1 / 51

PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS

PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS. J. MARBUN Diploma II dari Asian Institute of Technology (AIT), B angkok ,T hailand, 1993. S1 dari STKS Bandung, 1989 S2 dari Universitas Indonesia, Depok-Jakarta, 1996 S3 di Universitas Padjadajaran Bandung. .

sugar
Download Presentation

PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS J. MARBUN Diploma II dari Asian Institute of Technology (AIT), Bangkok,Thailand, 1993. S1 dari STKS Bandung, 1989 S2 dari Universitas Indonesia, Depok-Jakarta, 1996 S3 di Universitas Padjadajaran Bandung. . Pekerjaan: Dosen di STKS Bandung, UNLA Bandung, Akper Hasan Sadikin, 1990 – sekarang. Bekerja di Organisasi dunia OMEP untuk wilayah Indonesia. Konsultan & Narasumber di Direktorat PRS Napza, Depsos RI. Narasumber di Direktorat RTS, Depsos RI. Tenaga pengajar di Diklat Pegawai Margaguna, TKSM Cawang dan Balai Besar Diklat Pekerjaan Sosial Lembang. Tenaga pelatih di Diklat Pemda Propinsi Jawa Barat & Manado. Pelatihan yang pernah di ikuti: Korea Selatan, Hongkong, Singapore, Bangkok, dan Malasya. Sedangkan di dalam negeri pelatihan penelitiandalam ilmu-ilmu sosial, Supervisi, praktikum, aplikasi model praktek pekerjaan sosial, Mapping, hypno system therapy, Schizophrenia, dan pencatatan kasus dalam pekerjaan sosial.

  2. KONTAK:intake,engagement & contract INTAKE: • Permintaan akan pelayanan (request for services). • Pekerja sosial & klien (PPKS) • Informasi tentang Alokasi sumber. • Proses transaksi awal sesuai dengan eligibilitas badan sosial. • Penetapan rumusan pelayanan.

  3. ENGAGEMENT • Aksesibilitas pelayanan • Memahami dan mengevaluasi masalah klien. • Menentukan bagaimana kebutuhan klien dicapai. • Menciptakan kerjasama dan hubungan positif. • Membuat rancangan kontrak antara peksos, badan sosial dan klien.

  4. Menciptakan aksesibilitas pelayanan dalam pelaksanaan intake & engagement: • Menghubungkan klien dengan lembaga pelayanan (access services). • Menjelaskan prosedur dan mekanisme pelayanan (access procedure). • Mekanisme hubungan peksos dengan keluarga dan klien (linkage mechanism). • Tindakan awal untuk memulai kegiatan (leverage point).

  5. Menciptakan motivasi klien selama proses intake & engagement (ilustrasi praktek): • Desire (hasrat) • Support (sokongan) • Need (kebutuhan) • Reward (hadiah) • Punishment (konsekuensi) • Ambition (semangat tanpa perhitungan) • Want (kemauan) • Expectation (harapan) • Goal/objectives (tujuan)

  6. Perspektif Peksos selama proses intake dan Engagement: • Kapasitas (capacity) • Kemampuan (capability) • Kompetensi (competencies) • Catatatn penting: Aplikasikan dengan contoh kepada peserta agar dapat dipahami dengan baik

  7. KONTRAK (CONTRACT): • Konsensus (consensual). • Kesepahaman (mutual agrement) • Penerimaan (acceptance) • Kepentingan kedua semua pihak (reciprocal) • Adanya tanggungjawab (responsibility) • Berjenji untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (promise to perform certain tasks). • Adanya periode waktu (time period).

  8. Jenis-jenis Kontrak: • Kontrak awal (preliminary contracts): bergabung, diagnosa, diterima atau ditolak • Kontrak utama (primary contracts): sertifikasi persyaratan calon klien untuk diterima. • Kontrak tambahan (secondary contracts): adanya batasan waktu untuk klien dalam menerima pelayanan sehubungan dengan pengubahan perilaku tertentu.

  9. Rumusan Pendekatan Awal A. Membangun Hubungan Profesional: 1. Hubungan profesional yang terjadi karena dibutuhkan klien. 2. Hubungan profesional yang memberikan motivasi dan energi. 3. Hubungan profesional yang mengarah pada dukungan kemasyarakatan. 4. Hubungan profesional adalah suatu transaksi.

  10. Lanjut: 5. Hubungan profesional memerlukan kejujuran, iklas dan realistis. 6. Hubungan profesional adalah salah satu kelengkapan peranan pekerja sosial. 7. Hubungan profesional adalah bersifat timbal balik, mutualiti, dan hubungan persahabatan yang nyata. 8. Hubungan profesional: Immediate, intermediate, long-term change (bedakan hub.pribadi, profesional dan pertolongan).

  11. B. Membangun Hubungan Pertolongan: • Hub. Pertolongan membedakan individu yang satu dengan yang lain (contoh masalah menu makanan di panti). • Hub/ Pertolongan mendorong klien melihat dirinya secara positif (best self). • Peksos membuka diri untuk memperhatikan harapan dan pengungkapan perasaan (tidak larut/not involvement seperti minuman kopi).

  12. Lanjut: • Hub.Pertolongan adalah klien harus mampu melakukan beberapa hal yang sederhana: menyalahkan dirinya atas masalah yang dihadapi, bertang-gungjawab atas tugas ttt, rasa malu atas kekeliruan, dan ketidak berdayaannya atas masalah yang dihadapi. • Hub.pertolongan dimana peksos mengembang-kan sistem klien potensial dalam kelompok ttt. • Hub. Pertolongan dimana peksos mengembangkan konsep peranan dalam diri klien.

  13. ASESMEN DALAM PEKERJAAN SOSIAL • Asesmen adalah dua hal penting: proses dan produk/hasil. • Proses: klien menceritakan masalahnya dan pekerja sosial memahaminya dengan baik dan tahu apa yang akan dilakukan. • Product/hasil: pekerja sosial memahami masalah klien dengan baik dan tahu jalan keluarnya (memilah dari cerita klien). • Jadi asesmen: identifikasi, investigasi, judgment, dan decision.

  14. Hakekat Pengertian: • Assessment involves both lifelong and critical thinking as you bring your professional knowledge and the client’s experience together in a process of reflection, analysis, and synthesis. Using theorethical and empirical knowledge within the context of a person and situation perspective, you asessess individuals, families, groups, organization & environment.

  15. Unsur-unsur penting dalam asesmen: • Lifelong and critical thingking (lama dan memerlukan pemikiran yang kritis) • Professional knowledge (pengetahuan yang profesional) • Client’s experience (pengalaman klien) • Process of reflection, analysis, and synthesis (proses refleksi, analisis, sintesis) • Using theorethical and empirical knowledge (menggunakan pengetahuan teori dan empiris) • Individuals, families, groups, organization & environment (Individu, keluarga, kelompok, organisasi dan lingkungan).

  16. Langkah-langkah asesmen: • Mengenal masalah klien secara jelas. • Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah klien. • Tingkat permasalahan klien • Kelompok Risiko Tinggi • Gejala Dini • Ciri-ciri masalah

  17. Lanjut: • Perubahan Fisik klien • Perubahan Psikologis klien • Perubahan Perilaku Sosial klien • Dampak masalah secara: fisik, psikologis dan sosial. • Masalah lain di luar masalah klien yang ditangani • Alat deteksi yang digunakan.

  18. Asesmen Masalah dalam Peksos: A. Jenis masalah yang dihadapi klien: 1. Penyebab masalah klien 2. Persepsi klien terhadap diri & masalahnya, nilai yang dianut, kemampuan yang dimiliki, B. Harapan thd masa depan, beberapa pengalaman hidup yang paling berkesan serta perasaannya selama ini. C. Kebutuhan pelayanan yang dirasakan klien. D. Bagaimana program intervensi dilakukan. Catatan: lihat contoh 1 asesmen dalam Peksos.

  19. RENCANA INTERVENSI DALAM PEKSOS • Perencanaan: proses dan outcomes dari hasil asesmen. • Perencanaan: sengaja, rasional dan berorientasi ke masa depan (deliberate, rational and future oriented). • From problem definition to problem solution. • From knowing what is wrong to knowing what is to be done (what, how, why, when, where).

  20. Model Rasional dalam Renc.intervensi: • Sistematis: pemilahan dari kisah dan masalah klien. • Empiris: masalah yang dialami klien • Logis: didasarkan pada analisa ilmu pengetahuan. • Melakukan prediksi terhadap Goal-directed, decision-making. • Prognoses dan prediction: perkiraan masalah dan standard yang diinginkan dan tidak diinginkan.

  21. Tujuan, Target dan Kegiatan dalam Renc.Intervensi (Goals, Objectives, and Tasks) • Tujuan (goals) adalah tingkatan pencapaian akhir. • Target (objectives) adalah program yang dimiliki untuk mencapai goals. • Kegiatan (tasks) adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai program yang dimaksud.

  22. Ciri-ciri objectives dan tasks yang baik: • Target yang maju dan jamak (Comprehensive dan multiple). • Explicit dan understanable. • Specific • Directly to the client’s concerns, capacities, and self-concept. • Social functioning • Client’s achievement • Attainable and realistic • Time-limited and periodic.

  23. PRINSIP RENCANA INTERVENSI • Mendidik, berpadu dan menumbuhkan klien (Educational, integrative and growth for the client). • Comprehensive, multifunctional, multiservice in nature. • Working with the client’s strengths • Concrete services for the client • Primary responsibility and essential tasks. • Agreement about services.

  24. Keputusan menentukan intervensi: • Perhatikan prosedur, tujuan, biaya, keuntungan dan kerugian bagi klien. • Buatlah beberapa rencana intervensi agar klien dapat memilih yang sesuai dengan masalahnya terutama sesuai dengan nilai dan situasi kehidupannya. • Rencana intervansi berkaitan dengan kompetensi dan self-esteem klien. • Memungkinkan terjadinya sistem referal.

  25. Gambaran isi Rencana Intervensi: • Fokus dan akar masalah klien • Tujuan pemecahan masalah • Indikator keberhasilan pemecahan masalah • Sistem dasar praktek yang digunakan: sistem klien, sasaran, kegiatan dan pelaksana perubahan.

  26. Lanjut: • Program Rencana Intervensi: tugas-tugas motivasi, meningkatkan kemampuan klien, menciptakan kesempatan, memobilisasi sumber, dan menetapkan perubahan terhadap diri klien. • Metoda pertolongan yang digunakan: Model pendekatan, metoda dan teknik pekerjaan sosial, strategi dan taktik pertolongan.

  27. INTERVENSI DALAM PEKERJAAN SOSIAL • Intervensi adalah implementasi asesmen dan rencana intervensi (kesalahan asesmen dan rencana intervensi berakibat fatal pada klien). • Intervensi berorientasi pada kegiatan dan perubahan. • Intervensi berusaha meningkatkan kepercayaan diri klien dengan membantu menampilkan perilaku tertentu, menumbuh- kan keasadaran dan memanfaatkan orang yang terkait (significant others).

  28. Posisi Pekerja Sosial dalam Intervensi: • Koordinator, yang mendistribusikan tugas, wewenang, peran dan fungsi sistem pelaksana intervensi. • Kolaborasi diantara tim pelaksana intervensi sangat dibutuhkan terutama berkaitan dengan disiplin lain • Pekerja sosial sebagai salah satu profesi yang membantu profesi lain.

  29. Model Intervensi Awal dalam Peksos: • Kelayakan maksimal (maximum feasibility) dari program intervensi. • Sumber-sumber yang tersedia terutama motivasi dan kemampuannya untuk berubah. • Availabilitas pelayanan terutama pelayanan yang berkaitan dengan pemecahan masalah klien.

  30. Prinsip Intervensi dalam Peksos: • Pekerja sosial dan klien dapat melakukan kolaborasi. • Mendorong klien untuk komit pada dirinya sendiri dalam melakukan perubahan. • Mempengaruhi secara tidak sadar dan juga merubah “Influence and change” perilaku, situasi, dan lingkungan klien. • Klien belajar, menghubungkan, memecahkan kembali masalahnya.

  31. Teknik-teknik melakukan influence: • Induce: melakukan perubahan secara perlahan-lahan. • Persuade: melakukan perubahan dengan cara membujuk. • Direct obedience: melakukan perubahan dengan mentaati aturan tertentu. • Coerce: melakukan perubahan dengan cara paksaan. Catatan: klasifikasikan klien anda dengan menggunakan teknik ini.

  32. Intervensi situasi dalam Peksos: • Redefinisi situasi klien yang membedakan klien dalam keluarga dan dalam panti (situational redefinition). • Memberikan fokus masalah kembali terutama isu nyata, faktor baru, dilema, dan perilaku tertentu (refocusing attention) • Mengurangi tekanan yang datang dari luar karena kerja keras, penghasilan yang tidak memadai, ketidak harminisan keluarga (stress reduction).

  33. Lanjut: • Merubahan setting perilaku klien: induce, persuade, direct, coerce terutama selama proses intervensi (change in behavior setting). • Merubah iklim berpikir klien terutama memaksimalkan motivasi dirinya untuk berubah (changing the climate of opinion). • Memadukan kehidupan nyata dan masalah klien terutama dengan menciptakan “new values, life goals, and life styles”.

  34. EVALUASI DAN TERMINASI DALAM PEKSOS • EVALUASI: pekerja sosial harus melihat kembali tingkat keberhasilan, kegagalan dan hambatan yang terjadi. • EVALUASI: proses dan hasil. Bisa saja proses bagus tetapi hasil jelek atau sebaliknya, yang paling baik adalah dua-duanya baik. • EVALUASI: dilakukan selama intervensi berlangsung secara komprehensif.

  35. Alasan pekerja sosial melakukan Evaluasi: • Tanggungjawab profesional untuk menunjukkan pencapaian dan kegagalan intervensi. • Kegagalan dalam melakukan intervensi merupakan pengalaman belajar untuk memperbaikinya dimasa yad. • Memperkuat klien dalam menghadapi masalah yang sama di masa yang akan datang. • Dapat diukur keberhasilan dan kegagalan.

  36. Ada 2 tingkatan pengukuran dasar: • Pengukuran dilakukan dengan hasil yang akan dicapai. • Berhubungan dengan evaluasi usaha intervensi ialah proses dimana hasil tersebut telah tercapai. Catatan: bandingkan hasil yang akan dicapai dengan hasil yang telah dicapai. Contoh hasil yang akan dicapai adalah 1,2,3,4,5 sedangkan hasil yang telah dicapai adalah 1, 3, dan 5. Poin 2 dan 4 tidak dicapai.

  37. Contoh kasus evaluasi Proses: • Klien pertama kali masuk di panti diantar keluarga. Pada hari pertama klien tidak mau ditinggal sendirian di panti, kemauannya keluarga juga harus tinggal di panti. • Hari kedua, klien menangis dan mengisolasi diri karena sedih ditinggal keluarga. • Hari ketiga, klien sudah mau berkenalan dengan teman sekamarnya. • Hari ke empat, klien melarikan diri dari panti

  38. Pertanyaan: • Manakah evaluasi proses dalam kasus klien itu? • Manakah evaluasi hasil dalam kasus klien itu? • Alasannya apa ?

  39. TERMINASI • TERMINASI: pemutusan hubungan pelayanan sosial antara pekerja sosial, panti dan klien. • TERMINASI: dapat dilakukan kapan saja selama proses intervensi/pelayanan berlangsung, apabila situasi menghendaki. • TERMINASI: dapat terjadi karena kemauan klien, ketiadaan pelayanan yang sesuai bagi klien, dan pelayanan di tempat lain telah tersedia.

  40. Beberapa contoh alasan terminasi: • Calon klien tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan klien. • Klien yang sedang mengalami masalah di luar kemampuan panti seperti sakit permanen, gangguan jiwa dan membutuhkan pelayanan disiplin lain. • Klien tidak suka kepada pekerja sosial dengan alasan tertentu seperti keterlibatan emosional yang dalam dan unsur-unsur pribadi (seharusnya hubungan profesional)

  41. Lanjut: • Klien kabur dari panti dengan alasan: tidak menyukai kehidupan panti, tidak puas dengan pelayanan panti, fasilitas panti yang tidak memadai, arogansi penampilan petugas panti yang tidak bersahabat (aku patuh karena takut atau aku takluk karena segan, lihat senyum tidak selalu enak dilihat, maka jangan paksakan senyum jika tidak enak bagi orang lain).

  42. Contoh kasus klien dalam Terminasi: • Catatan pekerja sosial menunjukkan bahwa calon klien tidak dapat menerima pelayanan karena orang tuanya tidak mampu membayar biaya panti per bulan yang mencapai Rp.1.000.000,-. Sebenarnya panti dapat menerima klien jika kepala panti memiliki kebijakan dengan sistem subsidi silang, yaitu orang kaya banyak yang membayar lebih dari 1 juta Rp per bulan, bahkan ada yang 5 juta Rp. Per bulan.

  43. Lanjut: kasus • Keluarga calon klien tetap tidak mau membayar berapapun dan memaksakan anaknya diterima di panti tersebut. Disamping itu mereka membawa surat sakti (memo) dari kepala dinas sosial setempat yang menyatakan supaya calon klien diterima di panti itu. • Pertanyaan: bagaimana anda sebagai seorang pekerja sosial melakukan terminasi tanpa menyakiti hati orang tua, calon klien dan kepala dinas itu ?

  44. BIMBINGAN LANJUT • Binjut adalah serangkaian kegiatan proses rehabilitasi sosial, sebagai upaya lebih memantapkan kemandirian klien baik berupa konsultasi, bantuan ulang, bimbingan peningkatan/pengembangan/ pemasaran maupun petunjuk lain untuk memperkuat kondisi kehidupan klien. • Binjut dapat dilakukan dengan dua model: model pelayanan panti di luar panti dan model pelayanan berbasis masyarakat di luar panti.

  45. Pelayanan sosial berbasis panti: • Adalah pelayanan sosial yang dilakukan di dalam panti adalah proses rehabilitasi sosial dimana klien secara totalitas berada di dalam panti. • Adalah pelayanan sosial panti yang kegiatannya dilakukan di luar panti, seperti binjut dimana klien berada di luar panti tetapi masih menerima pelayanan panti.

  46. Pelayanan sosial berbasis masyarakat: • Adalah pelayanan sosial yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatasi masalah sosial yang ada. • Adalah pelayanan sosial yang difasilitasi pemerintah, namun yang melaksanakan adalah masyarakat atau semua kalangan/ lapisan masyarakat.

  47. Prinsip-prinsip dalam Binjut: • Partisipasi, keikutsertaan secara aktif keluarga/ masyarakat untuk memberikan dukungan kepada eks klien secara wajar dan normatif. • Pemberdayaan, melibatkan eks klien dalam berbagai kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. • Kemitraan, kerjasama antara petugas binjut dengan sumber-sumber yang menjunjung kepedulian, kebersamaan, dan kesepahaman.

  48. Jenis/Program Binjut: • Brokering, menjembatani eks klien dengan pemilik sumber dengan cara: identifikasi dan penggalian sumber dan pemiliknya, pendekatan kepada pemilik sumber, negosiasi dengan pemilik sumber. • Konseling, menerima eks klien setiap waktu mengungkapkan perasaan dan masalah yang dihadapinya, berupa: face to face, hotline services, sms, dll, terutama eks klien diberikan respons yang baik.

  49. Lanjut: • Bimbingan kelompok, kegiatan yang bisa mengembangkan kemampuan pribadi eks klien melalui kelompok. • Advokasi bagi eks klien yang mengalami kegagalan dari satu atau beberapa usaha, akibatnya menimbulkan rasa frustrasi dan ketidak berdayaan. Situasi ini jika tidak dibantu peksos, eks klien dapat kembali ke titik nol.

  50. Kasus Binjut: • Seorang eks klien mendapatkan kemudahan berusaha di masyarakat berupa pinjaman kredit dari Bank swasta sebesar Rp.10 juta dan dicicil setiap bulan dengan suku bunga tertentu. Suatu saat usahanya bangkrut dan tidak mampu membayar cicilan bank. Pihak bank memaksa eks klien untuk membayar cicilan sesuai dengan kesepakatan awal, namun eks klien tidak mampu.

More Related