 Ar . N : 3 Ar . H = 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3 b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0 = 1 Ar . S : 3 Ar . O = 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3 Keuntungan dari hukum Proust:bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui. Contoh:Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3 = 12/100 x 50 gram = 6 gramKadar C = massa C / massa CaCO3 x 100% = 6/50 x 100 % = 12%
Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut: a. HUKUM BOYLE Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2Contoh: Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?Jawab: P1 V1 = P2 V2 2.5 = P2 . 10 P2 = 1 atmosfir b. HUKUM GAY-LUSSAC"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbandingsebagai bilangan bulat den sederhana". Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
Contoh: Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut 1 liter gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g. Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14Jawab: V1/V2 = n1/n2 10/1 = (x/28) / (0.1/2) x = 14 gram Jadi massa gas nitrogen = 14 gram. c. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan: P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2 d. HUKUM AVOGADRO"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini disebut sebagai volume molar gas. Contoh: Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ? (Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac: P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2 1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27) V2 = 12.31 liter • B. MASSA ATOM DAN MASSA RUMUS • Massa Atom Relatif (Ar)merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa • 1 atom karbon 12 • 2.Massa Molekul Relatif (Mr)merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan • 1/12 massa 1 atom karbon 12. Massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa merupakan penjumlahan • dari massa atom unsur-unsur penyusunnya.Contoh: • Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?Jawab: • Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220
C. KONSEP MOL 1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.Jika bilangan Avogadro = L maka : L = 6.023 x 1023 1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersehut. Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molarzat Contoh: Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ? Jawab: Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40 mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.
D. PERSAMAAN REAKSI PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT 1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama 2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama 3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den tekanannya sama) Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari HNO3 (aq) + H2S (g) NO (g) + S (s) + H2O (l) Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah dengan memisalkan koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e sehingga:a HNO3 + b H2S c NO + d S + e H2O Berdasarkan reaksi di atas maka atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi) atom O : 3a = c + e 3a = a + e e = 2a atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a ; 2b = 3a ; b = 3/2 a atom S : b = d = 3/2 a Maka agar terselesaikan kita ambil sembarang harga misalnya a = 2 berarti: b = d = 3, dan e = 4 sehingga persamaan reaksinya :2 HNO3 + 3 H2S 2 NO + 3 S + 4 H2O
BAB II • HITUNGAN KIMIA • Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada • hukum-hukum dasar ilmu kimia. • Dalam hal ini akan diberikan bermacam-macam contoh soal hitungan • kimia beserta pembahasanya. • Contoh-contoh soal : • Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C = 12 ; O= 16 ; Ca=40) • Jawab : • 1 mol CaCO3, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol OMr CaCO3 = 40 + 12 + 48 = 100Jadi kadar kalsium dalam CaCO3 = 40/100 x 100% = 40% • 2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan • asam klorida encer berlebih sesuai reaksi : • 2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g) • Berapa gram aluminium klorida dan berapa liter gas hidrogen yang • dihasilkan pada kondisi standar ?
Jawab: Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan 2 mol Al x 2 mol AlCl3 3 mol H2 5.4 gram Al = 5.4/27 = 0.2 mol Jadi: AlCl3 yang terbentuk = 0.2 x Mr AlCl3 = 0.2 x 133.5 = 26.7 gram Volume gas H2 yang dihasilkan (0o C, 1 atm) = 3/2 x 0.2 x 2 = 0,6 liter 3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini direduksi dengan gas CO sehingga dihasilkan besi. Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ? Jawab: 1mol Fe2O3 mengandung 2 mol Fe maka : massa Fe2O3 = ( Mr Fe2O3/2 Ar Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320 ton Jadi bijih besi yang diperlukan = (100 / 80) x 320 ton = 400 ton 4. Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa garam tersebut menjadi 15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam garam tersebut ?
Jawab : misalkan rumus garamnya adalah CuSO4 . xH2O CuSO4 . xH2O CuSO4 + xH2O 24.95 gram CuSO4 . xH2O = 15.95 + x mol 15.95 gram CuSO4 = 15.95 mol = 1 mol menurut persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan bahwa: banyaknya mol CuS04 . xH2O = mol CuSO4; sehingga persamaannya 24.95/ (15.95 + x) = 1 x = 9 Jadi rumus garamnya adalah CuS04 . 9H2O Rumus Empiris dan Rumus MolekulRumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul.Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:- massa dan Ar masing-masing unsurnya- % massa dan Ar masing-masing unsurnya- perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnyaRumus molekul: bila rumus empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui maka rumus molekulnya dapat ditentukan
Contoh 1: Suatu senyawa C den H mengandung 6 gram C dan 1 gram H. Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut bila diketahui Mr nya = 28 ! Jawab: mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2Jadi rumus empirisnya: (CH2)n Bila Mr senyawa tersebut = 28 maka: 12n + 2n = 28 14n = 28 n = 2 Jadi rumus molekulnya : (CH2)2 = C2H4 Contoh 2: Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan gas diperlukan oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak 60 ml. Tentukan rumus molekul hidrokarbon tersebut ! Jawab: Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g) x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l)Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi.Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol berbanding lurus dengan volumenya
Maka: atau: 1 : 3 = 1 : x x = 31 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y = 8Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8
BAB III • TERMOKIMIA • A. Reaksi Eksoterm Dan Endoterm • 1. Reaksi EksotermPada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke • lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ΔH = ( - ) • Contoh : C(s) + O2(g) CO2(g) + 393.5 kJ ; ΔH = -393.5 kJ • Reaksi EndotermPada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke • sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas.Pada reaksi endoterm harga ΔH = ( + )Contoh : CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; ΔH = +178.5 kJ
B. Perubahan Entalpi • Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa • perubahan kimia pada tekanan tetap. • a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)Contoh: H2 2H - a kJ ; ∆H= +akJ • b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)Contoh: 2H H2 + a kJ ; ∆H = -a kJ • Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi : • Entalpi Pembentakan Standar (∆Hf ): ∆H untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur- • unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm. • Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g) H20 (l) ; ∆Hf = -285.85 kJ • Entalpi Penguraian: ∆H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (= Kebalikan dari ∆H pembentukan). • Contoh: H2O (l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; ∆H = +285.85 kJ
Hukum Lavoisier-Laplace"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari • unsur-unsurya = jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur pembentuknya."Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif menjadi negatif atau sebaliknya • Contoh:N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ; ∆H = - 112 kJ2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ; ∆H = + 112 kJ • C. Penentuan Perubahan Entalpi Dan Hukum Hess • 1. Penentuan Perubahan Entalpi • Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia • biasanya digunakan alat seperti kalorimeter, termometer dan • sebagainya yang mungkin lebih sensitif. • Perhitungan : ∆H reaksi = ∆ ; ∆Hfo produk - ∆ = ∆Hfo reaktan • 2. Hukum Hess • "Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi • kimia tidak tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh • keadaan awal dan akhir."
Contoh: + Menurut Hukum Hess : x = y + z D. Energi-Energi Dan Ikatan Kimia Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kimia, sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan. Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi.
Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H2, 02, N2 atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan energi ikatan Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara pertolongan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal tersebut dapat dijabarkan dengan persamaan : Contoh: Diketahui : energi ikatan C - H = 414,5 kJ/MolC = C = 612,4 kJ/molC - C = 346,9 kJ/molH - H = 436,8 kJ/molDitanya: ∆H reaksi = C2H4(g) + H2(g) C2H6(g)
BAB IV • SISTEM KOLOID • A. SISTEM DISPERS DAN SISTEM KOLOID • SISTEM DISPERS • a. Dispersi kasar (suspensi) : • partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm. • b. Dispersi koloid: partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 • nm - 100 nm. • c. Dispersi molekuler(larutan sejati): • partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm. • Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase • terdispersi dan medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang • digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. • 2. JENIS KOLOIDSistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.
B. SIFAT-SIFAT KOLOID Sifat-sifat khas koloid meliputi : 1. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. 2. 2. Gerak BrownGerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. Koloid Fe(OH)3 bermuatan Koloid As2S3 bermuatan negatif positif karena permukaannya karena permukaannya menyerap menyerap ion H+ ion S2-
3.Adsorbsi Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2. 4. KoagulasiKoagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. 5. Koloid Liofil dan Koloid LiofobKoloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
C. ELEKTROFERISIS DAN DIALISIS • ELEKTROFERESISElektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang • bermuatan ke salah satu elektroda.Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan alat Cottrell. • 2. DIALISISDialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya.Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.
D. PEMBUATAN KOLOID • 1. Cara Kondensasi • Cara kondensasi termasuk cara kimia. • Kondensasi • Prinsip : Partikel Molekular --------------> Partikel Koloid • Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi : • Reaksi Redoks2 H2S(g) + SO2(aq) 3 S(s) + 2 H2O(l) • b.Reaksi HidrolisisFeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq) • ReaksiSubstitusi2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l) • d. Reaksi PenggaramanBeberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang encer.AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)
Cara Dispersi • Prinsip : Partikel Besar ----------------> Partikel Koloid • Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia: • a. Cara Mekanik Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar • kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau • penggilingan. • b.Cara Busur Bredig Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam. • c.Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir • kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat • pemeptisasi (pemecah). Contoh: - Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin. - Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh • AlCl3
BAB V • KECEPATAN REAKSI • A. KONSENTRASI DAN KECEPATAN REAKSI • Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang • dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu.Untuk reaksi: aA + bB mM + nNmaka kecepatan reaksinya adalah: • 1 (dA) 1 d(B) 1 d(M) 1 d(N) • V = - ------- - ------- = + -------- + --------- • a dt b dt m dt n dt • dimana: • 1/a . d(A) /dt= rA= kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi • zat A per satuan wakru. • 1/b . d(B) /dt= rB= kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi • zat B per satuan waktu. • 1/m . d(M) /dt= rM= kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi • zat M per satuan waktu. • 1/n . d(N) /dt= rN= kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi • zat N per satuan waktu.
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang pula kecepatannya. Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:V = k(A) x (B) ydimana: V = kecepatan reaksi k = tetapan laju reaksi x = orde reaksi terhadap zat A y = orde reaksi terhadap zat B (x + y) adalah orde reaksi keseluruhan (A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi. B. Orde Reaksi Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi v = k (A) (B) 2
Contoh soal: Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) 2NOBr(g) dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut: Pertanyaan: a. Tentukan orde reaksinya !b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
C. Teori Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan yang terjadi. TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA LAIN :
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisiatau teori laju reaksi absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut: A + B ; T* --> C + D dimana:- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi- T* adalah molekul dalam keadaan transisi- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksiSECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA BERIKUT
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D). Catatan :energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi. D. Tahap Menuju Kecepatan Reaksi Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal) sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi. Contoh: 4 HBr(g) + O2(g) 2 H2O(g) + 2 Br2(g) Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O2 bereaksi dengan 4 molekul HBr. Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil antara molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan 1 molekul O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1 molekul O2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berlangsung dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah :
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya paling lambat. Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan reaksi. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
1. KONSENTRASI Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi. 2. SIFAT ZAT YANG BEREAKSI Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa:
3. SUHU Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS: dimana:k : tetapan laju reaksiA : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksiE : energi pengaktifanR : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloKT : suhu reaksi (oK) 4. KATALISATOR Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalisadalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat
BAB VI • KESETIMBANGAN KIMIA • Keadaan Kesetimbangan • Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri maka, reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai: ADA DUA MACAM SISTEM KESETIMBANGAN, YAITU : 1. Kesetimbangan dalam sistem homogen
2. Kesetimbangan dalam sistem heterogen B. Hukum Kesetimbangan Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai hukum kesetimbangan.Untuk reaksi kesetimbangan: a A + b B c C + d D maka: Kc adalah konstanta kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap.
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN • Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas • yang dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat • yang berbentuk gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap • dan nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.
Contoh soal: 1. Satu mol AB direaksikan dengan satu mol CD menurut persamaan reaksi: AB(g) + CD(g) AD(g) + BC(g) Setelah kesetimbangan tercapai ternyata 3/4 mol senyawa CD berubah menjadi AD dan BC. Kalau volume ruangan 1 liter, tentukan tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini ! Jawab: Perhatikan reaksi kesetimbangan di atas jika ternyata CD berubah (bereaksi) sebanyak 3/4 mol maka AB yang bereaksi juga 3/4 mol (karena koefsiennya sama). Dalam keadaan kesetimbangan: (AD) = (BC) = 3/4 mol/l(AB) sisa = (CD) sisa = 1 - 3/4 = 1/4 n mol/l Kc = [(AD) x (BC)]/[(AB) x (CD)] = [(3/4) x (3/4)]/[(1/4) x (1/4)] = 9 2. Jika tetapan kesetimbangan untuk reaksi: A(g) + 2B(g) 4C(g) sama dengan 0.25, maka berapakah besarnya tetapan kesetimbangan bagi reaksi:2C(g) 1/2A(g) + B(g)
- Untuk reaksi pertama: K1 = (C)4/[(A) x (B)2] = 0.25 - Untuk reaksi kedua : K2 = [(A)1/2 x (B)]/(C)2 - Hubungan antara K1 dan K2 dapat dinyatakan sebagai: K1 = 1 / (K2)2 K2 = 2 • Pergeseran Kesetimbangan • Azas Le Chatelier menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. • Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. • Bagi reaksi: Jawab: KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK KESETIMBANGAN ADALAH : a. Perubahan konsentrasi salah satu zatb. Perubahan volume atau tekananc. Perubahan suhu 1. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. • Contoh: 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g) • Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka • kesetimbangan akan bergeser ke kanan.- Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka • kesetimbangan akan bergeser ke kiri. 2. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan berupa pergeseran kesetimbangan.