781 likes | 2.69k Views
PERTEMUAN 1 SEJARAH PERPAJAKAN. Sejarah Pemungutan Pajak.
E N D
PERTEMUAN 1SEJARAH PERPAJAKAN SEJARAH PERPAJAKAN
Sejarah Pemungutan Pajak • Pra – 1945: Peraturan perpajakan produk kolonial Belanda banyak memiliki segi negatif yang menekankan Wajib Pajak semata objek belaka. Yang berarti ketetapan pajak sepenuhnya ditentukan oleh aparat pajak. Hasil pemasukan pajak tidak sepenuhnya diperuntukkan bagi kesejahteraan bagi rakyat, tetapi dipergunakan untuk kepentingan Belanda sendiri. Contoh : a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga1908. b. Aturan Bea Meterai 1921. c. Ordonansi Pajak Perseroan 1925. d. Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932. e. Ordonansi Pajak jalan 1942. f. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. SEJARAH PERPAJAKAN
Sejarah Pemungutan Pajak • 1945 – 1983: Penerapan berbagai ordonansi atau Undang-Undang perpajakan yang dibuat pada masa sebelum Indonesia merdeka didasarkan pada ketentuan Peralihan UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang telah ada sebelum Indonesia merdeka masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD 1945. Secara berangsur-angsur ada perkembangan yang berupa pembentukan UU baru, tambahan dan penyesuaian terhadap UU Perpajakan peninggalan kolonial belanda. Dapat dikemukakan beberapa Undang-Undang Pajak yang baru, dirubah atau disesuaikan adalah : SEJARAH PERPAJAKAN
Sejarah Pemungutan Pajak Contoh : a. UU No. 11 Drt Tahun 1957 Tentang Peraturan Umum Pajak Daerah. b. UU No. 35 tahun 1953 Tentang Penetapan UU Drt No. 19 Tahun 1951 Tentang Pemungutan Pajak Penjualan. c. UU No. 19 tahun 1959 Tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa. d. UU Pajak Penjualan 1951. e. UU No. 8 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Pajak Perseroan. f. UU No. 9 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Pendapatan. g. UU No. 10 tahun 1970 Tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalty h. Dan Lain-lain SEJARAH PERPAJAKAN
Sejarah Pemungutan Pajak • 1984 – skrg (1984, 1994, 2000,2009):Pemerintah mensahkan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang baru sebagai upaya reformasi di bidang perpajakan, yaitu: • UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sebagaimanadiubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 dan UU No. 16 Tahun 2000 dan UU No. 28 Tahun 2007 terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009. • UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan UU No. 10 Tahun 1994 dan UU No. 17 Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008; • UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994 dan UU No. 18 Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 42 Tahun 2009; • UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994; • UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM). SEJARAH PERPAJAKAN
Pengertian Pajak • Adam Smith (1898:302):“ Tax is a contribution from the citizen to support of the state”. • Sommerfeld (1983:1):“Tax is any non-penal yet compulsory transfer of resources from the private to public sector, levied on the basis of predetermined criteria and without receipt of specific benefit of equal value, in order to accomplish some of a nation’s economic and social objectives.” • Bastable (1993:263):“ Tax is a compulsory contribution of the wealth of a person or body of persons for service of the public powers.” SEJARAH PERPAJAKAN
Pengertian Pajak • Prof. Dr. P.J.A. Adriani: “Pajakadalahiurankepadanegara (yang dapatdipaksakan) yang terhutangoleh yang wajibmembayarnyamenurutperaturan-peraturandengantidakmendapatprestasikembali yang langsungdapatditunjukdanyggunanyaadluntukmembiayaipengeluaran-pengeluaranumumberhubung dg tugasnegarauntukmenyelenggarakanpemerintahan”. • Prof. Dr. M.J.H. Smeeths: “Pajakadalahprestasikepadapemerintah yang terhutangmelaluinorma-normaumum, dan yang dapatdipaksakan, tanpaadanyakontraprestasi yang dapatditunjukkandalamhal yang individual, maksudnyaadalahuntukmembiayaipengeluaranPemerintah”. SEJARAH PERPAJAKAN
Pengertian Pajak • Dr. SoeparmanSoemahamidjaja: “Pajakadalahiuranwajib, berupauangataubarang, yang dipungutolehPenguasaberdasarkannorma-normahukum, gunamenutupbiayaproduksibarang-barangdanjasa-jasakolektifdalammencapaikesejahteraanumum”. • Prof. Dr. RochmatSoemitro, S.H.: “PajakadalahiurankepadaKas Negara berdasarkanUndang-undang (yang dapatdipaksakan) dengantiadamendapatjasatimbal (kontraprestasi), yang langsungdapatditunjukkandan yang digunakanuntukmembayarpengeluaranumum”. DefinisiPajakmenurut UU No:16Thn 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan : Pajakadalahkontribusiwajib kepadaNegara yang terutangoleh orang pribadiataubadan yangbersifatmemaksaberdasarkan UU, dengan tidakmendapatkanimbalansecaralangsungdandigunakan untuk keperluan negarabagisebesar-besarnyakemakmuranrakyat SEJARAH PERPAJAKAN
Pengertian Pajak • Dari beberapadefinisitersebut, tersimpulciri-ciri yang melekatpadapengertianpajakyaitu : • Pajakdipungutoleh Negara baik Pusat maupun daerah berdasarkan/dengankekuataanUndang-undangsertaaturanpelaksanaannya; • Pajak harus masuk ke kas Negara atau Daerah; • Dalampembayaranpajaktidakdapatditunjukkanadanyakontraprestasi individual olehPemerintah; • PajakdiperuntukkanbagipengeluaranPemerintah, yang biladaripemasukkannyamasihterdapat surplus, dipergunakanuntukmembiayaipublic investment; • Pajakdipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang. SEJARAH PERPAJAKAN
Retribusi Retribusi merupakan pembayaran Wajib dari Penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara kepada penduduknya secara perorangan. Jasa dari negara tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara tersebut. Contoh retribusi pelayanan jasa di Instansi Pemerintah. Misalkan retribusi pelayanan rumah sakit, tidak ada paksaan secara yuridis kepada pasien. Hanya Pasien yang membayar retribusi saja yang berhak mendapat pelayanan kesehatan. SEJARAH PERPAJAKAN
Sumbangan Sumbangan adalah pembayaran dari golongan tertentu penduduk kepada negara, karena mereka adalah satu golongan bersama, menikmati secara langsung balas jasa yang diberikan negara, yang menikmati balas jasa hanya satu golongan tertentu. Contoh sumbangan adalah Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) SEJARAH PERPAJAKAN
PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK Prinsip-prinsip pokok perpajakan yang paling terkenal adalah yang dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan “four canon of taxation”. Dikenal 4 prinsip pemungutan pajak yang baik yaitu • Prinsip Persamaan, Keadilan dan kemampuan (Equality, Equity dan Ability). • Prinsip Kepastian (Certainty). • Prinsip Kenyamanan Pembayaran (Convenience of Payment) • Prinsip efisiensi (Economic of collection) Keempat prinsip ini sangat perlu difahami oleh pembuat undang undang maupun pelaksananya agar pemungutan pajak dapat dilaksanakan dengan baik SEJARAH PERPAJAKAN
1. Prinsip Persamaan, Keadilan dan kemampuan (Equality, Equity dan Ability). a. Equality ( Kesamaan ) : Mengandung arti bahwa keadaan yang sama atau orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak yang sama. b. Equity (Keadilan) : Dengan adanya kesamaan, akan tercapai keadilan diantara para pembayar pajak. c. Ability to Pay (Kemampuan) : Pembayar pajak akan dikenakan pajak sesuai kemampuannya dalam membayar pajak. SEJARAH PERPAJAKAN
2. Prinsip Kepastian Kepastian yang dimaksud disini adalah kepastian yang berhubungan dengan hukum, yang mengandung arti adanya jaminan hukum bagi pembayar pajak dan bukan didasarkan pada kesewenangan. Juga bermakna bahwa penarikan pajak harus berdasarkan peraturan tertulis atau UU atau aturan lain yang dibuat oleh badan yang berwenang. 3. Prinsip Kenyamanan Pembayaran (Convenience of payment). Pemungutan dan pembayaran pajak dilakukan pada waktu Wajib Pajak dalam keadaan paling menyenangkan, yaitu pada saat WP mampu membayar pajak atau saat menerima penghasilan, pada waktu penjualan panen atau saat membeli barang, dll. Juga pelayanan yang baik dalam pembayaran pajak dengan mempermudah WP melakukan pembayaran pajak di Kas Negara. SEJARAH PERPAJAKAN
Prinsip Efisiensi (Ekonomis) Maksudnya adalah efisieni dalam pemungutan pajak. Biaya membayar pajak sampai uang masuk ke kas negara hendaknya seminimal mungkin dana diupayakan hasil pungutannya lebih besar dari biayanya. SEJARAH PERPAJAKAN
FungsiPajak • BUDGETER • REGULEREND
FUNGSI BUDGETER • Salah satu sumber penerimaan negara (APBN) • Untuk mengisi kas negara dalam rangka membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan
FUNGSI REGULEREND • Redistribusi pendapatan dari si kaya kepada si miskin • Mendorong investasi di bidang atau daerah tertentu • Mendorong ekspor • Membatasi impor atau konsumsi produk tertentu • Untuk melakukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya • dsb
Mengapa harus membayar pajak? • Rakyat mendapat pelayanan dalam bentuk public goods and services • Rakyat mendapatkan jaminan keamanan dari negara • Bentuk partisipasi dan gotong royong dalam pembiayaan pemerintahan dan pembangunan • Agar terjadi redistribusi sumber daya ekonomis • dsb
Mengapa harus membayar pajak? • TeoriAsuransi • TeoriKepentingan • TeoriDayaPikul • TeoriBakti • TeoriDayaBeli
1. TeoriAsuransi Masyarakatdianggapmempertanggungkan (mengasuransikan) keselamatandankeamanannyajiwadanhartanyasehinggamasyarakatharusmembayar “premi” dalambentukpajakkepadanegara. 2. TeoriKepentingan Negara melindungikepentinganhartadanjiwawarganegaradenganmemperhatikanpembagianbeban yang harusdipungutdarimasyarakat.Pembebananinididasarkanpadakepentingansetiaporanguntukperlindunganjiwadanhartanya. 3. TeoriDayaPikul Teoriiniberpangkaldariasaskeadilan, yaitusetiaporangdikenaipajakdenganbobot yang sepadan.Pajak yang harusdibayaradalahmenurutdayapikuldenganukuranbesarnyapenghasilandanpengeluaranseseorang SEJARAH PERPAJAKAN
4. TeoriBakti Teoriinidisebutteorikewajibanpajakmutlak, yang mendasarkanbahwanegaramempunyaihakmutlakuntukmemungutpajak. Di sisi lain, masyarakatmenyadaribahwamembayarpajaksebagaisuatukewajibanuntukmembuktikantandabaktinyaterhadapnegarakarenanegaralah yang bertugasmenyelenggarakankepentinganmasyarakatnya. 5. TeoriDayaBeli Pembayaranpajakdimaksudkanuntukmemeliharamasyarakatnya, sehinggapembayaranpajaklebihditekankanpadafungsimengaturdaripajak agar masyarakattetapeksis. Teoriinilebihmendasarkanpadapenyelenggaraankepentinganmasyarakat yang dianggapsebagaidasarkeadilanpemungutanpajak, bukankepentinganindividuataunegara. SEJARAH PERPAJAKAN