1 / 1

Komodo Kok Tidur Saja?

Komodo Kok Tidur Saja?

Download Presentation

Komodo Kok Tidur Saja?

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Komodo Kok Tidur Saja? Sejauh mata memandang adalah lautan biru pekat. Bagaikan gambar di kartupos promosi wisata. Paduan sempurna antara laut biru, langit biru, dan gugusan pulau cokelat hijau. Panorama inilah yang dilihat para pemenang kuis Komodo yang diselenggarakan www.indonesia.travel, situs resmi mengenai pariwisata Indonesia yang dikelola Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Mereka adalah Dian Anggraini dari Palembang, Saprudi dari Kalimantan Selatan, Rahman Hakim dari Sukabumi, Ryaniko Yusaputra asal Lampung, dan Akhmad Rofieq asal Yogyakarta. Sebagai hadiah, para pemenang mendapatkan paket wisata ke Taman Nasional Komodo (TNK) yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada 21-23 Juli 2011 yang lalu. Tujuan pertama adalah Pulau Rinca, Kecamatan Komodo. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam lebih, sampailah rombongan di Pulau Rinca. Tampak tanaman mangrove di tepi dermaga. Monyet-monyet muncul dari balik mangrove seakan menyapa rombongan yang tiba. Saat berjalan menuju pos trekking, rombongan pun melewati jalanan tandus nan kering. Di sisi kanan jalan tampak beberapa papan bertuliskan nama dan negara. Usut punya usut, di sisi tersebut ditanami bakau. Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Pulau Rinca Lukman, dulunya kawasan tandus tersebut penuh dengan tanaman bakau. “Ya, karena seleksi alam saja. Tadinya ini penuh tanaman bakau, tapi sekarang jadi tandus. Karena itu, kita ingin mengembalikannya seperti dulu. Wisatawan kita ajak berpartisipasi,” jelasnya. Caranya mudah saja, untuk setiap tanaman bakau, wisatawan cukup membayar Rp 150.000. Lalu wisatawan bisa menanamnya sendiri di area yang disediakan. Kemudian, di depan tanaman, diberi papan bertuliskan nama serta negara asal orang yang menanamnya. “Tiap tahun kami akan email perkembangan tanaman bakau ke orang yang menanamnya itu,” ungkap Lukman. Sampai di pos, rombongan diberi pilihan untuk jarak trekking. Ada tiga jenis yang bisa dipilih wisatawan yaitu, jarak pendek, jarak menengah, dan jarak yang terjauh. Karena waktu yang sudah mepet, rombongan pun memilih jarak pendek. Ternyata, kunjungan tersebut bertepatan dengan musim kawin Komodo. Ya, musim kawin Komodo di bulan Juli dan Agustus. Sementara itu, menurut Saleh, salah satu ranger atau polisi hutan senior, musim bertelur di bulan September. Saleh sendiri sudah menjadi ranger di Taman Nasional Komodo selama lebih dari 20 tahun. “Biasanya bertelur di daeah Waewaso. Itu lembah di sini. Wae artinya air. Memang banyak Komodo di Waewaso. Karena di lembah banyak air, jadi banyak habitat yang menjadi santapan Komodo,” kata Saleh. Di Pulau Rinca sendiri terdapat sekitar 1336 ekor komodo. Setelah mendapatkan penjelasan di pos, rombongan pun mulai bergerak. Sebelumnya, setiap orang diingatkan untuk tidak terpisah dari rombongan. Ranger pun berjaga-jaga dengan kayu khusus yang berbentuk panjang dengan ujung bercabang. Dengan kayu ini, para ranger mengusir komodo yang bisa tiba-tiba muncul dari semak-semak. Oleh karena itu, harus tetap waspada. Apalagi perawakan Komodo seperti bunglon. Warnanya selintas seperti tanah yang berdebu ataupun batang kering. Jika tak hati-hati bisa-bisa malah menginjak komodo. Tak perlu heran, karena di Pulau Rinca maupun Pulau Komodo, komodo-komodo ini hidup bebas dan berbaur dengan penduduk setempat. Benar saja, baru berjalan beberapa meter dari pos, rombongan langsung bertemu dengan komodo. Tak hanya satu atau dua komoodo, ada banyak komodo berkumpul di bawah sebuah rumah panggung. Mereka tampak bermalas-malasan dan tidur di bayangan rumah. "Komodo-nya kok tidur-tiduran aja ya?" tanya seorang rekan jurnalis. Menurut Saleh, Komodo tak tahan panas dan mereka tidak suka terkena sengatan matahari langsung. “Jadi kalau tengah hari seperti ini, mereka akan berteduh di bawah pohon atau bayangan. Jadi mereka aktif di pagi dan sore hari saat sudah tidak terik lagi,” kata Saleh. Namun mengapa komodo-komodo itu berkumpul di satu rumah tersebut dan bukan di rumah yang lain? Ternyata, rumah itu berfungsi sebagai dapur umum. Menurut Saleh, penciuman Komodo sangat tajam. Mereka bisa mencium sisa-sisa aroma makanan walaupun waktu memasak sudah berlalu. Oleh karena itu, mereka senang berkumpul di bawah dapur. Puas melihat komodo, rombongan berjalan ke sebuah bukit. Dari atas bukit tersebut, tampak panorama menakjubkan. Pulau Rinca dari ketinggian begitu memesona. “Trekking di Pulau Rinca sangat seru. Bisa lihat komodo yang banyak. Lalu saat trekking bisa lihat pemandangan,” kata Ryaniko. Namun ada beberapa hal yang disayangkan. Seperti fasilitas yang minim. Saprudi mengatakan toilet yang tak terurus salah satunya. “Sinyal telepon genggam perlu diperhatikan, karena ini objek wisata. Apalagi internet, sinyal handphone saja tidak dapat. Lalu mushola tidak ada. Memang negara asing target pasarnya. Tapi pasti yang datang juga banyak yang Muslim,” katanya. Rombongan juga berkesempatan melihat lubang tempat komodo bertelur. Sebelumnya di dekat pos polisi hutan, wisatawan bisa melihat tulang-tulang kerbau. Tulang-tulang itu begitu licin, tak ada daging yang menempel. Komodo telah melahap habis kerbau hingga hanya menyisakan tulangnya saja. Tak sengaja, ketika menempuh jalur trekking rombongan bertemu seekor kerbau yang sedang asyik merumput. Saat melihat kerbau yang berukuran besar itu, tak terbayangkan keganasan komodo hingga bisa melahapnya sedemikian rupa. Apalagi kalau melihat sosok komodo yang begitu pemalas, berteduh di bawah bayangan. Apa sosok tambun nan pemalas itu memang benar-benar ganas? Para pemenang kuis akan membuktikannya dalam beberapa jam ke depan. Saat  mereka harus lari dari kejaran komodo.

More Related